TBJ - 7. Wine Night Party

107K 4.7K 16
                                    

Tujuh: Wine Night Party

Lexa baru saja kembali dari kantor. Ia merasa sangat lelah tapi kemudian juga teringat bahwa dia harus menemani Ezar malam ini. Oh shoot, dia pengen banget tidur sebenernya. Tapi nggak enak sama anak-anak yang lain.

Tidak mau berlama-lama dan malah membuang waktu dengan sia-sia, Lexa langsung menceburkan dirinya kedalam bathtub berisi air hangat dan menyetel lagu Safe and Sound dari Taylor Swift untuk memberikannya sedikit ketenangan. Karena jujur saja, belakangan ini segala sesuatu terjadi dengan terlalu cepat.

Setelah merasa jauh lebih baik, dia keluar dan membilas diri di shower.
Lexa memutuskan untuk menggunakan mini dress khaki berwarna nude karya Balmain yang hanya sebatas setengah paha. Dipasangkannya dengan ankle-strap stiletto karya Jeffrey Campbell dan clutch Balenciaga dengan warna senada.

Mengingat acaranya dengan teman-teman dan kerabat Ezar, lelaki itu pasti marah jika dia mempermalukannya dan tidak tampil 'wah' sebagai calon Mrs. Tantradinata.
Makeup nya pun dipoles setipis mungkin, finished dengan lipstick nude dan rambutnya hanya digerai seperti biasa. Sampai akhirnya bell apartmen-nya kembali berbunyi.

"Hey", ucap lelaki itu lalu masuk seperti biasa. Dia sudah rapi dengan Armani miliknya. Namun tanpa dasi, seperti biasa.

"Hey. Aku lagi bikin kopi, want some?", tawar Lexa. Dan ketika pertanyaan-nya dijawab dengan anggukan, ia membawa dua gelas ke ruang tengah.

"Kamu serius mau pake dress itu?", tanya Ezar menatap tidak yakin menatap penampilan Lexa. Membuat gadis itu mengernyit bingung.

"Kita mau ke club Daniel, kan? Kenapa dress ku? Kurang seksi?", tanya Lexa berterus terang.

Shit!, batin Ezar dia tidak bisa membayangkan jika ada dress yang lebih terbuka lagi.

"Enggak kok, engga. Itu udah way too sexy malah menurutku for a night party. Tapi mengingat kita cuma private party, ya gapapa sih. You look extremely hot in that dress.", goda lelaki itu seraya mengedipkan matanya. Dasar!

---

Salvatore Club

"Hey, Zar!", panggil Gerald ketika ia melihat Ezar baru saja memasuki ruangan VIP-Platinum itu.

"Kak Lexa!", sapa Yola dengan riang.

Semua mata memandang lelaki itu yang hanya mengenakan kemeja yang digulung sampai siku, dan menggandeng seorang gadis.

Sejujurnya Ezar cukup kaget ketika banyak relasi bisnis-nya ada disini, dan malah memandang kaki jenjang Lexa yang terekspos dengan bebas. Shit! Tau begini aku suruh dia ganti baju!--rutuknya dalam hati.

"Hi, boys. Hey, Yola!", sapa Lexa seraya memeluk Yola dan Ezar hanya tersenyum menarik gadis itu duduk di sebelahnya.

Mereka mengobrol dan menikmati malam itu. Clique mereka sekalipun di pojok, selalu mendapat sorotan orang-orang di ruangan itu.

Sampai akhirnya ada seorang lelaki tampan bermuka spanyol menghampiri mereka. Usianya masih muda, pasti dibawah 30 tahun.

"Eh, Ale? Iya, kan, Alexandra?",

Lexa berjengit kaget mendengar lelaki ini lalu berdiri dan memeluknya. Membuat semua yang ada disana ikut kebingungan. Siapa lelaki ini?

"Alexander, hey!", ucap Lexa dengan nada bersahabat semakin membuat tanda tanya besar.

"Woy, Alexander, Alexandra!", teriak seorang lelaki lagi yang menghampiri mereka.

"Wah parah lo berdua makin cocok aja anjir.", ledek Harriz yang mampu membuat suasana jadi memanas dan Lexa hanya memutar matanya. Mengetahui ia harus menjelaskan siapa lelaki-lelaki ini, dia membuka suara.

"Guys, ini Alexander Donnovan, yang ini Harriz Fernando. Alexander dan Harriz ini anak temen-temen ayahku.", ujar Lexa memperkenalkan kedua lelaki itu yang akhirnya ikut bergabung di meja mereka.

"Woi Lex!", panggil Harriz membuat Lexa dan Alexander berkata barengan.

"Lex yang mana, bodoh!", jitak Alexander.

"Lexa, lah. Masa elu. Apa kabar om sama tante? Lama ya gue nggak main rumah lo.", ujar Harriz dijawab Xander dengan nyolot.

"Lagian lo nggak berkepentingan banget juga ke rumah Lexa. Penting abis?", dan Lexa hanya ngakak mendengarnya.

"Yak seorang Alexander bisa cemburu saudara-saudara.", ledek Harriz pada sahabatnya ini. Jelas Alexander memiliki perasaan khusus pada Alexandra. Monyet saja bisa tahu.

Melihat suasana hati Ezar yang memburuk, Lexa berinisiatif memperjelas statusnya dengan Ezar, menghindari salah paham.

"Oh ya, Harriz, Xander, gue belum ngenalin dia ya? Ini Ezardi Ardian Tantradinata, calon suami gue.", terang Lexa secara langsung.

Dan itu secara tidak langsung menunjukkan bahwa Ezar memukul telak Alexander dalam hal memenangkan hati Alexandra.

Melihat suasana hati Xander yang memburuk, Harriz mengajaknya pergi. Dan berkata,
"Oh okay, aku jalan dulu, Lex. Congratulation anyway. Contact you later.", itu membuat Ezar menyeringai.

"Itu siapa sih, Kak. Sok deket banget sama kakak.", nyolot Yola yang sedaritadi hanya diam.

"Dia temanku, namun ya kau tau lah.", terang Lexa lalu menghembuskan nafas dan mengangkat bahu.

Sementara para lelaki tidak mau ambil suara, takut mengusik Ezar. Jadilah Daniel sibuk meledek Yola, Gerald dan Reyhan mencari cewek alias berburu, dan Andrew dengan tenang menyesap sampanye-sampanye nya. Nampaknya pria itu sedang tidak dalam mood yang baik.

"Ezar, mau pulaang.", ujar Lexa lalu memeluk lelaki itu. Karena dia memang sudah tidak betah dengan suasana ini. Haduh serba salah.

Bisa Lexa rasakan tubuh lelaki itu menegang lalu menariknya pergi.

What a day.

---

[REUPLOAD]; The Billionaire's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang