bab 4

854 96 16
                                    

Ohh ya, diatas itu gambarnya davin dan namira. Gimanaa?
Jangan lupa voment yahhh...

Selamat membaca guysss

"Apa maksudmu, menguncikan pintu Namira?" Bentak Ayah, akupun terdiam sambil menatap dingin gadis itu. Tunggu saja pembalasanku.

"JAWAB AYAH, DAVIN!" Teriak Ayah sekali lagi. Akupun tersentak kaget dan beberapa Ratu mulai menenangkan Raja.

"Gadis ini, sudah kurang ajar padaku Ayah." Ucapku membela diri, dan Ayah hanya menggeram keras, Menahan marah.

"Jangan bicara yang tidak-tidak Davin. Ayah takkan tinggal diam lagi sekarang, jika kamu bersikap seperti ini pada Namira. Jangan harap Ayah akan memberimu izin berkeliaran di luar, dan kudamu akan Ayah potong."

Ohhh,, jangan Carlos. Dia kelemahanku, sungguh. Dia sudah menemani hidupku sejak aku masih kecil.

"Ayah, kumohon jangan. Aku janji tidak akan melakukannya lagi. Tapi jangan Carlos Ayah, kumohon!" Teriakku sambil mengejar Ayahku yang menuruni tangga. Namun dia masih tetap diam, dan tetus berjalan.

"Damos, jangan menyiksa Davin seperti itu!" Ucap Ratu Harifa pada Raja. Akupun tersenyum senang mendengar Ibu ketigaku berbicara.

"Ayah tidak main-main kali ini, Davin." Ucap Ayah menegaskan.

"Jika Carlos mati, aku akan bunuh diri." Ucapku tegas, dan mulai berdiri tegak di depan Ayahku seolah menantang dirinya.

"Hanya karena kuda kau begini? Apa hatimu sudah berpindah pada Carlos, makanya kau tidak pernah meilirik wanita manapun?" Tanya ayah yang mulai menggodaku. Shit, jangan membahas itu.

"Setidaknya Carlos lebih menyayangiku, dibanding Ayahku sendiri." Ucapku mantap.

"Jaga omonganmu Davin. Jangan membuat ayah kehilangan kesabaran." Ucapnya dan akupun hanya menatapnya datar.

"BASI" itulah satu kata yang tepat untuk sekarang. Ancamannya terlalu mainstream. Jadi aku sudah kebal dengan perkataan seperti itu.

"SIAPKAN, PEDANG SEKARANG!" Teriak Ayahku pada pengawalnya di belakang. Akupun menatapnya curiga.

"Mau apa dengan pedang itu?"

"Sepertinya kita akan makan daging kuda, malam ini."

shit, dia benar-benar tahu kelemahanku. Ancaman yang tepat Ayah, kali ini anakmu bertekuk lutut padamu.

"Baiklah, aku akan bersikap baik pada Namira, dan lepaskan Carlos!" Ucapku sambil menatap Ayahku, menunggu kepastian.

"Janji?" Ini hal yang paling kubenci. Terikat janji, yang tidak ingin aku lakukan.

"Ya." Ucapku cepat menaiki tangga dan memasuki kamarku. Tampak semua orang menatapku tak percaya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tak kusangka, adikku yang kasar dan kepala batu, Luluh pada kuda coklatnya bernama Carlos." Ucap Kiara sambil tertawa terbahak-bahak. Akupun langsung membanting pintu kamarku dan berlalu untuk berbaring di atas kasurku.

"Kenapa kamarku tak bisa terbuka, sih?" Ucap Namira kesal, sambil memutar kenop pintunya dengan asal. Akupun menegang di tempat tidur. Shit, kuncinya kan sudah kulempar keluar.

Kulihat dirinya sudah lelah dan memilih pergi keluar kamar. Akupun segera mencegahnya.

"Mau kemana kau?" Tanyaku tak sabar, sekaligus takut. Jika Raja tahu, Carlos lah taruhannya.

"Meminta tolong, pada.."

"JANGAN! Kau tidur saja di kasurku. Aku bisa tidur di sofa." Ucapku cepat, dan dia pun memandangku tak percaya.

The Prince SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang