Mobil itu berjalan lambat sebelum akhirnya berhenti di tempat parkir depan sebuah restoran.
Didalam mobil, ada Alex dan Virgie yang nampak terlarut dalam keheningannya.
Virgie terus tertunduk sambil kedua jemarinya saling meremas cemas... pikirannya melayang pada kejadian yang baru saja terjadi. Saat itu ia hanya bungkam karna tak tau harus berkata apa, namun yang Virgie tau... semua keributan yang terjadi dirumah itu adalah disebabkan karna kehadirannya.
Sementara itu Alex juga nampak hanyut dengan pikirannya sendiri... matanya menatap lurus kedepan dan beberapa kali ia menghela nafas berat sebelum akhirnya..."Maaf, sudah membuatmu mendengar ucapan tidak enak dari orang tuaku!! " setelah hening yang cukup lama, akhirnya Alex buka suara juga. Ia merubah posisinya jadi menghadap Virgie, sementara Virgie masih setia dengan posisinya.
"Orang tuamu benar, gadis cacat sepertiku tidak pantas kalau disandingkan denganmu. Dia... gadis yang dijodohkan oleh orang tuamu... kurasa dia lebih pantas!! " lirih Virgie dengan suara sedikit bergetar saat mengatakan itu. Sungguh perasaannya tengah bimbang sekarang... padahal baru juga ia ingin membuka hatinya untuk Alex, tapi masalah sudah datang membuat hatinya jadi ragu lagi. Seharusnya dari awal Virgie sudah memperkirakan tentan orang tua Alex yang pasti akan menentang hubungannya dengan Alex... lagi pula orang tua mana yang mau punya menantu lumpuh. Virgie jadi merasa sangat bodoh, dan ia harus segera mengakhiri kebodohan itu.
Alex kembali menghela nafas lalu dengan lembut ia meraih kedua tangan Virgie.
"Tidak ada yang pantas ataupun tidak pantas kalau urusannya dengan hati. Yang ada itu... perasahan cinta dan tidak mencintai!! " dengan sabar Alex berusaha meyakinkan Virgie walau virgi masih setia menunduk dan tak mau menatapnya."Walaupun orang tuaku atau bahkan dunia sekalipun mengatakan kalau aku lebih cocok dengan Luna, tapi kalau aku tidak mencintainya semua akan percuma. Aku tidak akan pernah bahagia jika bersama Luna, karna kebahagiaanku hanya denganmu... gadis yang kucintai, dari dulu... sekarang... bahkan sampai aku mati nanti!! " lanjut Alex sambil menyentuh dagu Virgie dengan tangan kanannya dan menariknya mengarahkan wajah Virgie untuk menghadap kearahnya sementara satu tangannya lagi masih ia gunakan untuk menggenggam kedua tangan Virgie.
Tatapan mereka beradu sesaat, namun kemudian Virgie menoleh kearah lain untuk menghindari kontak mata dengan Alex.
"Tapi... bagaimana dengan orang tuamu?! Dengan perusahaanmu?! Bukankah perusahaanmu akan bangkrut jika ayahnya Luna itu membatalkan kerjasamanya... " Virgie masih ingat betul apa yang dikatakan ayah Alex dan itu sungguh mengusik pikirannya.Alex menurunkan tangan kanannya dari dagu Virgie sehingga kini ia bisa menggenggam jemari Virgie dengan kedua tangannya.
"Kau tidak perlu memikirkan itu, percayalah padaku... aku pasti bisa mengatasi semuanya!! yang kubutuhkan hanya kepercayaanmu, dan juga cintamu!! " dengan perlahan Alex mengangkat kedua tangan Virgie untuk kemudian mengecup tangan lembut itu.Virgie melirik sekilas kearah Alex saat dirasakannya punggung tangannya dikecup oleh Alex. Memang cuma kecupan ringan, tapi itu mampu membuat hati Virgie terasa menghangat Dan nyaman.
Tidak, ini tidak boleh!! Virgie tidak mau hubungan nya dengan Alex akan menjadi penyebab hancurkan hidup keluarga Alex. Virgie merasa ia tidak boleh egois.
"Maaf, lex... aku gak bisa!! " dengan sedikit kikuk Virgie menarik tangannya yang digenggam Alex lalu kembali keposisinya semula tanpa berani menatap wajah Alex.
Alex cuma bisa tersenyum kecut melihat reaksi penolakan Virgie. Tapi bukan Alex namanya kalau ia mudah menyerah.
"Oh iya, seharusnya malam ini dinner pertama kita ya. Bagaimana kalau kita makan malam direstoran ini, aku sudah... " Alex merujuk pada restoran didepan mereka, tapi belum selesai ia menyelesaikan kalimatnya... Virgie buru-biru memotongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE SHE IS YOU...
RomanceKelumpuhan membuat rasa tak percaya diri selalu hinggap pada dirinya... Kisah cinta baginya hanyalah hal yang mustahil. Logikanya... siapa pula pria yang mau menerima kondisi cacatnya dan mau mencintainya apa adanya. Namun ternyata pria itu ada. P...