TBJ - 16. Once in a Lifetime

69.9K 3K 20
                                    

Enam belas: Once in a Lifetime

Siang ini Lexa dan Ezar menghabiskan waktu mereka keliling butik Elie Saab. Ezar memutuskan untuk memilih designer itu untuk merancang gaun pernikahan untuknya dan Lexa.

"Zar, how about this one?", tanya Lexa kemudian mencoba salah satu gaun berwarna putih dengan berbagai mutiara dan swarovski yang bertaburan di bagian pinggang dress itu.

Well, sejujurnya dress itu lumayan, bagus malah. Hanya saja backless, and you know, Ezar nggak mau Lexa pamer punggung!

"Hm, sebenernya bagus, tapi bisa ngga sih jangan yang backless gitu? Sedikit lebih tertutup, mungkin?", komentar Ezar yang lagi-lagi membuat Lexa mendengus malas dan masuk ke dressing room.

Terlalu seksi-lah, terlalu terbuka, terlalu ribet, jangan yang backless, terlalu simpel, dan masihhh banyak yang lain lagi. Sebenarnya apa mau lelaki itu, huh?

"Like seriously, Ezardi. Kamu aja yang milih, stressful tau ga kalo nyobain baju sama kamu. Adaaaa aja kurangnya!",

"Kamu coba yang ini deh, Lex. Looks good kayaknya.", ucap Ezar menunjuk sebuah dress tanpa memperdulikan protesan Lexa barusan.

Akhirnya Lexa menerima gaun putih satin tertutup dengan ornamen ornamen yang terbuat dari mutiara dan swarovski yang harus diakui memang bagus dan tidak terlalu terbuka. Well, selera lelaki ini, boleh juga?

Dan jangan lupakan tentang betapa perfeksionisnya lelaki ini, hah!

"Bagaimana?", ucap Lexa setelah usai mencoba wedding dress 2015 collection by Elie Saab itu.

"Good. Aku suka, kita ambil itu aja, oke?",

Lexa hanya mengangguk dan kembali masuk ke ruang ganti untuk mengganti dress itu dengan short skirt dan blouse miliknya. Tak lupa untuk mengenakan sunglasses Prada-nya mengingat betapa panasnya Jakarta di siang hari.

---

"FINALLY. Selesai juga kegilaan itu. Kenapa sih nikah itu ribet banget?", ucap Lexa setelah mendaratkan diri ke mobil Ezar.

"Ya namanya juga orang nikah.", jawab Ezar santai lalu menyalakan audio-nya menyetel lagu Dessert by Dawin.

"Nggak bisa apa ya nikah pake ripped jeans sama converse gitu.", kata Lexa acuh membuat Ezar gemas setengah mati.

"Lah, emang kamu kira kita homeless apa?", jawab Ezar lalu menjitak kepala gadis itu.

"Whatever, whatever. We don't care, we just gonna break the rules, okay?", ucap gadis itu seraya memutar bola matanya.

Perjalanan itupun terasa hening sampai handphone Lexa berdering, menampilkan foto dan nama 'Alexander' membuat Ezar mengecilkan volume audio-nya.

"Halo? Oh iya, iyaa thankyou ya. Lo bisa aja, pasti lah tungguin aja, masa gue nggak bilang. Lo tau dari siapa btw? Harriz? Ooh hahahaha. Iya ini gue abis dari Elie Saab. Engga, lo nggak usah nunggu dirumah, kita ketemu entar di Cyan aja. Okey, see ya, bye.",

Ezar mengernyitkan dahinya mendengar percakapan antara Lexa dan Xander. Bisa disimpulkan mereka akan pergi bersama ke Cyan?

Wow. Amazing.

"Jadi, kamu mau pulang langsung?", tanya Ezar akhirnya membuka suara.

"Itu tadi Alexander. Kalau kamu mau tau.", jawab Lexa lalu mendengus pelan.

"Aku tau.", ucapan singkat Ezar membuat Lexa terdiam.

Sialnya, siang itu lalu lintas Jakarta semakin padat. Setelah berkutat dengan kemacetan selama kurang lebih dua jam, dan juga dipenuhi dengan aura awkward, Lexa membuka suaranya,

"Aku laper. Bisa ngga kita mampir ke Domino's sebentar?",

Ezar yang mendengarnya pun mengangguk. Entah karena dia ingin memenuhi keinginan Lexa, atau karena dia juga lapar?

"Lex, mama minta kita kerumah malem ini.", kata Ezar setelah mengambil sepotong mozarella cheese baked pizza.

"A-aku nggg-oke. Jam berapa?", tanya Lexa dengan ragu.

"Kalo kamu nggak bisa, bilang aja. Jadi aku ngabarin mama diganti besok.", jawab Ezar singkat.

"Sebenernya malam ini aku mau out ke Cyan, sama Harriz, Xander, Rara, dan Putra. Cuma kalo emang mama minta hari ini kita dateng, I'm out, aku bisa reschedule sama anak-anak pergi lagi kapan hari.", terang Lexa dengan jujur.

Memang, kan? Dia malam ini memang mau pergi ke Cyan--salah satu fine dining Italian Restaurant yang terkenal di Jakarta.

"You literally can go. Don't act like you're supposed to not.", jawab Ezar singkat.

Like what? Lexa cukup kaget dengan nada yang sangat tidak bersahabat dari lelaki itu. Damn ya? Dia udah ngejelasin semuanya and he's like.. just damn you, Ezardi!

"Ezardi can we just not take this thing too seriously? Kamu nggak perlu sensian gitu, like, ya santai aja! Namanya juga night out kan? Ya ngga perlu nyolot juga. Aku bilang kalo Tante Wina minta kita dateng, then, fine.", jawab Lexa dengan ketus.

"Kau tahu, Lex. Nadamu bilang kalau 'kalau mama minta datang, aku bisa reschedule kapan hari' itu really annoying. Serius, kalo kamu ngga niat dan ga berminat, masih banyak waktu buat cancel all the mess arround us!", ucap Ezar yang bagaikan petir disiang bolong bagi Lexa.

"WHAT? Kalo kamu emang cuma niat cari masalah, sama cuma mau cari ribut doang, we better have a time for ourself deh ya. Nggak usah nyolot gitu dong jadi orang.", jawab Lexa dengan nada tinggi. Untungnya restaurant cepat saji itu tidak sedang ramai pengunjung.

"You LITERALLY DO NOT UNDERSTAND, Alexandra. Aku bilang kita bisa mundur dari semua kegilaan ini karena apa? Karena ini sebuah pernikahan, Lexa.", terang Ezar dengan nada penuh penekanan. Membuat Lexa memutar bola matanya dengan gusar, cih, siapa juga yang cari perkara?

"Ya I know, ini sebuah pernikahan, terus apa? What do you expect, Ezardi? Cinderella story, huh?", cibir Lexa dengan ketus.

"Whatever, Alexandra. Pernikahan itu bukan hal main-main. Dan yang harusnya bilang gitu itu AKU, bukan KAMU. Dan kalo kamu--", belum selesai Ezar berbicara Lexa sudah memotong.

"JUST TELL ME, EZARDI. Apa sebenernya maumu hari ini, hah?",

"KAMU PERLU TAU, LEXA. KALO INI PERNIKAHAN.",

"AKU TAU, ya terus so what? You keep going round and round in the same words. What do you expect?",

"IT'S WEDDING. And it's once in a lifetime, Alexandra.",

---

[REUPLOAD]; The Billionaire's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang