Bagian 15

8.5K 145 15
                                    

Sherina terdiam sembari tangannya tetap mengaduk adonan kue. Matanya menerawang jauh teringat kata - kata mama mertuanya tadi

"Bikin kue lancar tapi bikin anak gak lancar - lancar. Sher.. Mama udah kangen cucu. Kamu kok jahat sekali sama mama sih? Mama cuma ingin seorang cucu saja"

"Maaf Ma kalau Sherin sudah kecewaiin mama, Sherin akan mencoba dan terus mencoba. Mama doain ya?" Sherin menggenggam erat tangan Sarah

Perbincangan itu terus menerus berputar di kepalanya. Pikirannya kacau. Entah apa yang harus diperbuatnya. Dia ingin membahagiakan mertuanya. Karena hanya mereka orang tuanya saat ini. Tapi bagaimana? Oh Tuhan, cobaan ini begitu sulit.

"Sherina?" Sarah menepuk pundak Sherina. Sherina menoleh dan tersenyum hangat kepada Sarah. Sarah sadar perkataannya sudah melukai menantu terbaiknya. Tapi sisi lain hatinya begitu ingin menimang cucu. Bukan hanya untuk dirinya tapi demi penerus keluarga

"Maafin mama ya sayang? Kata - kata mama pasto sudah melukai hatimu" ujar Sarah

"Gak kok Ma, Sherin ngerti"

"Sudah nanti saja lanjutin buat kuenya. Hasilnya tidak akan enak jika memasak dengan hati panas. Ayo duduk sama mama" Sherin mengangguk dan mengikuti Sarah duduk di sofa keluarga. Sherin memberikan teh hangat untuk Sarah

"Makasi"

Hening. Tidak ada yang membuka suara. Semuanya terdiam. Mereka sibuk dengan pikiran masing - masing

"Sherin.." panggil Sarah pelan

"Ya ma?"

"Kamu sudah kedokter berapa kali?"

"Berkali - kali maa"

"Apa kata dokter?"

"Sherin dan Lenno baik - baik saja ma, kita hanya menunggu waktu yang tepat saat Tuhan memberikannya"

"Bisakah kau memprediksi berapa lama kira - kira mama dan papa menunggu?" Sarah melirik Sherina yang menegang dengan ucapannya. Sherina diam tak menyahut. Sejujurnya dia juga bingung. Berapa lama lagi mertuanya bisa menunggu.

"Sherina, mama minta maaf jika mama terus mendesakmu untuk segera hamil. Ini juga bukan sepenuhnya salahmu. Mama ngerti dan paham kondisimu. Tapi cobalah mengerti mama dan papa juga. Jika kamu tidak kunjung hamil juga...." Sarah menghela napas. Sherina memandang Sarag dengan hati berdebar. Mungkinkah Sarah akan memintanya bercerai dengan Lenno? Tidak. Dia tidak akan sanggup hidup tanpa Lenno.

"Jika kau tidak kunjung hamil, ada baiknya kalau Lenno di beri ijin menikah lagi" ujar Sarah pelan dan lembut namun sangat menusuk hingga ulu hati Sherin. Mendadak kepalanya pusing dan mual. Di madu? Dia tidak akan sanggup untuk hidup di madu. Tidak! Dia tidak rela membagi suaminya

"Mama tau ini berat, tapi..kita tunggu sebulan lagi, jika masih belum hamil, mama serahkan semua keputusan kepadamu"

Sherina masih terdiam memandang lurus kearah tembok. Hatinya hancur berkeping - keping. Apa yang harus dilakukannya? Memberi ijin Lenno menikah lagi? Ato meminta cerai pada Lenno? Kedua pilihan yang tidak bisa dan tidak ingin dipilihnya. Air mata menetes membasahi pipi Sherina

"Sayang? Maafiin mama, mama lagi - lagi melukaimu" Sherina menatap lembut Sarah dan tersenyum

"Suami berhak berpoligami jika sang istri tidak bisa memberikan keturunan bukan?" tanya Sarah lagi dan di jawab anggukan oleh Sherina

"Ya ma, kita tunggu dua bulan lagi ya, kalau Sherin tidak hamil juga, Sherin akan mempertimbangkan usul mama"

"Mama tidak mau kalian bercerai sayang, mama sayang sama kamu" Sherina merasa hatinya teriris silet sakit dan berdarah - darah. Bagaimana bisa seorang yang menyayangi kita dan menganggap kita putrinya sendiri tega menghancurkan hatinya? Oh! Sherina menggeleng, dia tidak boleh egois. Perasaannya tidak sebanding dengan perasaan 3 orang yang dicintainya. Demi keturunan Adhirajasa dan Adiba bukan?

"Kalau adopsi anak mama kurang setuju" Sherina melirik Sarah

"Ya.. Itu bukan darah daging Lenno bukan keturunan Adhirajasa. Bagaimana kita bisa mempercayakannya kepada orang lain?" Sherina mendesah dan mengangguk. Harapannya sirna. Rasanya dia lebih baik mengadopsi anak daripada di madu!

Sepeninggal Sarah, Sherina segera mengadukan kesedihannya dalam doa kepada Tuhan. Mencurahkan segala perasaannya yang terluka. Tangannya menengadah dan memohon belas kasih dan ketegaran hati dari Tuhan

"Ya Tuhan, berikan aku petunjukmu. Apa yang harus aku lakukan untuk membahagiakan keluargaku? Pilihan ini begitu sulit, lapangkan hatiku Tuhan. Ya Tuhan, jika ini memang takdirku, bantulah aku agar Ikhlas, dan jadikan pengorbanan aku ini tidak sia - sia. Berikanlah aku petunjuk Tuhan. Apapun akan aku hadapi dengan hati lapang dada. Amiiinnnn"

********

Lenno memukul setir mobilnya dan mengacak rambutnya frustasi. Rasa marah, kesal dan kecewa bercampur jadi satu. Setitik air mata jatuh membasahi pipinya. Lenno lelah dengan keluhan orang tuanya yang terus menerus mendesaknya agar cepat memberikan cucu. Sedangkan sampai 6 tahun lamanya perjuangan dan usahanya belum juga membuahkan hasil.

Lenno tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pada Sherin, bukan hanya Sherin yang salah tapi dirinya juga ikut salah. Bagaimanapun dia yang menyumbangkan benih cinta di rahim Sherin. Jika Sherin tidak kunjung hamil, berarti Lenno juga harus bercermin bukan?

Berulang kali Lenno terus menghembuskan napasnya. Mencoba mengontrol emosinya yang tidak stabil. Di otaknya terus berputar pertanyaan dari orang tua "kapan kami menimang cucu?" dan kilasan wajah cantik Sherin yang tertunduk lesu kecewa karena tidak bisa memberinga keturunan.

Lenno melangkah masuk ke dalam rumah sakit tempatnya bekerja. Tanpa menyapa Andhara yang tersenyum manis kepadanha Lenno masuk dan sedikit membanting pintu. Sesaat kemudian dia tersadar sudah membawa masalahnya ke dalam pekerjaannya, dan ini tentu tidak bagus untuk seorang dokter

"Permisi dok" sapa Andhara. Lenno mendongak menatap Andhara dan menganggukkan kepala

"Dokter ada janji dengan seorang pasien,Syafira" ujar Andhara. Lenno hanya mengangguk tanpa menatap Andhara

Ceklek

Tok.. Tok.. Tok..

Bunyi sepatu melangkah mendekati arah Lenno. Lenno tetap serius dengan berkas - berkas di hadapannya tanpa menoleh pasien yang masuk keruangannya "Silahkan duduk nona" ujar Lenno sopan tapi matanya masih menatap berkas di mejanya

"Ehem" wanita itu berdehem yang membuat Lenno mendesah lalu mengalihkan tatapannya

"Kamu?" seru Lenno sedikit terkejut. Wanita itu tersenyum manis di depan Lenno.

Sory ya Anaz gak muncul hehe
Maaf juga pendek nanti malam aku update lagi, bu guru mau ngajar dulu. See yuu laff yuu all

CINTA KEDUA (Second Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang