PART 6. Kau percaya takdir?

988 72 0
                                    

Resah, gelisah, risih, tidak nyaman, dan ingin pulang. Itulah yang dirasakan Virgie saat ini.

Nasi goreng seafood pesanannya sama sekali tidak disentuhnya, padahal biasanya itu makanan kesukaannya. Sementara Chela cuma mengaduk-aduk udang saus tiramnya sambil terus menatap dua pemuda didepannya penuh curiga. Masih gak percaya rupanya dia.

Alex melirik Marcel yang nampak makan dengan tenangnya disampingnya, nampak tak terusik dengan sikap dua gadis didepannya. Berbeda dengan Alex... ia merasa harus melakukan sesuatu untuk mencairkan suasana yang terasa mulai tidak nyaman.

"Apa kau tidak suka makanannya?! Mau kupesankan makanan yang lain?! " pertanyaan itu ditujukannya pada Virgie, dan Virgie lumayan terkejut mendapat pertanyaan itu.

"Tidak, tidak usah. " lirih Virgie yang buru-buru menyendok dan memakan nasi gorengnya. Mungkin kalau nasi gorengnya habis, ia baru bisa pulang... kurang lebih itu yang dipikirkan Virgie.

Niat hati pengen cepet pulang, eh malah narik perhatian... perhatian siapa lagi kalau bukan perhatian Alex. Cara makan Virgie yang terburu-buru dan jadi belepotan membuat senyum Alex tak pernah hilang dari bibirnya. Dan tatapannya tak pernah lepas dari setiap gerak-gerik dinda.
Ia sendiri bahkan tidak menyangka... ternyata perasaannya pada gadis itu sama sekali tidak berubah walau tujuh tahun sudah berlalu, dan walau seperti apapun keadaan dinda sekarang.

"Hukkh uhhukk!! "

Alex segera menyodorkan minumannya pada Virgie saat melihat Virgie tersedak. Dan Virgie tanpa pikir panjang langsung menenggaknya sampai tinggal setengah. Setelah virgie merasa lebih baikan, Alex ganti menyodorkan tissue yang memang sudah tersedia di setiap meja di restoran itu untuk virgie membersihkan sudut-sudut bibirnya yang nampak belepotan.
Sebenernya Alex pengennya bersiin sudut bibir dinda dengan tangannya sendiri, dengan bibirnya sendiri kalau perlu. Tapi bola mata chela yang terus melihat tajam kearahnya, lagi-lagi membuat Alex tak bisa berbuat sesuka hati.

Hmmm... sabar, lex... sabar. Nanti juga ada saatnya lo bisa ngelakuin itu ke dinda. Yang terpenting sekarang... ambil hatinya dulu dah.

"Terima kasih... " lirih dinda yang baru sadar kalau yang menyodorkan minuman serta tissue padanya adalah Alex. Virgie makin kelabakan saat melihat Alex yang melihati gelas minumannya yang kini tinggal separuh. Alex seperti tengan mencari bekas bibir dinda digelasnya, dan saat sudah ketemu... ia menenggak habis sisa minuman di gelas itu lewat bekas bibir dinda tadi. Omaigot!! Virgie tidak habis pikir apa yang dipikirkan pria didepannya itu sehingga ia melakukan itu. Tapi senyum kepuasan yang terkembang di bibir Alex yang nampak sangat menikmati minumannya membuat pikiran Virgie mau tak mau jadi membayangkan bagai mana kalau yang jadi gelas itu adalah dirinya. Glegh!!

What are you thinking, Virgie?! Stupid brain!!

"Sama-sama. " ucap Alex begitu minuman digelasnya habis dan ia kembali fokus menatap Virgie.
Virgie cuma bisa tertunduk untuk menyembunyikan pipinya yang jadi merona karna pikiran gilanya itu.

Jangan kira semua kejadian itu lepas dari perhatian chela. Termasuk rona dipipi dinda.
Mungkin chela harus sedikit memberi kesempatan untuk pemuda itu mendekati Virgie, mungkin saja pemuda itu memang serius pada adiknya itu. Itu mungkin saja kan. Lagipula bayangan chela tentang pemuda yang mendekati Virgie memang seperti Alex ini, walau dalam segi wajah dan penampilan... emmm... Alex patut mendapat kata lebih dari seketar WOW, dan itu sama sekali tak seperti bayangan chela. Dan hanya alasan itulah yang membuat chela masih meragukan kesungguhan Alex.

Huuufffhhhhh.... chela menghela nafas panjang saat memantapkan hatinya. Yah, tidak ada salahnya kalau ia diberi kesempatan. Lima atau sepuluh menit rasanya cukup.

BECAUSE SHE IS YOU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang