Part 7

44 5 0
                                    

Ada yang penasaran gak sama kelanjutan ceritanya? Sedih cuma ada segelintir yang baca.

Bismillah lanjut aja deh... pemula dan bahasaku masih amburadul.

******************

Dan ternyata aku benar-benar terkejut melihat seseorang yang memelukku dari belakang. Tubuh berotot itu ternyata bukan Rendra melainkan kak Azka. Mulutku sedikit terbuka karena tak percaya keberadaan kak Azka di kamar Rendra. Ini mimpikah? Apa aku salah tempat? Aku mencubit-cubit pipiku meyakinkan keadaanku saat ini. Aauw... sakit ternyata. Belum sempat dapat menjalankan sebagian otakku yang berhenti berpikir tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara gemuruh.

"Surpriseee....."

Seakan aku lupa apa tujuan awalku datang ke apartemen Rendra. Aku melihat Rendra yang segar bugar sedang tersenyum berdiri dekat Bunda membawa rainbow cake penuh dengan lilin yang jumlahnya mungkin sama dengan umurku. Sebelah bunda ada ayah yang membawa bungkusan kecil tapi terbungkus manis. Ada juga Vino yang masih sibuk meniupkan terompetnya yang biasa dipakai saat menonton pertandingan bola di stadion. Disamping Vino ada Nayna yg membawa cupcake yang tak lupa ada lilin juga yang menyala diatasnya. Dibelakang Nayna ada Khariz yang membawa bungkusan besar yang di cover dengan kertas kado cantik berwarna pink bergambar beruang-beruang kecil. Kak Azka yang tadi memelukku dari belakang sekarang ada disebelahku melingkarkan sebelah tangannya di bahuku. Entah mengapa tiba-tiba aku merasakan ada air yang akan jatuh dari pelupuk mataku.

"Ayo make a wish dan tiup lilinnya," bisik kak Azka

"Semoga aku dan semua orang di sekitarku bahagia dan bisa bertemu di surga nantinya. Aamiin.. ," pintaku dalam hati

Huuuuuffffhh....

Tepuk tangan meriah seketika aku berhasil memadamkan lilin-lilin kecil itu.

"Yeay... kak Aira tambah tua, " celoteh Vino yang membuatku memberinya tonjokan kecil di perutnya

"Kamu ini dek, jangan begitu sama kakakmu. Ayo kasih doa yang baik untuk kak Aira," nasihat Ayah yang berhasil membuatnya kalah telah dan ku beri juluran lidah.

"Iya deh, kakakku yang cantik dan baik hati. Semoga semua yang kakak inginkan segera terkabulkan."

"Aamiin.."

"Cepetan nikah, keburu enggak laku," timpal Vino sambil menjulurkan lidah dan berlari menghindar dari jitakan yang mau ku daratkan dikepalanya.

"Aira, bunda dan ayah mendoakan semua yg terbaik untukmu," kupeluk bunda dengan mata berkaca-kaca

"Maafkan Aira yang belum jadi kebanggaan bunda dan ayah ya."

"Ini hadiah dari ayah dan bunda ya sayang." Ayah menyerahkan hadiah yang terbungkus manis berwarna pink, yah mereka memang tau warna favoritku.

"Ini hadiah dari aku dan Khariz ya say," Nayna cipika-cipiki denganku sedangkan Khariz memberikan kado yang sedari awal ia pegang.

Nayna dan Khariz adalah sahabat terdekatku, tidak heran jika mereka ikut muncul di acara surprise party ini.

"Terima kasih semuanya, aku terharu dan gak nyangka sama sekali. Aku cuma panik saat tahu Rendra sakit. Buru-buru aku kesini dan gak tahunya Rendra malah sehat wal afiat cengar-cengir tak berdosa kayak gitu."

"Aku kan cuma membantu Ra," Rendra melakukan pembelaannya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Selamat ulang tahun ya sayang, semoga apa yang kamu inginkan segera tercapai semua, dan segera siap menikah denganku."

Segera kudorong tubuh Rendra yang mencoba untuk mencium pipiku.

"In your dream"

"Huahahaha" suara tawa Rendra membahana diikuti suara tawa lainnya

"Wah kak Azka ketinggalan cerita nih"

Aku melupakan keberadaan kak Azka yang tiba-tiba bisa ikut acara ini. Yang aku tahu dialah sepupuku yang super sibuk.

"Kenapa kak Azka bisa disini? secara kakak kan orang sibuk. Entah sibuk kerja atau sibuk menggoda para wanita." Sindirku membuat kak Azka menaikkan sebelah alisnya.

"Ya kan adeknya kakak sedang ultah hari ini jadi kakak kesini aja eh ada surprise party ternyata, pasti seneng dong tadi tiba-tiba dipeluk cowok ganteng dari belakang."

"Seneng apanya kak, yang ada malah takut. Pikiran sudah kemana-mana, takut diculik."

"Nyulik kamu sih rugi dek, gak ada nilai komersilnya."

"Jahat banget sih kak? iya sih lupa kalau ngomong sama orang yang kerjaannya jual beli. Tapi gak gitu juga kali kak. Masa iya adeknya yang cantik dan imut ini tega kalau sampai diculik."

"Paling juga cuma Rendra tuh yang mau nyulik kamu," kak Azka mencubit pipiku gemas sambil matanya menatap ke arah Rendra.

Rendra yang merasa mendapatkan banyak dukungan dari keluargaku menjadi salah tingkah dan malu-malu.

"Gak biasanya nih bocah salting," gumamku dalam hati sambil mengerucutkan bibirku.

Aku melihat punggung Rendra yang berlalu menuju kamarnya. Sekarang kami sedang menikmati kue dan makanan yang sudah disiapkan Bunda. Ternyata kepergian Bunda tadi pagi untuk mempersiapkan kejutan ini untukku dan jelas dibantu oleh mereka yang hadir di acara ini.

Aku mulai membuka satu persatu kado yang diberikan. Pertama kado dari Ayah dan Bunda.

"Ayah dan Bunda tahu banget ya Aira kepingin jam ini. Sudah nabung dari lama. Makasih Ayah.. makasih Bunda." Kucium beliau berdua satu persatu sebagai tanda terima kasih.

"Sama-sama sayang" ucap ayah dan bunda hampir bersamaan.

"Nah giliran kado dari Khariz dan Nayna yah, waow Nay tahu banget sih boneka ini yang kuincar di mall kapan itu."

"Ya tau dong, secara kamu tiap ke mall maunya masuk ke toko boneka itu terus, cium-cium boneka itu pula," timpal Nayna yang membuat pipiku merona

"Makasih ya Nay, makasih ya Khariz."

"Vino juga punya kado nih buat kak Aira."

"Gaya banget sih Vin, mang kamu kasih kado kakak apa?"

"Nih tapi jangan dilihat harganya yah."

Kadonya begitu besar tapi bungkusnya berlapis-lapis. Ku pikir Vino mengerjaiku. Ah awas aja kalau sampai bikin kakaknya ini jengkel. Sampai pada lapisan terakhir pembungkus kado itu. Kutemukan satu keping dvd yang dibungkus cantik dalam sebuah kotak warna pink berukuran pas dengan dvd itu.

Putar aku dong

Note kecil yang tertempel di atas dvd tersebut. Segera ku cari dvd player di apartment Rendra.

Ah Vino berhasil membuat mataku berkaca-kaca. Entah dapat ide dari mana bisa membuat movie maker foto-fotoku. Ada foto selfie yang aku yakin diambilnya dari handphoneku dan foto candid yang entah sapa yang mengambilnya.

Setelah memberikan kado tadi Vino entah menghilang kemana. Entah malu atau justru takut mendapat tonjokan lagi dariku.

Ah iya aku melupakan Rendra. Kemana ya dia? Semenjak aku membuka kado aku tidak melihatnya ada di ruangan ini.

"Bun, Rendra kemana ya? Kok dari tadi gak balik-balik kesini?"

"Mungkin dikamarnya. Coba kamu panggil deh."

"Ah iya sebentar ya bun."

Segera kutinggalkan mereka yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Khariz dan Nayna sedang sibuk dengan gadget, Ayah dan bunda sedang sibuk menonton film. Vino dan kak Azka yang entah dimana keberadaannya. Mereka sudah mengganggap apartment Rendra seperti rumah sendiri.

"Ren...Rendra... kamu dimana?" Kubuka perlahan pintu kamarnya yang terlihat tak ada penerangan sama seperti saat aku pertama datang tadi.

Tetap tak ada jawaban dari si pemilik nama.

"Rendraaa... yuhu... kamu dimana sih?"

"Ren jangan bercanda deh, ini gak lucu tauk. Semua orang ada di depan tuh. Kamu ngapain disini?"

"Aaaarrggh...."

****************************

Hayo sapa yang bisa tebak apakah yang terjadi? Hihihihi.....

Next part ya..

Introvert ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang