TBJ - 15. Intermezzo

71K 3.2K 12
                                    

Lima belas: Intermezzo

Flashback

"Kau tahu, Lex. Aku menarikmu kesini untuk memberikan beberapa penjelasan--tepatnya instruksi.", kata Ezar ketika dia menarik Lexa ke kamar mandi. Dan Lexa hanya mengangguk mengerti.

Mereka akan bertemu dengan para keluarga besar. Lexa dan Ezar jelas perlu berkompromi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan para tetua yang pasti akan mengarah kepada hubungan mereka.

"Disana akan ada Tante Vivi, Tante Farah, Om Galang, dan Om Hadi. Nah, semuanya baik, kecuali Tante Vivi. Dia pasti tak akan memberikan respon yang bersahabat padamu, dan kau tak perlu menganggap itu terlalu serius.", kata Ezar lagi dengan raut muka serius.

"Tante Vivi adalah istri Om Hadi, orangtua Reyhan dan Putri, dia memang sudah lama berharap banyak aku menjadi mantunya, jadi jelas keputusanku untuk menikah denganmu pasti tak akan membuatnya senang. Dan mengingat betapa nyinyirnya mulut wanita itu, Mama mengingatkanku untuk berdiskusi denganmu. Jangan sampai mereka tau bahwa kita belum lama kenal.", terang Ezar lagi, baru Lexa membuka suaranya,

"Ya, dan minimal kita harus mempertanggungjawabkan jawaban kita didepan paparazzi kemarin. Baiklah, mari kita mengarang cerita. Aku dan kau kenal sejak tiga tahun lalu, dikenalkan oleh Om Leo, dan sudah berpacaran selama dua tahun, get it? Dan jika mereka menanyakan tentang hubungan kita atau apapun itulah, serahkan padaku, and you get the rest, okay?", jawab Lexa lalu memoles bibirnya dengan lipstick berwarna merah.

Ezar tersenyum melihat Lexa yang sangat cantik ketika gadis itu mengikat rambutnya menjadi satu high ponytail. Mengingat mamanya juga sangat suka mengikat rambutnya tinggi-tinggi.

"Tapi, Lex. Kau nggak lupa bahwa kita juga harus beracting semesra mungkin. Karena hubungan kita bisa dibilang mendadak. Nanti jika pertanyaan sudah menjurus ke pernikahan dan segalanya yang melebar kemana-mana, aku akan membawamu ke kamar lagi, tenang saja.", jelas Ezar lagi. Dia nggak mau Lexa terintimidasi dengan keluarga kerabatnya, terutama Tante Vivi.

Padahal Putri juga memiliki hubungan spesial dengan Ian, bukan dengan Ezar. Memang dulu Putri pernah menyukai Ezar, tapi tidak untuk sekarang.

"Baiklah-baiklah. Dan jadi adegan menggelikan diluar itu juga bagian dari skenario murahan milikmu itu?", tanya Lexa seraya memutar bola matanya.

"Iyalah, permulaan aja. Kenapa? Kau benar-benar berharap aku melakukannya ya?", tanya Ezar dengan tengil membuat Lexa kesal setengah mati.

"Terserah kau saja, bodoh!", dan baru saja Lexa mau membuka kenop pintu, Ezar sudah menarik tangannya dan membawa gadis itu ke pelukannya.

"Just kidding baby. Kau benar-benar cantik kok, serius. Dan mengikat rambutmu makes you look gorgeous!", kata Ezar lagi masih di posisi memeluk gadis itu.

Entah kenapa darahnya berdesir saat Lexa menenggelamkan kepalanya dalam dada bidangnya. Kemudian dia menarik dagu gadis itu dan berkata,

"Let's get it started, shall we?", Ezar mencium pelan dahi gadis itu lalu mengulurkan tangannya. Dan Lexa pun menerima uluran itu dengan tersenyum dan mereka pun berjalan berdampingan keluar kamar.

---

"So that's how we survive.", jawab Ezar setelah menyelesaikan ceritanya.

"What? Jadi kamu udah bikin skenario sama Ezar, Lex?" tanya Om Leo dengan kaget.

"Yaa gitu deh, Om. Masalahnya kita kan emang dijodohin, tapi ya kau lihat Tante Vivi nampaknya memang nggak suka padaku.", jawab Lexa seraya meminum soy latté miliknya.

Siang ini, Ezar, Leo, Lexa, dan Bram sedang menghabiskan waktu makan siang mereka di salah satu coffeeshop di Plaza Indonesia.

"Wah, wah. Papa nggak nyangka kalau kamu berbakat jadi artis, Lex.", jawab Bram lalu tertawa singkat dan menyesap kopi hitam arabica miliknya.

"C'mon Pa, aku nggak berminat adu argumen dengan seorang advokat, oke?", dengus Lexa.

"Haha. Santai dong little girl. Kemaren Alexander ke rumah papa. Dia itu udah pulang dari Russia ya? Wow, papa kira dia mau menetap disana mengingat dulu Chandra juga kuliah dan menetap di Russia.", cerita Bram dengan singkat membuat Ezar nyaris menyemburkan kopi miliknya.

"Hah, Alexander? Ngapain dia kerumah? Iya, sebenarnya kemaren aku sempet ketemu Xander di club milik Daniel.", jawab Lexa berterus terang seraya mengernyitkan dahinya.

"Alexander tanya apakah kamu memang berencana untuk menikah dengan Ezardi. Begitu. Ya papa hanya bilang iya, betul, kan?", ucap Bram dengan enteng.

Ya, jangan kaget atas bahasa kaku dan baku yang keluar dari mulut Bram, mengingat Bram memang dingin, ditambah dengan profesi dan karirnya sebagai advokat dan pengacara menunjang tata bahasanya semakin formal.

"What? Xander ke rumah khusus buat tanya begitu doang ke papa? Dia bisa LINE aja kali.", cibir Ezar.

"Oh little boy was jealous overhere.", ujar Leo lalu menaik turunkan alisnya.

"Pa, kau tahu, aku nggak perlu cemburu. She choose me and so do I.", ujar Ezar dengan pede-nya. Dan Bram yang mendengar hal itu pun tertawa dibuatnya.

"Kau benar-benar mirip denganku, Nak. Dan aku senang jika hubungan kalian berjalan dengan baik dan sukses. Walau sebenarnya aku kaget setengah mati saat kau datang ke firmaku dan melamar Alexandra secara langsung. Padahal Lexa tidak pernah sekalipun menyinggung masalah hubungan kalian.", Bram berkata lagi.

"Huh, Pa. Kau nggak tau kalau aku ini juga awalnya nggak mau kale sama cowok ngeselin ini, makan hati yang ada. Cuma ya itu, calon mertuaku yang gantengnya kelewatan tapi masih lebih ganteng Papa, aku dijodohkan secara sepihak coba?!", kata Lexa sedikit freak out.

"Lah, Om kan cuma mau yang terbaik aja buat kalian. Toh kenyataannya kalian jadi juga sekarang. Eh tapi, kalian serius kan dengan perasaan kalian masing-masing? Dan gimana masalah preparation pernikahan kalian?", tanya Leo dengan kepo.

"Masalah persiapan pernikahan, besok aku dan Lexa baru saja mau ke Elie Saab. Dan urusan EO aku serahkan pada mama saja. Oh ya Om Bram, saya boleh kan kalo mau beberapa bulan lagi nikahin anak Om satu-satunya ini?", kata Ezar dengan polos membuat Lexa mencubit pinggangnya pelan.

"Kau sedang berhadapan dengan CALON MERTUAMU yang merupakan seorang pengacara dan pemilik firma hukum, Ezardi. Bukan sedang minta beli ice cream, oke?", ujarnya.

"Hahahaha. Santai saja, Nak Ezar. Saya nggak papa kok, selama Alexandra setuju, saya sepihak dengannya.", jawab Bram lalu berhighfive dengan Leo.

Coolest dad ever!

Dan siang itu berlalu dengan penuh canda gurau dan saling bertukar pikiran.
Awal yang baik.

---

[REUPLOAD]; The Billionaire's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang