Pagi ini rasanya malas sekali untuk menyetir sendiri. Aku memilih untuk menghubungi pak Anto, supir keluarga yang kebetulan belum datang. Tapi ternyata beliau sedang tidak enak badan. Dan aku tidak ingin memaksanya.
Pilihanku beralih pada Andra. Dan untungnya dia tidak keberatan untuk memenuhi permintaanku. Hanya menunggu beberapa menit, sosoknya sudah muncul di depan rumah.
Aku langsung memberikan kunci mobil. Karena aku sendiri sudah siap untuk berangkat.
"Oh ya, Andra, kamu tidak perlu lagi mencarikan apa yang aku perintahkan kemarin," kataku dalam perjalanan.
Andra menoleh melalui spion di sebelah atas. "Kenapa, Bu?"
"Tidak perlu lagi. Lupakan saja soal itu," jawabku.
Tapi yang kulihat, Andra tersenyum kecil. "Ibu sudah mendapatkannya, kan?" tanyanya dengan suara memelan. Sepertinya dia gugup.
"Apa beritanya sudah menyebar seluas itu?"
Andra berdehem pelan. "Iya, Bu. Semalam hal itu sudah menjadi gosip terpanas," katanya sedikit bersemangat.
Apakah Andra sering mendengarkan gosip?
"Dan aku bersyukur, ibu tidak berangkat sendiri pagi ini. Mungkin mereka sudah mengetahui siapa ibu sebenarnya dan akan mendatangi kantor. Atau mungkin akan mendatangi kediaman ibu dalam waktu dekat."
"Mereka, siapa maksud kamu?"
"Siapa lagi kalau bukan para fans dari pacar ibu. Dan mungkin, sebentar lagi media juga."
Aku menggigit bibir dalamku. Sepertinya apa yang dikatakan oleh Andra ada benarnya juga. Lalu, apa yang harus aku lakukan? Semua terjadi secepat ini. Jauh di luar dugaanku.
"Ibu tenang saja. Sebisa mungkin aku akan menjaga Ibu, supaya mereka tidak melukai Ibu." Andra menatapku lagi lewat spion.
"Apa lebih baik kalau aku menyewa bodyguard saja?"
Andra tertawa kecil. "Tidak perlu seperti itu, Bu. Paling juga ini cuma beberapa hari ini saja. Setelah itu, beritanya akan mereda lagi."
Ya, semoga saja.
Dan apa yang dikatakan oleh Andra tadi ternyata benar. Di depan kantorku, sudah ada beberapa orang gadis muda yang adalah fans dari Revan. Aku tau karena mereka mengenakan beberapa aksesoris yang bergambarkan wajah Revan atau bertuliskan namanya.
Tapi aku masih beruntung, karena jumlah mereka tidak begitu banyak. Jadi aku dan Andra tidak begitu kesulitan saat dihadang oleh mereka. Yang walaupun kami dibantu oleh satpam yang pastinya sudah mengenali kami.
Ah, sepertinya ini akan cukup melelahkan. Setidaknya sampai gosip ini mereda. Dan kini aku sendiri telah merasakan seperti apa dikejar-kejar oleh fans Revan.
Aku baru bisa bernafas lega saat sudah tiba di ruanganku. Kupijat pelan pelipisku. Rasanya sedikit pusing. Padahal belum melakukan apa-apa.
Andra kemudian memasuki ruanganku, setelah mengetuk pintu. Ia meletakkan beberapa map berisi berkas penting yang harus aku periksa hari ini.
"Ada beberapa media di bawah, meminta untuk bertemu dengan Ibu," kata Andra kemudian.
"Bilang saja aku lagi sibuk. Ada rapat penting."
Sekretarisku mengangguk mengerti. Berbalik meninggalkan ruanganku.
Aku mendesah pendek. Masalah pribadi saja, kenapa harus seheboh ini? Seolah diriku ini seseorang yang sangat penting bagi mereka.
Beberapa saat kemudian, aku sedikit penasaran. Apa yang akan diberitakan oleh media tentang diriku. Aku memilih untuk menghidupkan komputer di mejaku. Streaming.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadline Nikah
ChickLitSeorang gadis perawan tiga puluh dua tahun yang dikejar deadline menikah yang dibuat oleh sang ibu. Stella Azaria, nama gadis itu. Di saat sang ibu semakin mendesak Stella untuk segera menikah, di saat itu juga Revan muncul lagi dalam kehidupannya...