13

1K 87 18
                                    

"Suster tolong ya."

Suster pun melepas selang oksigen Rin perlahan lahan.

Miku menangis dengan keras. Len menangis dan terus mengecup tangan Rin.

"Rin..."





Len tetap menggenggam tangan Rin. 'Tangan Rin masih hangat..' pikir Len.
Lalu Len menatap Rin intens. 'Jangan bilang?'

Tiba-tiba Miku dapat merasakan pergerakan jari mungil Rin. Miku terkejut.
"R-Rin?!"
Len ikut terkejut. Dokter dan susterpun ikut memperhatikan.

Rin membuka matanya berat. Lalu terbuka sepenuhnya. Ia melihat sekeliling.
"M-Miku? Apa yang--"

Miku langsung memeluk Rin erat.
"Rin-chann! Yokatta nee..Yokatta!!!"

Len terkejut. Ia tidak percaya.
"Rin? Kau benar-benar Rin?" Gumam Len asal. Tapi tetap terdengar.

Rin menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya siapa lagi?"

Len tiba-tiba ikut memeluk Rin. Sontak wajah Rin bersemu. "Yokatta..."

Dokter dan susterpun tersenyum lalu memutuskan untuk beranjak pergi.

Rin masih bersemu karena Miku dan Len sampai sekarang belum melepasnya.

"A-ano..sebenarnya apa yang terjadi?"

Dengan cepat Len melepas pelukannya dan memalingkan mukanya. Dapat terlihat pipinya bersemu merah. "G-gomen.."

Mikupun ikut melepas pelukannya. Ia merauk(?) Pipi Rin lalu mencubit-cubitnya. "BakaRinnnn"

"Ittai ittai!" Rin meringis keras sambil memukul lengan Miku pelan.

Mikupun melepas cubitannya. Rin hanya memasang muka cemberutnya. "Sakit tau."

Miku terkekeh kecil. Len hanya tersenyum. Ia mengecek hpnya sebentar lalu bangkit.

"Eh, mau kemana Len?" Tanya Rin.
"Ah, aku sudah ditunggu seseorang." Len menggaruk pipinya yang bersemu.

"S-siapa?" Tanya Rin lirih.
Miku menatap Rin takut.

"Ah, itu. Gumi."
Rin tersentak. Lalu menunduk dan meremas selimutnya. "So-souka.."

Iapun mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"J-jaa, matta nee, Len."

Miku terkejut. Begitu juga Len.

"Jaa nee." Lenpun pergi meninggalkan ruangan Rin.




Miku hanya menunduk sedih.
Ia menelan ludahnya takut. "A-aku bisa jelaskan, Rin-chan --"

"Iee iee.. tanpa kau jelaskan juga aku tahu.." Rin menoleh ke arah jendela kamarnya. "Sudah musim semi lagi ya.."

"Rin-chan.." Miku langsung memeluk Rin erat.

"D-doushi---"

"Biarkan aku merasakan sakitnya juga Rin-chan. Jangan kau simpan sendiri. Kumohon. Izinkan aku merasakannya juga." Miku berbicara dengan suara berat.

"Miku..."

"Dakara...menangis lah Rin-chan."

Rin terkejut mendengar perkataan Miku.
'Bagaimana kau tahu..' batin Rin.
Rin memeluk Miku erat dan menangis dalam diam.

"Me-mangnya apa salahku Miku..." kata Rin sambil sesegukan.
Miku hanya mengusap rambut Rin lembut.

"Rin-chan... Gomenne.. aku tidak bisa apa-apa.."

Rin melepas pelukannya. Lalu menghapus air matanya cepat.

"Miku. Aku punya permintaan.."
Rin menatap Miku serius.
Miku memiringkan kepalanya. "Nani?"

ChildHoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang