TBJ - 22. Story of Us

88.5K 2.9K 37
                                    

Dua puluh dua: Story of Us

"Duh, gue gugup banget, Ra!", ucap Lexa seraya mondar-mandir dengan gelisah. Membuat Rara berdecak kesal.

"Astaga, Lexa. Sejak kapan ada seorang Halim yang terlahir sebagai penakut?", jawab Rara seraya tersenyum dan menyemangati gadis itu.

"Lexa, ayo keluar itu Ezar udah nungguin!", ucap Mamanya lalu menggandeng Lexa dengan rasa haru. Ia tidak pernah menyangka puterinya akan menjadi ibu rumah tangga sekarang. Waktu memang berjalan begitu cepat.

"Semangat, Alexandra!", ucap Rara kemudian berjalan keluar lewat pintu belakang.

Bramantya tersenyum melihat kedua wanita yang paling dia cintai didunia ini berjalan berdampingan. Ia pun menggenggam tangan puteri kecilnya, Alexandra, untuk dibawa ke altar.

Ya, puteri kecilnya akan segera menikah. Entah mengapa itu membuatnya ingin meneteskan air mata.

"Pa, kenapa menangis?", tanya Lexa lalu merangkul lengan ayahnya dengan buket bunga mawar putih di tangan kanannya.

"Papa menangis bahagia, Nak. Papa hanya tidak menyangka bahwa waktu berjalan begitu cepat, sangat cepat, sekarang segala tanggungjawab atas kamu, bukan ada di bahu papa lagi. Berbahagialah dengan lelaki itu. Pertahankanlah pernikahan kalian.", ucap Bramantya lalu menghapus air matanya yang sempat menetes.

"Pa, ayo dong, masa malah nangis di hari pernikahanku? Mana Papa ku yang macho? Mana seorang Bramantya Halim yang fearless?", ucap Lexa dengan senyum sumringah walau matanya juga sudah berkaca-kaca mendengar perkataan ayahnya. Ia tidak menyangka seorang Bramantya Halim, bisa menjadi begini melankolis. Bahkan sekarang dia sadar bahwa dia tidak mengenal sesosok ayahnya sendiri.

Bram pun kemudian berjalan beriringan dengan Lexa menuju altar, dengan senyum sumringah.

---

Ezar's POV

Aku melihatnya.
Ya, aku melihatnya. Dia nyata sekarang, dia ada, dia berjalan kearahku. Dia adalah sesosok yang akan menjadi istriku.

Alexandra Halim.

Aku sempat terpaku melihat penampilannya dengan gaun elegan dari Elie Saab itu. Dia sangat cantik. Aku sungguh akan menyesal jika melepaskannya pergi.

Semua lamunanku masih terbayang-bayang jika aku tidak mendengar suara dari Om Bramantya--mertuaku.

"Saya menitipkan puteri saya, jagalah dengan sebaik mungkin.", ucap beliau di telingaku. Dan aku hanya mengangguk mantap.

Aku tidak mungkin mengecewakannya. Sampai akhirnya Pastur mengucapkan kata-kata dalam upacara peresmian ini,

"Apakah saudara Ezardi Ardian Tantradinata, bersedia menerima Alexandra Gabrielle Halim sebagai pasangan seumur hidup?",

"Ya, saya bersedia.",

"Apakah saudara Ezardi Ardian Tantradinata akan bertahan dalam suka maupun duka, sedih maupun senang, dan canda maupun tangis bersama dengan saudari Alexandra Gabrielle Halim?",

"Ya, saya bersedia.", jawabku dengan mantap.

"Alexandra Gabrielle Halim, apakah anda menerima Ezardi Ardian Tantradinata sebagai pasangan seumur hidup anda dalam nama Tuhan?", demi Tuhan, sekalipun aku tahu dia akan menjawab 'ya', jantungku masih berdetak dua kali lebih kencang.

"Ya, saya bersedia.",

Lalu suara riuh tepuk tangan itu menggema seantero Gereja St. Fransiskus Xaverius itu. Dan orang-orang disana pun turut mendoakan kebahagiaan mereka untuk selamanya. Wina, Leo, Bram, dan Hilda tidak bisa menahan air mata mereka melihat kedua putera puteri mereka menikah, dan akan membentuk sebuah bahtera rumah tangga.

---

The Ritz-Carlton Hotel, Jakarta

Kedua pengantin itu sedang berdiri diatas panggung dan menyalami satu persatu tamu undangan yang datang kesana untuk ikut turut berbahagia dalam pernikahan mereka.

Akhirnya setelah tamu undangan mulai sepi, para sahabat-sahabat Ezar baru naik ke atas panggung dan menyalami mereka.

"Bro, happy wedding. You did it. Kalian cocok banget.", ucap Andrew lalu memeluk Ezar.

"Lo bener-bener ganteng bro, malem ini. Gue nggak percaya kalian officially married now!", kali ini Gerald yang memeluk Ezar dengan tersenyum.

"Selamat, calon kakak ipar. Doain kita-kita, khususnya gue, cepetan nyusul elo, ya. Lexa, elu cantik banget malem ini.", ucap Daniel lalu memeluk keduanya secara bergantian.

"Kalian... gue nggak ngerti mau ngomong apa lagi. You guys looks so good together!", ucap Reyhan lalu memeluk Ezar saja. Dia tidak mungkin memeluk Lexa, dia masih sayang mukanya agar tidak kena semprot Ezar.

"Gue.. ga tau mau bilang apa, tapi kalian bener-bener cocok barengan! Wishing you guys a very long lasting wedding! Mbak Lexa cantik sekali!", ujar Putri lalu memeluk keduanya.

"Bro, you did it. Gue harus bilang, gue shock dan masih nggak percaya, tapi lo.. bener-bener udah jadi suami orang sekarang.", ucap Ian lalu menepuk pundak sahabatnya dengan pelan.

"Congratulation, bro, sis. Kalian berdua emang relationship goals af. Gue bener-bener seneng dan iri disaat yang bersamaan.", ucap Yola paling terakhir memeluk mereka berdua secara bergantian.

"Ini kode gak sih?", tanya Daniel dengan goblok.

"Thankyou-thankyou guys. Kalian emang amazing family banget, gue bener-bener bahagia punya keluarga kaya kalian.", ujar Ezar seraya tersenyum dan Lexa berkata,

"Terimakasih ya, udah dateng, semua doa kalian aku aminin kok. Nyusul ya!",

Dan malam itu menjadi malam terindah dalam hidup mereka.

Menjadi malam penuh sejarah akan perjalanan kisah antara Ezardi Ardian Tantradinata dan seorang Alexandra Gabrielle Halim.

"I love you, and I always do.", bisik Ezar ditelinga isterinya yang bahkan telah tertidur setelah aktivitas yang.. you know.

This is the story of us.

---

[REUPLOAD]; The Billionaire's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang