Semoga masih banyak yang suka dan penasaran dengan ceritanya.
**********
Bruuuk....
Buku jatuh dari tanganku yang melemas. Kulihat Rendra dengan seorang cewek berciuman dipojok lorong yang tidak terlihat cctv dan tempat yang jarang didatangi pengunjung.
"Rendra..." ku tutup mulutku menahan kekagetanku.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang. Aku terhenyak mencoba menatap pemilik tangan itu.
"Rendra? Lalu yang itu siapa?"
Tanpa banyak kata Rendra menggiringku pergi dengan melingkarkan tangannya di pundakku yang sebelumnya tangan itu sudah memungut buku yang jatuh.
"Jangan suka mengganggu orang pacaran. Kamu mau gitu juga?" Goda Rendra yang berhasil membuatku cengar-cengir malu mengingat adegan tadi.
"Aku kira tadi..." belum sempat semua kata keluar dari mulutku Rendra sudah menarik tubuhku hingga menghadap wajahnya.
"Jangan suka menyimpulkan semuanya sendiri, kamu harus belajar mendengarkan pembelaan orang lain. Penjahat aja punya azas praduga tak bersalah sebelum akhirnya ditetapkan jadi tersangka." Kucermati wajah rendra yang menatapku serius. Aku hanya membalas dengan senyuman karena tertohok dengan kata-katanya yang memang semuanya benar.
"Ayo makan, lapar nih." Ngeles kayak bajaj.
"Tumben nona Aira merasa kelaparan? Ayo, sebelum cacingnya di perut berubah jadi naga dan menyemburkan apinya ke wajah gantengku," ujar Rendra dengan percaya diri
"Awas kau Ren... " teriak kecilku sembari mengejar dia yang berlari menghindari pukulan-pukulanku.
Masuk ke sebuah tempat makan siap saji dengan wajah yang tanpa dosa tertawa cengingisan melupakan usia. Ya terkadang aku dan Rendra seperti abg yang suka tak menghiraukan keadaan sekitar. Ku katupkan mulut sesaat tersadar banyak orang menatap kami dengan ekspresi yang berbeda-beda.
Segera mungkin aku hunting tempat duduk yang nyaman untuk berceloteh setelah pesanan makanan kami lengkap, secara ini malam minggu agak susah mencari tempat yang sepi pengunjung.
"Bu Aira malam mingguan ya? Boleh dong bu pacarnya dikenalin," muridku tiba-tiba menepuk bahuku
"OMG, pasti akan jadi pembicaraan anak-anak disekolah," batinku sambil tertawa kecut
"Kenalan sendiri dong," ucapku setelah sepersekian detik berpikir kalimat apa yang harus aku keluarkan dari mulut.
"Rendra..., kalian muridnya Aira ya? Cantik-cantik, siapa namanya?" Inisiatif Rendra mengulurkan tangan berkenalan dengan muridku satu persatu.
"Ganteng bu, ramah pula. Mau satu dong bu duplikatnya." Celetuk salah satu muridku
"Rendra cuma ada satu dan itu hanya untuk Aira,"Seringaian nakal Rendra muncul sambil mempererat genggamannya ditanganku.
Muridku berlalu malu-malu dan aku mencebik kesal dengan perlakuan Rendra.
Malam yang berlalu begitu cepat membuatku merasa kurang cukup waktu untuk bersenang-senang.
"Ayo pulang Ra nanti ayahmu marah kalau anak perempuannya dipulangkan melebihi jam malam." Rendra paham benar aturan jam malam dari ayah.
Sesampainya dirumah aku segera turun dari mobil Rendra tetapi tanganku ditahan olehnya.
"Ada apa lagi Ren?"
" Ah enggak kok, cuma belum dapat ciuman malam." Dengan raut muka cengar-cengir tanpa merasa bersalah
"Dasar otak mesum, aku teriak nih biar Ayah keluar."
" Enggak deh, ampun. Ayo aku antar masuk."
" Gak usah deh, aku masuk sendiri aja. Nanti kamu baliknya kemalaman klo tertahan ngobrol sama ayah. "
"Nah itulah tujuanku biar disuruh menginap disini. Hahaha..."
"Maunya..."
"Salam ya buat Ayah Bunda, aku pulang dulu."
"Iya, hati-hati dijalan ya."
**********
"Pagi bu Aira" sapa murid-muridku
"Pagi..." jawabku dengan sumringah
"Duh ceria banget ya bu Aira hari ini" goda salah satu muridku
"Iya dong, kan malam minggunya habis kencan sama pacarnya," jawab salah satu murid yang bertemu aku dan Rendra
"Anak-anak ini sukanya godain bu Aira. Awas aja nilai kimianya saya kurangi," jawabku sambil tersenyum penuh kemenangan
"Yah bu Aira gitu banget ya. Saya masuk kelas dulu bu," jawab mereka putus asa.
Segera aku masuk ke ruang guru, sambil mengunggu jam masuk kelas kusempatkan membuka whatsapp dan melihat kontak dengan nama "gak tahu siapa". Penasaran banget dengan pemilik nomer itu. Tapi aku masih ragu-ragu untuk memulai chat dengannya. Kali ini foto profilnya hanya menampakkan sebagian tubuhnya dari arah samping. Yah makin penasaranlah diriku terhadap orang ini.
Kegiatan di sekolah hari ini terasa begitu cepat. Hingga akhirnya aku bisa merebahkan diri di tempat tidur tercintaku. Entah mengapa rasa penasaran ini membuatku tidak bisa menahan untuk sesekali melihat pemilik nomer "gak tahu siapa".
"Berani....enggak....berani....enggak.... argh gak berani," Ocehku sambil guling-guling di atas tempat tidur.
"Ah harus berani, cuek aja lah. Kalau gak gitu sampai kapan mau penasaran kayak gini. Keburu mati penasaran," ocehku yang kini hanya dalam hati.
Aku:
Maaf ini siapa ya? Pernah sms saya kan?Lama waktu berselang dan tak kunjung ada balasan dari manusia di seberang sana.
"Ah abaikan aja mau dibalas ataupun enggak" pikirku masa bodoh sambil melangkah ke arah kamar mandi
Kunyalakan shower membasahi tubuh untuk menghilang lelah seharian aktivitas di sekolah. Ketika hendak keluar kamar mandi terdengar dering aplikasi whatsapp. Langsung secepat kilat aku berlari meraih handphone diatas tempat tidurku. Dan ternyata...
Rendra:
Hai cantik aku main ya...Aira:
Aku mau istirahat sebentar, nanti malam aja ya.Rendra:
Baiklah...Hahaha ternyata Rendra bukan "gak tahu siapa". Padahal aku lebih mengharapkan dia yang membalasnya.
Buru-buru aku ganti baju dan beranjak ke alam mimpi.
Tiga bbm, dua whatsapp dan 3 misscall. Pemberitahuan yang aku baca dari handphone yang ku genggam setelah membuka setengah mata.
"Aira ada Rendra nih dibawah" teriakan bunda membuatku membuka mataku dengan sempurna
"Iya bun, suruh tunggu sebentar. Lima menit lagi Aira turun." Aku segera berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan kuabaikan semua notifikasi yang ada di handphone.
Penasaran gak sama kelanjutan ceritanya? Penasaran dong biar aku lebih semangat lagi nulis kelanjutan ceritanya lebih cepat dari biasanya. Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Man
Romance"Ada saatnya saya menyerah tapi tidak sekarang" - Khairani Pramesti "Sentuh hati ini dan jika saya sudah membuka diri untukmu berarti kamu spesial untukku" - Satria Abimanyu