Hayyyy... semua.
Jgn bosan baca dan voment yahh. Supaya makin semangat nulisnya. Ya udah,
Happy readingAUTHOR POV
"Kau tak lihat mereka saling bercanda?" Tanya Deria pada Raja.
"Tapi tetap saja, bercandanya kasar." Ucap Raja sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Davin biasanya tertutup pada orang lain, bicarapun jarang. Mungkin saja takdirnya bisa berubah lewat Namira."
"Kuharap seperti itu, karena hari yang paling aku takutkan akan segera tiba."
"Bagaimana bisa kau berkata begitu?"
"Aku mendatangkan peramal ke kerajaan. Dia berkata Davin akan segera menghadapi hari itu." Ucap Raja dengan wajahnya yang mulai berpikir keras.
"Tak ada Mianor yang bisa bertahan lama, jika menghadapi hari itu. Lalu apa yang bisa kita lakukan Damos? Aku takut kehilangan Davin." Ucap Deria frustasi.
"Dia ditakdirkan untuk berkorban dan mempertahankan negeri ini. Dia Mianor, kita tak bisa apa-apa dengan takdirnya itu."
"Lalu sampai kapan hal ini kita sembunyikan dari Davin? Dia wajib tau tentang dirinya sendiri Damos."
"Jika itu terjadi, dia akan mencari tahu lebih detail tentang Mianor. Dan jika dia mendapatkan buku itu, dia bisa membuka gerbang kegelapan yang akan mempercepat takdirnya untuk bertemu petaka itu."
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tanya Deria mulai gelisah.
"Diam dan tetap memantau keadaan Davin!" Tampak Raja dan Ratu berpikir keras akan takdir Davin selanjutnya.
***
di tempat lain, Namira yang sehabis membersihkan dirinya, memilih untuk beristirahat di perpustakaan kerajaan.Langkah kakinya, membawa dirinya ke rak yang berada di sudut ruangan. Tempat itu memang agak tersembunyi. Namun, saat dia ingin menarik buku hijau yang tertata rapih di sana, ada ruangan lain yang terbuka di depannya.
Disana terdapat buku besar berwarna emas. Walau ragu, Namira tetap mendekati buku tersebut dan menatapnya dalam diam. 'MIANOR' itulah kata yang terdapat di sampul bukunya.
Dengan perlahan tangannya membuka buku tersebut.
Setiap 100 tahun, lahir 1 mianor yang ditakdirkan untuk menjaga negerinya.
Petaka akan datang, dan yang terkuatlah yang bertahan sampai akhir.
Kesempurnaan akan melahirkan kekuatan yang kekal abadi. Hal yang takkan pernah musnah dan akan selalu hidup.
Hal yang mereka anggap tak penting, tapi itulah yang menyelamatkan hidup mereka kelak.
Pada akhirnya kekuatan akan kalah dengan ketulusan, dan disaat itu kesempurnaan dari diri Mianor akan muncul.
Setelah membaca penggalan isi buku tersebut, Namira langsung menutup buku tersebut dan pergi dari tempat itu.
"Buku macam apa itu? Isinya saja, tidak ada yang kumengerti." Ucap Namira pada dirinya sendiri.
Dirinya yang baru saja keluar pintu perpustakaan itu, langsung dikagetkan dengan Pangeran Darius yang berdiri di depannya.
"Ehh.. Pangeran Darius." Ucap Namira gugup sambil membungkuk hormat padanya."Sudahlah, jangan se-resmi itu bertemu denganku." Ucap Darius ramah.
"bolehkah saya lebih mengenal pengasuh adikku?" Tanya Darius kembali.
Namira pun mengangguk kecil, sambil tersenyum padanya.
"Sudah hampir seminggu kau disini, dan sepertinya ada perkembangan pada Davin. Apa yang kau lakukan dengan anak itu, sampai menurut
padamu?" Ucap Darius sambil menatap Namira penuh tanya."Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya melakukan tugas dengan baik disini. Walaupun dia kasar, tapi dia tidak seburuk yang saya duga. Setidaknya dia tidak seperti saat pertama kali kami bertemu."
"Baguslah, setidaknya kau lebih pintar mengambil hatinya dibanding keluarga di kerajaan ini. Aku salut padamu, Namira." Ucap Darius tulus. Namira pun sempat menunduk sambil tersenyum malu dibuatnya.
"Apa yang kau lakukan dengan pengasuhku, sampai dia tersenyum genit seperti itu, hah?" Suara khas milik Davin yang datar dan dingin langsung membuat kedua orang yang sedang berbicara barusan berbalik padanya.
"Hanya ingin mengenal gadis cantik di depanku, apakah salah?" Ucap Darius, yang masih menatap Namira dengan tatapan yang beda dari sebelumnya. Seperti tatapan orang yang sedang jatuh cinta.
"Tentu saja salah, jika kau mengajaknya berkenalan disaat dia belum menyelesaikan tugasnya." Ucap Davin tajam, dan langsung menatap Namira yang bingung dengan kakak beradik yang ada di depannya saat ini.
Tanpa menunggu lama Davin langsung menarik tangan Namira, dan membawanya ke kamar.
"Lancang sekali kau menggoda kakakku. Ingat kau itu hanya pengasuhku, jadi jangan bertindak seolah kau sangat penting disini." Bentak Davin
"Kami hanya berbicara sebentar, dan aku tidak mungkin berani untuk menggoda Pangeran Darius, aku juga tahu diri." Ucap Namira yang agak tersinggung dengan perkataan Davin barusan.
"Kalau begitu lakukan pekerjaanmu dengan baik disini, dan tak usah berbicara pada semua orang kecuali aku, Raja dan Ratu, mengerti?"
"Apa kehendakmu, melarangku seperti itu?" Tanya Namira mulai marah.
"Bisakah kau tidak membantahku? Apa sekarang kau merasa dirimu berkuasa, karena membuatku bertekuk lutut padamu? Ingat yah, aku tidak mungkin sudih melakukan semua ini, jika itu bukan karena Carlos." Ucap Davin dan langsung meninggalkan Namira yang terpaku menatap kepergiannya.
Maaf agak pendek. Tapi cerita selanjutnya akan di update cepat kok
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Savior
Fantasy[CERITA INI, DALAM MASA REVISI] Bahagia itulah yang sedang kurasakan saat ini. Berawal dari Raja Damos yang mencari pengasuh untuk anaknya.Namun sepertinya kebahagiaan itu hanya berpihak sementara, setelah aku bertemu pangeran yang sok jual mahal, s...