Bab 26

558 53 48
                                    

Maaf baru update lagi? Banyak kesibukan soalnya.
Semoga belum lupa jalan ceritanya yah. Hehe

***
Kini pikiranku hanya tertuju pada satu orang, yaitu Davin. Segera aku menuju ke kamarnya, namun tak ada seorang pun disana.

Akhirnya aku memutuskan, keluar kerajaan sambil berjalan pelan menyusuri halaman kerajaan yang sangat luas itu. Tiba-tiba langkahku terhenti, saat melihat Davin dan Dania yang sedang berdiri saling berhadapan.

Davin saat itu, memegang bunga putih yang sangat indah di tangannya, dan menyodorkan ke arah Dania, sambil tersenyum tulus. Sesekali, mereka tertawa bersama membuat hatiku terasa sangat sakit.

Aku memang tak mendengar apa yang mereka katakan, karena jarak kami lumayan jauh. Tapi dari sini, aku bisa melihat mereka berdua yang tampak bahagia.

"Pergi kau, bodoh. Kau hanya pengganggu di sini." Dewi batinku bicara.

Akupun hanya tersenyum miris, dan segera pergi dari tempat itu. ***

DAVIN POV

Aku terbangun, sambil memandang matahari yang bersinar terang di luar. Sesekali aku mencuri pandang ke arah pintu kamar Namira.

Tumben sekali dia tidak membangunkanku, biasanya kan dia paling bawel, kalau aku bangun kesiangan.

Aku pun beranjak dari tempat tidurku, dan berjalan ke arah jendela. Membukanya dan menatap pemandangan di luar sana. Namun mataku beralih pada sosok wanita yang sedang duduk sendirian di taman belakang kerajaan. Feelingku berkata, kalau wanita itu adalah Namira.

"Ada apa dengannya?" Tanpa menunggu lama, aku segera menyusul Namira di bawah sana.

Sesampainya di sana, aku langsung mengambil tempat duduk yang ada di sampingnya. Tampak dirinya menatapku kaget, dan dengan cepatnya dia mengganti kekagetannya dengan senyuman, yang menurutku seperti sebuah paksaan.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?"

"Kupikiri, kau butuh istirahat." Ucapnya, tanpa melihat ke arahku.

"Hey, lihat aku!" Diapun segera menatapku dalam diam.

"Apa?"

"Aku merindukan Namira yang ceria dan cerewat, seperti dulu. Bukannya yang sekarang."

"Jadi, aku harus seperti ini tiap hari?" Ucapnya, sambil memperlihatkan senyumannya padaku.

Seketika, hal aneh itu terjadi lagi. Aku merasa jantungku seperti bermain drum di dalam sana. Ini sungguh mengganggu pikiranku. Aku tidak bisa, berada dalam posisi seperti ini terus-menerus. Sepertinya, aku harus berkonsultasi dengan tabib kesehatan, mungkin dia bisa menyembuhkan penyakitku yang makin parah ini.

"DAVIN!" Teriak Namira, tepat di telingaku. Akupun terlonjak kaget, sambil mengusap telingaku dengan kasar.

"Aku merindukan tingkah cerewetmu, tapi jangan berlebihan juga." Ucapku kesal, tampak dirinya hanya nyengir menatapku.

"Sekarang, temani aku memberi makan Carlos." Ucapku, sambil menarik tangannya, agar cepat berdiri.

***

Kini kami berdua, sedang menyodorkan rerumputan ke mulut Carlos. Tangan kiriku yang nganggur, aku pergunakan untuk mengelus leher Carlos. Namun, ada sesuatu yang menghentikan gerakanku, saat merasakan ada yang aneh di leher Carlos.

Aku merasa ada tonjolan di sana. Dengan sigap, aku menunduk dan melihat tonjolan itu dengan seksama.

Tonjolan yang menyerupai tatto berwarna merah itu, tampak berbentuk seperti sebuah pedang. Namun anehnya, sejak kapan Carlos memiliki tatto seperti itu?

The Prince SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang