DAVIN POV
Aku melihat Namira dari kejauhan membawa keranjang buah, dan langsung menyodorkan segenggam buah avelos saat dia telah berada di depanku.
Akupun sempat berpikir dua kali, mengenai tawarannya. Jika aku memakannya, maka penyakit jantungku akan kambuh kembali.
Bukannya awal mula penyakit itu muncul, saat aku memakan buah avelos di dekat danau, bersama Namira?
"Katanya kau sangat menyukai buah ini, lalu mengapa kau tidak segera mengambilnya?" Tanya Namira padaku.
"Aku tidak ingin memakannya lagi."
"Loh kenapa? Padahal aku sudah jauh-jauh mencarinya di hutan khusus untukmu." Ucapnya dengan raut wajah sedihnya.
"Baiklah, berikan padaku!" Tanpa menunggu lama, Namira langsung memberikan segenggam buah avelos ke telapak tanganku.
"Ayo makan!" Pintanya, dan sesaat kemudian aku sudah memakan buah avelos dengan lahap di depannya.
Sungguh ini adalah buah terlezat yang pernah kumakan, hanya saja buah ini memiliki dampak buruk untuk tubuhku.
Yah..aku rela menahan sakit, demi kebahagiaan Namira.
"Bagaimana rasanya?" Tanya Namira dengan senyum manisnya.
"A..aku." Ucapku terbata-bata. Kini rasa nyeri itu kembali muncul, bahkan jantungku sudah berpacu kencang.
"Kau kenapa Davin?" Tanya Namira panik. Dia melihat tanganku yang sudah memegang dada dengan sangat erat.
"Kau kenapa? Katakan padaku." Ucapnya sekali lagi.
"Aku ingin istirahat, mungkin ini efek kecapekan." Ucapku sambil tersenyum paksa padanya.
"Mau aku bantu ke kamar?"
"Tidak perlu, aku ingin sendiri."
"Baiklah."
***
Aku terbangun dengan keadaan yang benar-benar kacau. Keringat dingin sudah memenuhi wajah dan leherku. Ini sudah yang kesekian kalinya aku terbangun dari mimpi burukku, dengan mimpi yang sama.Tiba-tiba suara ketukan pintu, membuat pandanganku beralih pada sosok kakek tua yang baru saja memasuki kamarku.
Tampak kakek tua itu tersenyum ramah padaku, namun aku tetap menatapnya dingin.
"Siapa kau?" Tanyaku datar.
"Rupanya kau sudah lupa padaku." Mendengar penuturannya barusan, membuatku berpikir lebih tajam sambil memperhatikan kakek itu dengan seksama.
"Apa kau Tuan Frans?" Tanyaku tak percaya.
Saat memperhatikan wajahnya, aku langsung teringat kakek tua yang memberikanku sebotol obat di tengah hutan, kalau tidak salah dia memiliki kembaran yang saat itu menuduhku sebagai siluman.
Yahh.. aku tidak salah lagi, pasti dia orangnya.
"Ternyata ingatanmu masih kuat." Ucapnya sembari tersenyum.
"Aku sudah lama tak melihatmu, Tuan. Lagipula, apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku diperintahkan untuk menemuimu. Aku tahu kau memiliki banyak masalah, Pangeran."
"Aku tidak memiliki masalah sedikitpun."
"Aku tahu kau orang yang tertutup, tapi aku bisa membaca pikiranmu, Nak. Kau sedang dihantui oleh mimpi buruk beberapa hari ini, bukan?" Sesaat aku langsung menatapnya tak percaya. Dia benar-benar dapat membaca pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Savior
Fantasy[CERITA INI, DALAM MASA REVISI] Bahagia itulah yang sedang kurasakan saat ini. Berawal dari Raja Damos yang mencari pengasuh untuk anaknya.Namun sepertinya kebahagiaan itu hanya berpihak sementara, setelah aku bertemu pangeran yang sok jual mahal, s...