Setelah cukup lama, aku mengintip jalan menuju ruang bawah tanah itu. Aku sudah tidak mendengar suara teriakan dan api lagi, berarti mereka sudah habis terbakar.
Aku memberanikan diri berjalan menuju ruang bawah tanah. Ternyata benar, mahkluk besar tadi sudah hangus terbakar dan hanya menyisakan noda hitam besar di lantai dan dinding.
Aku melewati noda hitam itu dengan sedikit perasaan bersalah, hingga aku akhirnya sampai di depan laboratorium ayahku.
Aku menguatkan diriku masuk ke dalam laboratorium dan menemukan Maria sudah terduduk lemas sambil bersandar di tembok.
Aku berlari menghampiri Maria yang sepertinya terluka, "Maria!"
"Nona..." katanya lemah.
"Kau terluka..." kataku padanya sambil melihat luka di tangannya.
"Ah... Aku akan baik-baik saja. Lupakan aku, nona. Pergilah ke tempat yang aman, di sini berbahaya nona," katanya kepadaku.
"Di mana ayah, Maria? Aku mendengar teriakannya dari kamarku," tanyaku pada Maria.
"Ah! Aku harus menyelamatkan dokter!" katanya lalu berusaha bangun, "Ugh..." dia terjatuh, sepertinya lukanya cukup parah.
"Kau tidak bisa pergi dengan luka seperti itu!" kataku sambil menyuruhnya beristirahat.
"Tapi..." dia tetap bersikeras, namun sayang badannya tidak bisa diajak bekerja sama.
"Maria, apa yang terjadi pada ayah?" tanyaku akhirnya.
"Dokter sudah pergi jauh ke dalam. Istrinya, dia..." jawab Maria.
"Istrinya? Ibuku...? Apa yang kau maksud? Maria!" tanyaku lagi tapi dia hanya diam.
"Maria!" panggilku sekali lagi, tetapi tetap tidak ada jawaban.
"Sayang sekali, sepertinya dia pingsan," kata sebuah suara yang terdengar familiar. Ternyata pria yang bernama Ogre itu tiba-tiba muncul.
"Kau lagi..." kataku pada pria itu.
"Sepertinya ayahmu sudah pergi duluan. Pergi jauh ke dalam labirin ruang bawah tanah," jelas Ogre padaku.
"Apa yang Maria lihat? Ibuku... sudah meninggal bukan? Apa yang terjadi di sini? Jangan bilang kutukan ini..." tanyaku kepadanya. Sejujurnya aku sungguh bingung dengan apa yang terjadi.
"Kau hanya bisa membuktikan kecurigaanmu dengan mencari tahunya bukan?" jawab pria aneh itu lalu pergi meninggalkanku lagi.
Aku melirik Maria sekilas, melihat dia tidak bergerak tapi sepertinya masih bernafas. Lalu aku melihat sesuatu di bawah roknya, sebuah kunci. Aku pun mengambilnya. Mungkin aku akan membutuhkan kunci ini.
Tiba-tiba aku mendengar suara dari luar ruangan laboratorium, membuatku penasaran untuk melihatnya.
Akhirnya aku melangkah keluar dari laboratorium, dan terkejut melihat sesosok hantu pria pucat berwarna biru di hadapanku.
Wajahnya tidak terlihat jahat, malah terkesan sedih. Hantu itu perlahan-lahan mundur seakan ingin menuntunku ke suatu tempat.
Aku memang merasa takut, tapi sepertinya hantu itu ingin memberitahukan sesuatu. Jadi aku memutuskan untuk mengikuti hantu itu.
Ternyata hantu itu menuntunku ke ruang arsip, di sana ada sebuah pintu yang terkunci dan dia berdiri di depannya.
Begitu aku menghampirinya, dia menghilang. Mungkin dia ingin menunjukkan ruangan ini padaku.
Aku pun mencoba menggunakan kunci yang kuambil dari bawah rok Maria dan membuka pintu itu.
Ternyata ini adalah sebuah kamar, mungkin ini kamar Maria. Aku pun melihat-lihat kamar Maria, hingga aku menemukan sebuah buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad Father [Slow Update]
HorrorAya Drevis, gadis lugu berumur 10 tahun yang imut dan cantik harus berurusan dengan banyak mayat hidup alias monster di rumahnya karena ayahnya, Alfred Drevis. Ayah Aya bisa dibilang adalah seorang ilmuwan gila. Dia menggunakan hewan, bahkan manusi...