Chapter 12

19.9K 728 2
                                    

Typo? Maafiin aku hanya seorang manusia biasa ^_^
~happy reading
------------

Rio POV

"Kaniaaa" teriakku ketika memasuki rumah.

"Pakk jangan teriak2 di dalam rumah" kata seorang pembantu rumah tangga ku.

"Kania mana??" Tanya ku.

"Ada di a...." Belum sempat dia menjelaskan, aku sudah berlari menuju tangga

Sesampainya di kamar, aku melihat kania menggendong seorang bayi perempuan.

"Ka....kamu sudah melahirkan? I....ini anak ki...kita??" Tanyaku sedikit terharu.

"Bukan.... Ini namanya lily, tadi pas di jalan aku nemuin dia di depan pagar" jelasnya.

Huh percuma saja air mataku menetes.

"Kania, kita tidak boleh mengambil anak ini sembarangan, siapa tau saja orang tuanya lagi nyariin"

"Nggak kok, nih suratnya"

Aku melihat sebuah gulungan kertas coklat yang berisi

Mmm.... Mba/mas saya mohon maaf karna dengan lancangnya saya meninggal kan anak saya sendirian di depan rumah anda. Saya memohon dengan sangat untuk merawat anak saya.... Ayah nya selalu mengejarku dan berkata ingin membunuhku jadi, aku titipkan anak ku ke anda.

Nama anak saya Lily Aidina Rechi. Terimakasih dan mohon maaf.

"Aku mau nge rawat anak ini sampai besar, kalau perlu, aku juga mau nyekolahin anak ini bareng anak kita nanti. Kan umur nya juga beda beberapa bulan.... Boleh yaah" kata kania sambil menunjukkan puppy eyes nya.

"Hmm kaniaaa...."

"Yasudah kalo kamu gak mau, aku bakal kirim surat cerai kita sekarang juga" katanya.

1 detik.....

2 detik......

3 detik......

4 detik......

5 detik.....

"Oke baik, kamu boleh ngerawat anak itu" kataku akhir nya.

Kulihat mata kania berbinar dan berkata

"Yeeeeyyy makasih riooo" jawabnya dan mencium pipiku.

"Tapi kamu ikut aku ke rumah sakit dan menjalankan kemo" tawarku.

"Ka....ka...."

"Iya aku udah tau tentang penyakit kamu"

"Ta...tapi....ke...ke... Rioo maafin ak... Aku.... Hikss...hiksss"

"Hush hush hush gak papa udah jangan nangis" kataku menenangkan

Akhirnya aku dan kania berangkat ke rumah sakit.

"Rio, mau tau tidak? Kenapa aku mau ngerawat anak ini padahal sebentar lagi kita bakal punya anak?" Tanya kania memecah keheningan.

"Kenapa?"

"Karna aku gak mau kamu kesepian pad aku pergi nanti" katanya

"Bisa tidak kamu tidak mengatakan hal yang tidak mungkin? Aku akan bawa kamu kemana pun asalkan kamu sembuh"

"Nggak rio, kamu tau? Kanker ku sudah stadium akhir dan kamu masih saja ingin berusaha menyembuhkan penyakit ini itu tidak mungkin" katanya

Dan keadaan di dalam mobil menjadi hening. Hingga di pelataran rumah sakit pun aku hanya menatap kosong jalanan di depan ku.

"Kania" suara daylan terdengar pada saat aku dan kania memasuki ruangannya.

"Jadi.... Dia sudah tau?" Tanya nya lagi

"Iya daylan" jawab kania

"Ohh syukur lah aku sangat merindukan mu" kata nya

"Aku juga daylan" jawab kania dengan senyum yang melebar.

"Ehem..." Kataku akhirnya

"Maaf" jawab daylan.

Aku menjelaskan bahwa kania harus di kemoterapi dan menjalankan perawatan yang terbaik berapa pun harga nya.

"Jadi, kalian berdua bisa datang kembali besok dan kita akan memulai kemoterapi nya" kata daylan.

"Baik, kalau begitu saya pamit" jawab ku datar.

Kania POV

Rio tau dari mana tentang penyakitku?

Semoga dia tidak meninggalkan ku tuhan....

Di perjalanan pulang, sesekali aku menatap wajahnya. Rahang nya yang kokoh, hidung yang mancung dan bentuk mata yang indah di tambah lagi kulit nya yang berwarna coklat membuatnya menjadi lelakibyang pastinya akan di cintai semua wanita.

"Terpesona melihatku nona??" Tanya nya membuyarkan lamunan ku itu.

"Eng...enggak lahhh" jawab ku lagi.

"Hahaha sini aku mau bisikin sesuatu"

Dia menepikan mobilnya dan mendekatkan bibirnya di dekat telingaku.

"Aku mencintai mu" katanya dan mencium pipiku.

"Iii rio apaan sih, kirain mau bilang apaan" jawab ku sambil memukul pelan lengannya.

"Bukannya bilang i love you too malah di pukul, ckk gak asik" katanya

"I hate you" jawabku.

Kami berdua pun tertawa dan melanjutkan perjalanan.

Aku akan merindukan ini.

------------

He doesn't love meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang