Epilog

1.5K 104 8
                                    

DRAP DRAP DRAP

Deru langkah bergema di sepanjang koridor.
Sosok pria dengan jas rapi tampak tergesa-gesa berlari. Keringat bercucuran dari pelipisnya.

GREEK

Pria tersebut membuka pintu tempat tujuannya. Bau khas obat menyeruak indra penciumannya. Seorang perawat menghampirinya.

"Suami Kagamine Rin-san?"
"Hai'. Kagamine Len desu." Len menunduk sopan.
"Douzo, Len-san." Suster itu mempersilahkan masuk.

Lenpun langsung menghampiri ranjang istrinya. Kagami Rin--Ah salah. Sekarang Kagamine Rin.

Ya Rin dan Len akhirnya memutuskan untuk menikah dan menjalin kehidupan bersama selamanya.

Len mengusap peluh istrinya yang tengah berjuang tersebut. "Kau bisa Rin, kau bisa."

"Arrggghhhh---hah--hah"
"Terus Kagamine-san, teruss!"
"Erggghhhhhhh."
Rin menggeram berusaha sekuat tenaga demi lahirnya bayinya.

Ya, Singkatnya Rin sedang melakukan persalinan untuk anak pertamanya.

"Kepalanya sudah keluar! Sedikit lagi Kagamine-san!" Dokter dan suster terus menyemangati Rin.

Sementara Len sendiri sudah keringat dingin melihat kondisi istrinya yang pucat dan kelelahan. Ia sunggu tidak tega melihat istrinya kesakitan.

"Rinn ayo Rinn." Len berusaha menyemangati.

Dan sekali hentakan. "ARGGGHHH."

Hoek Hoek Hoek..

Rin berhasil. "Hah---hah"

Susterpun mengambil bayi Kagamine menuju pelukan ibundanya. "Selamat, bayi laki-laki yang sehat."

Rin menatap bayi yang ada dalam gendongannya dengan tatapan haru. Begitupula Len. Len meraih lengan bayi itu dan berkata.

"Rinto-kun."

Rin mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Kau sudah menemukan namanya?"

Len mengusap tengkuknya pelan. "Ehh, entahlah. Tapi saat melihatnya, aku seperti melihatmu dalam waktu yang sama."

Rin berusaha mencerna kata-kata Len.

"Kau tidak suka, Rin?"
Rin tersenyum lalu menggeleng, "Aku menyukainya."

Len dan Rin pun terkekeh bersamaan. Hidup keluarga mereka baru saja dimulai.





"Len!!"

Teriakan menggelegar memenuhi kediaman Kagamine, yang tidak salah lagi pelakunya adalah nyonya Kagamine.

Rin menghentak-hentakan kakinya kesal saat menaiki tangga rumahnya.

Ia menggerutu kesal, kenapa suaminya sangat sulit bangun pagi sih.

Rinpun mendobrak pintu kamarnya-- kamarnya dan Len-- dengan keras. Betapa kokohnya pintu itu hampir setiap pagi dibanting. Rin berdiri di ambang pintu dengan glare mengerikan.

"Ukhh.. 5 menit lagi Rin.." Gumam Len yang tidak beranjak dari posisinya.

Tck.

Perempatan muncul di dahi Rin.

"5 menitmu sama saja 5 jam bagiku! Cepatlah, aku harus mengurus Rinto dan kau harus kerjaa!" Rin meneriaki Len dan menarik selimut yang dikenakan Len.

Tck.

Perempatan kali ini muncul di dahi Len.

Len menunjuk kalender di samping tempat tidur. Dan Rin melihatnya. Len menunjuk hari ini.
Seketika nyali Rin ciut. Betapa kipa nya dia saat tahu hari ini hari Minggu.

Keringat dingin turun dari dahi Rin. Melihat Len yang sudah mengeluarkan glarenya membuat Rin ciut.

"A-ano nee, aku harus mengurus Rinto--"
Sesaat sebelum Rin beranjak pergi. Len menarik lengannya kuat dan menukar posisi mereka di kasur.

Rin menjadi di bawah Len. Firasat Rin mengatakan hal buruk.

"Beraninya kau mengganggu tidurku Rin~"

Rin merinding mendengar suara Len. "L-Len aku harus me-mengurus Rinto kau tahu.."

Len tiba tiba menyeringai. "Semenjak kelahiran Rinto-kun, aku sibuk, dan kita tidak sempat melakukannya kau tahu."

Tubuh Rin semakin merinding. Len mulai meraba punggu belakang Rin. "L-Len chotto matte--"

"Aku yakin Rinto-kun bisa menunggu~"
Len langsung menyerang Rin.

"L-Len chotto, Hyaann--"

----------Owari---------

A/n : kyaaa *fangirling* sisanya readerstachi bayangkan sendiri ya.. author gak kuat *keluarin bendera putih*

Epilognya singkat ya, ntar kalo panjang author kebablasan nanti.

Hey hey butuh saran buat next story nihh. Silahkan Comment requestnya yaa.

And btw sankyuu udah jadi pembaca setia Chilhood, author terharu loh *hiks (;v;)

Jaa nee at next story~

Keep voment?;)













ChildHoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang