Deadline - 1

1.5K 122 11
                                    

Haloo...
Adakah yang menunggu notif dari author gak jelas satu ini?

Author datang membawa cerita baru, yang masih berkaitan sama cerita sebelumnya, Sexy Dad dan Black Backless Dress.

Siapa ya kira-kira?
Yuk baca, biar gak penasaran.

Tapi please, jangan tuntut author untuk update cepat-cepat. Cerita kali ini akan slow update. Karena waktu buat ngetik pun tidak banyak. Jadi sebisanya aja.

Cuss~~~
Tinggalkan vote dan komennya yaa...

***

Kuhempaskan tubuh lelahku di atas kasur empuk. Aktivitasku akhir-akhir ini sungguh menyita waktu dan perhatianku. Tak menyisakan waktu untuk bersantai lagi. Dan semakin kusadari, jika menangani satu perusahaan itu ternyata tidak mudah. Dan papa sungguh hebat bisa melakukannya.

Semenjak kepergian papa lima tahun yang lalu, perusahaannya dilimpahkan padaku. Tentu saja, karena aku adalah anak tunggalnya. Jadi pada siapa lagi papa bisa mewariskannya?

Aku, Stella Azaria. Seorang gadis yang kini sudah berusia tiga puluh dua tahun.

Ya, di usia ini, aku masih seorang gadis dan masih menyendiri. Disaat semua teman-teman seumuranku sudah menikah, dan sudah punya anak, aku sendiri masih setia menjomblo. Bahkan sahabat terdekatku sudah menikah tujuh tahun yang lalu. Dan kini telah dikaruniai dua orang anak. Sepasang.

Bukan karena aku tidak mengenal banyak pria. Bukan juga karena terlalu pemilih. Dan tentu saja bukan juga karena aku mengidap kelainan seksual. Sama sekali tidak. Aku masih normal. Sangat normal. Mataku tak akan berkedip jika melihat pria yang menawan.

Hanya saja, aku masih belum tertarik untuk mengakhiri masa lajangku. Rasanya hidup seperti ini jauh lebih menyenangkan. Bahkan sempurna, menurutku. Aku bisa bebas berteman dengan siapa saja. Tanpa harus memikirkan perasaan seseorang yang disebut suami. Dan aku sangat menikmati hidupku yang sekarang ini.

Hei, ini sangat menyenangkan bukan?

"Stella, mereka sudah sampai. Cepat keluar." Suara mama dari luar kamarku.

Ah, aku baru ingat kalau mama tadi sudah mengatakan ada tamu yang akan datang malam ini. Dan sudah bisa kutebak, mama pasti akan menjodohkanku lagi dengan anak temannya.

Ini bukan pertama kalinya. Sudah belasan kali. Dan tak pernah berhasil. Satupun dari mereka tak bisa membuatku tertarik, walau sekedar untuk berteman dekat.

Aku bangkit dengan malas. Membuka pintu kamar dan menemukan mama masih berdiri di depan pintu.

"Ma, please deh. Berhenti menjodohkanku. Seolah aku ini tidak laku."

Mama mendesah pendek, dengan wajah garang. "Memang kamu tidak laku kan?. Kalau laku, apa mungkin kamu masih melajang di usia se-tua ini?"

"Aduh, Ma. Apa mama tidak bosan terus-terus menjodohkanku, tapi tidak pernah cocok. Malu kali, Ma, didengar tetangga. Dan yang namanya jodoh itu ada di tangan Tuhan, Ma. Cepat atau lambat, semua sudah diatur."

"Tapi kan tidak ada salahnya mencoba. Siapa tau memang dia jodohmu."

Aku mendesah panjang. Berdebat dengan mama seperti ini tidak akan berhasil. Akan lebih baik jika aku menurutinya sekarang. Dan kalau memang tidak suka dengan calon yang ditunjukkan, aku menolaknya sama seperti sebelumnya.

"Cepatlah bersiap. Tidak enak membuat mereka menunggu lama." Mama berlalu dari hadapanku.

Oke, aku akan bersiap.

Deadline NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang