Dyta gagal menemui Willy seharian ini. Dia bilang, dia sibuk persiapan manggung nanti malam. Itu juga yang ngebuat Willy nggak bisa nemenin Dyta nonton. Padahal misi Dyta menemui Willy itu kan penting sekali. Pertanyaan maha penting yang mesti ditanyakan ke sahabat lamanya itu.
Dyta dan Gugi janjian bertemu langsung di bioskop. Daripada si Gugi muter- muter demi jemput dia, ada baiknya dia dianter abangnya saja dan baru pulangnya nebeng. Terserah nebeng sama siapa.
Dengan setelan santai, mengenakan kaos pendek ditambah sweater over size rajutan berwarna cokelat dan jeans hitam, Dyta sampai di bioskop lebih dulu. Gugi terjebak macet sekitar lima kilometer dari bioskop. Maklum saja, ini malam Saturdate. Muda-mudi pada mau jalan dan ngedate.
Dyta beruntung dapat satu tempat duduk di kursi panjang, karena rata-rata bangku yang tersedia semuanya telah terisi orang yang juga sedang menunggu film diputar. Dyta melihat jam, masih ada sekitar dua puluh menit sebelum film yang akan ditontonnya itu diputar. Bosen nunggu sendiri, Dyta lalu berdiri meninggalkan satu-satunya kursi kosong- yang Dyta yakin saat dia kembali nanti, itu kursi sudah jadi punya orang lain.
Dyta melangkah ke arah dinding dekat pintu, dimana beberapa poster film gede didisplay. Mulai dari film yang sedang diputar di teater ini, film yang bentar lagi mau tayang, sampai jadwal pemutaran film di luar negeri. Saat Dyta sedang asik membaca sebuah review film kartun, seseorang menepuk pundaknya.
"Dytaaa..."
Dyta menoleh. Ia terpaku sesaat mendapati dua sejoli didepannya. Aben-Kyora. "Oh, hai!" katanya. Pandangan Dyta lalu terarah ke Aben "Hai, Ben," sapanya.
"Mau nonton apa? Eh, kamu sama siapa?" tanya Kyo. Tangannya belum lepas dari lengan Aben. Bisa-bisanya dia menggandeng Aben di depan Dyta!
"Mm sama Gugi, teman aku. Sebenarnya Willy harusnya ikut juga, tapi lantaran dia mau siap-siap manggung ntar, jadi dia nggak bisa ikut." terang Dyta.
Dia menatap Aben, menunggu reaksi cowok yang tampak sangat santai dengan kemeja polos warna biru dan celana cargo pendek ditambah sneakers sebagai alas kakinya. Aben juga agak kaget, saat tau Dyta nonton bareng Gugi.
"Oh iya!! Nanti kita juga mau nonton Jay sama Willy."
"Dyta!" akhirnya Gugi sampai juga. Ia memandang dua orang di depan Dyta. "Hai, Ben," sapanya pada Aben, lalu melempar senyum pada Kyora.
"Ini Kyora, Gi. Kenalin," mereka berjabat tangan.
"Kalian nonton apa?" tanya Gugi berusaha mencari topik obrolan.
Sebenarnya Gugi lebih tertarik membahas kenapa Aben pergi dengan cewek di depannya ini- Kyora, daripada kepo nanyain mereka nonton apa. Dan tentu saja kenapa Dyta nggak bilang apa-apa kalau dia sama Aben sudah...putus?
"Her." jawab Kyora sambil memperlihatkan tiketnya pada Gugi.
Gugi menaikkan alisnya, bakalan seru nih. "Wah.. kita juga mau nonton itu. Coba liat kalian di seat berapa," Gugi mengambil tiket daritangan Kyora. "Ya ampun!! Ini namanya takdir, kita sebelahan! Dyt, mereka disebelah kita. Ini nih, patah satu tumbuh seribu. Willy nggak ikut, mereka yang gabung!"
Dyta nyengir kuda. Kyora senang. Aben mematung. Dyta menatap Aben, Aben rupanya sejak tadi tak melepaskan pandangannya dari Dyta. Dia ingin bertanya kenapa Gugi tiba-tiba bisa pergi dengannya. Apakah yang dibilang Willy tempo hari itu benar? Kalau sebenarnya mereka berdua emang dekat, cuma Aben yang tak tahu.
Kyora yang diam-diam sadar ada yang nggak beres disini, akhirnya mengalah.
"Gi, temenin aku beli makanan dulu yuk." ajaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tukar Pacar
ChickLitSekalipun mereka sudah sahabatan sejak SMA, ide untuk tukar pacar tetaplah menjadi ide yang tidak bisa diterima! Entah bagaimana Aben bisa memunculkan ide itu. Tukaran pacar sama pacar sahabat sendiri, itu malah lebih tidak bisa diterima! Mereka pik...