Aku menahan nafasku agar tidak berteriak. Aku sangat takut, rasanya aku telah membunuh seseorang melihat darah itu.
Tidak Aya, itu hanya boneka biasa.
Aku buru-buru berlari menjauh dari boneka yang sudah tidak berkepala tersebut.
Maafkan aku, aku harus melakukannya untuk ayahku.
Aku baru bisa bernafas lega melihat pintu besar yang tadi terkunci sudah terbuka lebar. Untunglah tebakanku tentang teka-teki itu benar.
Buru-buru aku masuk ke dalam pintu tersebut.
Ruangan ini hanya diterangi satu lampu kuning redup dan aku melihat sebuah buku yang menghalangi jalan di depanku. Selain itu, aku melihat boneka seorang ibu dan bayinya sedang tidur di atas matras.
Aku merasa ada yang aneh di ruangan ini, aku merasa ini bukanlah ruangan biasa.
Karena itu aku pun mendekati buku itu dan membacanya.
"Xuary Xth
Ibuku bilang saat masih bayi, aku selalu tidur di dekapannya."Ah, mungkin ini diary seseorang. Aku tidak memperdulikan boneka dan diary itu dan tetap berjalan, tetapi seperti ada sesuatu menghalangiku.
Akhirnya aku memperhatikan bayinya yang berada cukup jauh dari dekapan ibunya. Perlahan-lahan aku mendorong boneka bayi itu ke kedekapan ibunya.
Mungkin ini hanya halusinasiku, tapi seperti ada suara sesuatu. Aku pun melanjutkan perjalananku dan ternyata penghalang itu sudah hilang.
Di ruangan berikutnya, boneka-boneka dan diary itu muncul lagi. Teka-teki lagi, pikirku.
"Xuary Xth
Aku membunuh seekor binatang hanya untuk main-main. Tapi itu membuatku ingin terus melakukannya. Karena itu, selalu ada bangkai burung dan kucing dalam kamarku."Jika ibuku tahu, dia akan memarahiku. Karena itu, saat ibuku tidak ada aku menyembunyikan bangkai-bangkai itu ke dalam laciku."
Aku langsung mengikuti petunjuk buku diary itu. Aku memasukkan boneka-boneka bangkai hewan itu ke dalam lacinya. Menjijikan! Boneka bangkai ini rasanya seperti asli.
Setelah semuanya sudah sesuai dengan diary itu, aku pun masuk ke ruangan selanjutnya.
"Xuary Xth
Ibuku menangkap aku sedang membunuh binatang. Dia memarahi dan menghukumku.Berisik.
Aku menusuknya dengan pisau dapur.
Dia jatuh, dan sekelilingku menjadi merah.
Wajah ibuku sangat cantik, tapi darah itu menutupi kecantikannya.
Karena itu, aku membersihkan wajahnya dengan sapu tangan.
Wajah ibuku ketika meninggal sangat cantik."Astaga... Aku terdiam membaca diarynya. Bagaimana bisa?
Aku memandang pemandangan mengerikan di depanku. Seorang anak memegang pisau, dan seorang wanita terkapar dan berlumuran darah.
Kuatkan dirimu, Aya... Ini hanyalah boneka.
Aku menggunakan sapu tangan dari anak yang kuberi ham goreng tadi untuk mengusap wajah wanita itu.
Setelah wajahnya bersih, aku membuang sapu tangan yang penuh dengan cairan merah.
Bagaimana seorang anak bisa membunuh ibunya sendiri?
Ah tidak, aku tidak boleh takut. Aku harus cepat demi ayahku.
Sayangnya, aku menemukan diary itu lagi. Mau tidak mau aku membacanya, kalau tidak aku tidak bisa lewat.
"Xuary Xth
Aku membunuh ibuku.
Aku sangat ketakutan dan kabur.
Kabur sejauh mungkin yang kubisa.Aku ingin melupakan semuanya.
Tapi aku tidak bisa melupakan wajah ibuku yang sangat cantik saat dia sudah mati.Aku membunuh seorang lagi.
Dan akhirnya...
Aku ketagihan."Walaupun isi diary itu sudah cukup mengerikan buatku, pemandangan di depanku lebih mengerikan lagi.
Seorang anak laki-laki sedang mengangkat kapak di hadapan seorang gadis yang terduduk ketakutan.
2 orang anak lainnya sudah terbujur kaku, tidak bernyawa.
Aku tahu ini cuma boneka, tetapi sungguh menyeramkan.
Aku ingin melewati ruangan ini begitu saja, tapi pintunya terkunci. Seperti ruangan sebelumnya, aku tetap harus membuat keadaan di sini sesuai dengan diary itu.
Aku pergi ke depan gadis yang ketakutan itu. Aku memejamkan mata dan mengangkat gergaji miniku.
Walaupun kau cuma boneka... maafkan aku
Aku mengayunkannya dan kepala gadis itu terlepas. Cairan merah itu menyembur kemana-mana. Tidak itu hanya boneka, semua ini hanya ilusi saja.
Aku memantapkan diri untuk melanjutkan perjalananku hingga akhirnya aku menemukan sebuah tangga.
Sepertinya teka-teki ini selesai sudah, aku menghembuskan nafas lega.
Aku menuruni tangga itu, tetapi lama-lama langkahku semakin lambat.
Kakiku sangat lemas dan aku merasa sangat lelah sekali. Tubuhku rasanya tidak bisa digerakkan dan mataku terasa sangat berat.
Tapi aku... harus menyelamatkan ayah...
Ayah...*****
Hai para readers!
Ternyata hampir setahun saya tidak melanjutkan novel ini.Saya mohon maaf karena saya sibuk bekerja, sehingga novel ini saya sampingkan dulu.
Tapi saya sangat berterimakasih kepada para pembaca yang sudah membaca. Semoga kalian suka ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad Father [Slow Update]
KorkuAya Drevis, gadis lugu berumur 10 tahun yang imut dan cantik harus berurusan dengan banyak mayat hidup alias monster di rumahnya karena ayahnya, Alfred Drevis. Ayah Aya bisa dibilang adalah seorang ilmuwan gila. Dia menggunakan hewan, bahkan manusi...