Dua belas: Deal with the Past
Lexa sudah siap dengan celana jogging dan kaos Nike serta sepatu sport miliknya. Jam menunjukkan pukul setengah enam pagi dan Ezar masih bergelung bak kepompong mengingat betapa dinginnya Bandung di pagi buta seperti ini, dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dasar, katanya minta dibangunin pagi buat workout bareng!--gerutunya dalam hati.
"Woi, Ezar! Jadi mau lari pagi bareng gak sih?", sungut gadis itu saat lelaki itu hanya mengerang pelan.
Tobat ya jadi istri ni orang. Batinnya bersuara.
"HOI, EZARDI ARDIAN TANTRADINATA! Jadi nggak sih? Kalo nggak jadi aku mau lari sendiri aja nih!", ucap Lexa lagi lalu menepuk-nepuk pipi lelaki itu.
Dan nampaknya itu juga tidak membantu. Lexa kemudian naik ke atas kasur king size itu dan loncat-loncat diatasnya. Berharap pangeran kampret itu segera membuka matanya. Dia berjanji pada dirinya jika cara ini pun tidak berhasil juga, fix dia akan ninggal Ezar. Semasa bodoh lelaki itu mencak-mencak, salahnya sendiri tidur bak kepompong.
Dan ya, berhasil! Setelah sekian lama ckck. Akhirnya setelah adegan menye-menye membangunkan Ezar, mereka berlari ditaman sekitar hotel mereka.
---
"Ezar! Abis dari mana saja kau, hah?", serobot Reyhan ketika Ezar baru saja masuk ke lobi hotel. Dan disana juga ada Daniel, Gerald, Yola, Andrew, dan Ian.
"Lari pagi, bodoh. Kalian juga ngapain rame-rame disini kayak mau tawuran?", sungut Ezar.
"Eh, ada Lexa. Apa kabar cantik?", sapa Reyhan memeluk Lexa, tanpa menghiraukan ucapan lelaki itu membuat Ezar seketika melotot.
"Hai guys. Baik Rey kabarku, hehehe. Eh, Yola, kamu akhirnya sekamar sama siapa? Maaf ya Yola, kakak nggak bisa bareng kamu. Ya kau tahu lah aku ngurus bayi besar ini.", ucap Lexa setelah membeli aqua dan masuk ke lobi hotel.
"Nggak papa, kak. Yola sekamar sama kak Kelly akhirnya. Lhah, kakak sama bang Ezar sekamar?", ucap Yola dengan kaget.
Muka Lexa mendadak memerah mendengar pertanyaan Yola sampai nggak berani menjawab. Tapi tanpa perlu mendengar jawaban dari mereka, hanya melihat Ezar tertawa lalu memeluk pinggang Lexa, menyenderkan kepalanya di bahu gadis itu, seraya memberikan seringaian mesum-nya itu, semua orang jelas tahu jawabannya apa. Dan Ezar berakhir mendapat geplokan maut dari Andrew dan Ian.
"Sadar mas, anak orang.", toyor Ian.
"Ya wajar kan kalo gue sekamar sama CALON ISTRI sendiri? Emang lo lo pada, tidur merana sendirian kedinginan, gak ada yang dipeluk. Maklum, bujang lapuk.", ledek Ezar lalu memeletkan lidahnya.
"Wah banyak cakap ini orang, sikat guys! Eh ini kata nyokap gue udah pada nunggu dibelakang. Bye max!", ucap Ian sambil membuka handphone-nya lalu berjalan kedalam.
"Lexa, kamu tuh mimpi apa sih ketiban sial dapet cowok kayak Ezar?", Daniel akhirnya membuka suaranya. Membuat Ezar dongkol setengah mati.
"Lah, Dan, lu jangan macem-macem sama Ezar, gak direstuin lu mampus dah. Bye gue mau bobok ganteng lagi.", ejek Gerald lalu berlalu kearah lift.
"Eh btw ini kenapa sepi yak?", ucap Lexa memperhatikan sekeliling yang sepi.
"Itu, Lex, udah pada cabut ke acara pertama dihalaman belakang. Kalian siap-siap gih, mau ada garden breakfast dah kayaknya, acaranya Tante Wina.", jawab Andrew lalu setelah ber-ooh-ria, mereka berpencar ke kamar masing-masing.
Sialnya ketika mereka masuk ke lift menuju kamar mereka yang paling atas, lift terbuka di lantai 3 dan tampaklah wanita yang selalu dihindari Ezar,
Kelly.
"Oh, hi, Ezar, Lexa! Mau ke kamar ya?", goda Kelly ketika dia melihat ada sepasang manusia didalam lift itu.
"Iya, mau ke lantai berapa, Kel?", tanya Lexa balik seraya menggenggam tangan Ezar seolah memberikan kata-kata, 'tenang-semua-akan-baik-baik-saja'.
"Mau ke lantai 17, ke kamar Richard, Lex. Kalian nggak cepetan kebawah? Dicari Om Leo loh tadi kalian.", ucap Kelly lagi. Nampaknya Ezar tak bergeming dan malah membuka smartphone miliknya.
"O-oh, salam untuk suamimu, Kel. Iya, ini mau siap-siap ngikutin acara yang lain, kok.", jawab Lexa ramah seraya tersenyum. Dan akhirnya lift pun menunjukkan angka 17 dan berbunyi 'ting'.
"Baiklah, anyway aku duluan ya, bye lovebirds!", ucapnya lalu keluar dari lift.
Lexa dan Ezar berdua di lift dalam diam sampai ketika sudah mencapai lantai paling atas, mereka berjalan beriringan, tanpa suara.
---
"Yak, akhirnya pasangan ter-hot sekeluarga Tantradinata pun datang!", ucap Reyhan dengan tengilnya ketika melihat Lexa dan Ezar melangkah ke halaman belakang.
"Iyalah, emang elo? Jomblo nista.", balas Ezar santai.
Dan seketika semua mata memandang mereka yang baru saja datang.
"Telat bangun, bro?", ledek Richard, Ezar hanya tersenyum singkat lalu mereka ber-tos-ria ala laki-laki.
Kemudian mengingat acara nanti malam, Lexa berbisik pada lelaki itu,
"Zar, dimana mama dan papaku?",
"Katanya, mereka akan datang nanti sorean soalnya siang ini ada urusan yang harus diselesaikan ayahmu di meja pengadilan.", jawab Ezar membuat Lexa mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
Sejujurnya Lexa sudah sangat kangen dengan orangtuanya, mengingat dia terakhir bertemu orangtuanya bulan lalu. Kemudian mereka berkeliling dan menyapa para staff dan karyawan yang lain, serta akhirnya mereka memutuskan untuk makan dipojokan, cukup ujung sehingga tak ada orang lain yang bisa menginterupsi.
"Thankyou buat yang tadi.", ucap Ezar spontan setelah mereka menyelesaikan makan paginya.
Lexa hanya tersenyum lalu berkata,
"No probs. Kamu juga udah ngebantu aku banyak juga perkara ngomong sama ayahku. Santailah.",
"Kenapa kamu ngebantuin aku tadi?", tanya Ezar langsung. Sebenarnya Lexa bingung kenapa dia membantu lelaki ini?
"Karena, setiap orang berhak berdamai dengan masa lalu."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
[REUPLOAD]; The Billionaire's Journey
Romansa[REUPLOADED - 25 MAY 2018] FULL STORY - SAME STORY Lexa tak pernah menyangka kesialannya di pagi cerah di awal bulan itu menyebabkan petaka. Pak Leo, bos sekaligus pemilik perusahaan Tantradinata, memintanya untuk membuat anaknya jatuh cinta padany...