Part 7

9.5K 722 47
                                    

Tak ada persiapan spesial menjelang berakhirnya tukar pacar. Dua hari lewat begitu saja tanpa terasa. Mereka masing-masing sibuk sama urusan sendiri-sendiri. Jay merasa bosan lantaran Ranti sedang tak bisa diajak pergi. Menghubungi Willy juga tak ada hasil, Willy sedang ada urusan dia bilang. Ajak pergi Kyora nggak mungkin, walaupun dia ingin sekali. Sore cerah gini, kan enak kalau jalan sama pacar sambil makan-makan, pikir Jay. Tapi enggak, tinggal empat hari lagi, kok. Tahan sedikit. Niatnya mau ngajak Dyta langsung batal, lantaran pertemuannya berdua Dyta kemarin berakhir tak enak. Kalau Dyta nanya lagi soal taruhan itu, bisa habis benar dia kali ini. Jadi, pilihan terakhir adalah Aben.

Aben available, walaupun Jay harus nungguin sejam untuk Aben jemput dia, lantaran Aben sedang ada penggantian kelas di sore harinya. Aben setuju lantaran dia juga suntuk. Sejam lewat dua puluh menit dari waktu yang dijanjikan Aben, akhirnya dia nongol di studio langganan Jay. Jay nggak bawa mobil lantaran mobilnya dibawa sang adik, yang hari ini lagi ada acara perpisahan di sekolahnya.

"Gila, lama amat!" oceh Jay begitu masuk ke mobil.

"Yaelah, kayak cewek kamu, baru gitu aja cerewet!" timpal Aben. "Macet tau, sore-sore gini! Mau kemana nih?" tanya Aben.

"Kemana ya enaknya?" tanya Jay sambil memainkan patung cewek Hawai di dashboard mobil Aben.

"Makan aja, ditempat biasa!" ajak Jay. Aben setuju lagi.

"Dyta gimana?" tanya Jay. "Willy sudah cerita, kan?"

"Hm"

"Hm? Ya terus gimana mas Abeeen?" Jay menarik rambutnya dan mengenakan bando kecil berwarna hitam.

"Aku juga lagi mikir, nih. Bingung juga ngasih taunya gimana. Tapi, itu kan udah dua tahun lalu. Perasaan aku juga sudah nggak sama lagi."

Jay mengagguk setuju "Bikin aja surprise candle light dinner, trus kamu bilang deh yang sebenarnya dua tahun lalu itu, DUA TAHUN LALU!!" Jay menekankan kaliamat terakhirnya "Udah basi!"

Aben memasang rem tangan saat berhenti dilampu merah "Penting banget gitu Jay bagi cewek-cewek untuk tahu yang gituan. Trus kalo aku bikin dinner gitu dan ngaku, kalo Dyta malah nyiram aku pake air gimana?"

Jay ketawa ngakak "Dodol!" komennya. "Parah banget kalau kejadiannya kayak gitu. Padahal itu dinner buat kamuflase. Aku nggak kepikiran loh, Ben."

Aben melajukan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah hijau "Aku pengennya ngebiarin ini aja."

"Gawat kalo kejadiannya Dyta malah tau dari orang lain."

"Yang tahu itu taruhan, cuma anak Guruga. Kalau dia tahu, ya pasti diantara kita yang ngebocorin!"

"Siapa ya?" Jay menyilangkan tangannya di depan dada. "Masalahnya juga nggak mungkin Dyta tau sendiri. Atau kamu, Ben nggak sengaja gitu keceplosan?" Jay memandangi Aben.

"Nggak lah," katanya.

"Ah, udah ah. Eh, carrier yang kemarin dipinjam Hasta udah dibalikin? Tigor nanya terus soalnya. Si Hasta lagi, minjem nggak lewat aku." kata Jay. Maklum, Jay adalah anggota Guruga yang bertugas sebagai maintenance semua barang di sekretariat Mapala.

"Nggak tahu, tapi kayaknya udah. Aku nggak ke sekre hari ini."

Mobil Aben memasuki parkiran kafe langganan mereka di kawasan Dr. Soetomo. Tak banyak kendaraan terparkir disini. Aben keluar menyusul Jay yang sudah di ambang pintu kafe. Begitu masuk, lantunan musik akustik instrumen menyambut mereka plus seorang waitress yang mengantar mereka sampai ke meja.

"Iced Americano sama Pure White Coffee," kata Jay bahkan tanpa melihat buku menu. Sang waitress mengangguk dan segera pergi.

"Kamu udah ijin explore goa ke nyokap?" tanya Aben.

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang