Suka sama kadonya Ra?" tanya Rendra diujung telepon
"Iya suka, makasih ya Ren."
Padahal sebenarnya Aira terlupa dengan bungkusan kado yang ada di salah satu meja kamarnya.Buru-buru Aira melompat mengambil bungkusan itu dan membukanya. Dan ditemukannya amplop merah jambu. Dibacanya surat itu sambil tetap mendengar Rendra berceloteh panjang lebar yang tidak sepenuhnya diperhatikan oleh Aira.
"Ren... Oh ya suratnya..."
Aira bingung kalimat tanya apa yang cocok untuk melanjutkannya.
"Kenapa Ra? Udah jelaskan kalimatnya?"
"Kalau kamu mau kita balikan dan mempunyai hubungan yang lebih serius.... Aku senang banget kamu punya niatan seperti itu, tapi... kamu tahu kan kalau aku masih sedikit takut. Mungkin aku yang terlalu penakut, takut dengan perpisahan, salah bukan di kamu tapi ada di aku. Maafkan aku ya Ren... Aku belum siap... Terima kasih karena kamu mempunyai cinta yang begitu luar biasa untukku."
"Ra??? Kamu nangis???"
Terdengar suara sesenggukan. Aira gagal menahan emosinya, bukan marah justru bingung dengan perasaannya.
"Haha... Gak kok cuma bocor aja nih mata."
"Aku bikin kamu sedih ya? Maaf ya Ra..."
"Gak kok Ren, aku terharu aja baca suratnya. Kamu dapat ilham dari mana?"
"Hahaha... Kamu tuh Ra... "
Suasana yang sebenarnya bisa dibilang canggung bisa mencair menjadi obrolan ringan Rendra dan Aira seperti biasanya. Mungkin inilah istimewanya hubungan mereka berdua. Walaupun dimata orang lain pasti banyak yang komentar hubungan mereka hubungan yang aneh. Bagi Rendra mencintai Aira adalah sebuah anugrah indah yang diberikan Tuhan untuknya.
Sementara ditempat lain Abi sedang ragu-ragu untuk mengirim pesan kepada Aira. Ditulis... Dihapus... Ditulis... Dan ujung-ujungnya dihapus kembali. Abi melemparkan handphonenya di atas tempat tidur dan beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya dengan air dingin.
**********
Aira disibukkan dengan persiapan olimpiade siswa-siswanya. Berangkat pagi pulang petang menjadi aktivitasnya sebulan ini. Makanpun sering terabaikan sampai akhirnya terdamparlah Aira dirumah sakit.
"Bunda kan sudah sering bilang kak, makan yang teratur. Jadi gini kan, hmmm..."
"Maaf bun.. " jawab Aira lemah
"Anak nakalnya masuk rumah sakit lagi yah..." senyum jahil Rendra sudah muncul sejak pintu terbuka
"Vino nih pasti sumber informannya" gerutu Aira
Vino yang sedari tadi asik dipojokan sofa kamar tempat Aira dirawat hanya bisa cekikikan tanpa mengalihkan pandangan dari game di handphonenya.
"Makanya jangan bandel ya sayang," muka Aira bersemu merah saat Rendra mengusap kepalanya
"Apaan sih sayang-sayang. Katanya kemarin keluar kota?"
"Buru-buru pulang tuh gara-gara aku videocall kak Aira sakit," celetuk Vino sebelum Rendra sempat menjawab pertanyaan Aira.
"Duduk dulu nak Rendra, pasti capek dari bandara langsung kesini," suara bunda Aira
"Kak, bunda sama Vino mau ke kantin dulu yah."
"Vino disini aja ah bun, tanggung nih gamenya."
"Gak mau berburu pokemon nih? Siapa tahu disana ada pokemon."
"Iya deh bun Vino ikut."
Vino baru menyadari saat melihat mata bundanya yang memberi isyarat untuk membiarkan Aira dan Rendra berduaan."Nak Rendra mau titip apa?"
"Kalau gak merepotkan sih kopi aja."
"Baiklah tante keluar dulu yah, titip Aira sebentar yah."
"Kayak Aira anak kecil aja dititip-titipkan, Aira juga gak bakal hilang disini bun," gerutu Aira sambil memanyunkan bibirnya
"Manyun gitu minta dicium?Aaaw..."
Segera cubitan kecil pada lengan Rendra dari tangan Aira yang masih lemah.Terdengar suara tawa Vino sambil berlari menyusul bundanya yang sudah keluar terlebih dahulu dari kamar rawat inap Aira.
Terdengar pintu terbuka, seorang perawat cantik membawakan sarapan untuk Aira.
"Terima kasih sus"
"Suster cantik namanya siapa yah? Duh ternyata sudah ada yang punya." goda Rendra sambil melirik cincin di jari manis perawat cantik tersebut.
Suster tersebut hanya tersenyum dan berlalu keluar dari kamar. Aira yang tahu betul kebiasaan Rendra cuma geleng-geleng kepala.
"Ayo makan ya sekarang."
Aira cuma menjawab dengan menggelengkan kepala"Oh ya, sepertinya mau makan kalau disuapin dari mulut ke mulut yah."
Rendra tertawa keras saat Aira memelototkan matanya mendengar ide gilanya.
"Dicoba yuk, aku juga belum sarapan nih. Sekali makan dua orang kenyang. Hahaha..."
Rendra memang suka sekali menggoda Aira. Apalagi jika Aira sudah mulai bersikap manja. Itulah yang membuat Rendra tak bisa berpaling ke lain hati.
"Ayo makan ya... Mau cepat pulang kan?" rayu Rendra sambil mengelus puncak kepala Aira
Segera disuapkannya makanan setelah mendapat anggukan kepala dari Aira.
"Anak manis, yang nurut yah."
Aira cuma tersenyum sambil mengunyah makanannya."Sudah Ren, kenyang."padahal baru tiga sendok nasi yang berhasil Rendra suapkan ke mulut Aira
"Tambah lagi ya, ayo aaakkk..."
Aira menggeleng lemah"Pake mulut nih."
Rendra berkedip-kedip dan tersenyum genit kepada Aira sambil mengarahkan sendok makanan ke mulutnya dan berhasil membuat Aira mau membuka mulutnya kembali menerima suapan Rendra.Tanpa Rendra dan Aira sadari dibalik pintu yang sebenarnya sedikit terbuka itu ada Abi yang berniat menjenguk tapi diurungkannya karena melihat keakraban keduanya. Abi hanya mengamati mereka berdua dari balik pintu tanpa ada niat untuk merusak kebahagiaan itu.
Flashback on
Abi sedang duduk di meja kerjanya sambil membaca bahan meeting saat Kharis muncul di depan pintu ruangannya.
"Aira masuk rumah sakit."
"Sakit apa?"
"Lupa makan dan yah biasa kalau sudah drop akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Kalau sudah gitu Aira cuma bisa berangsur pulih kalau sudah dipasang infus."
Abi masih terlihat sibuk dengan kertas-kertas di mejanya tapi pikirannya sudah terkontaminasi membayangkan kondisi Aira saat ini.
"Nayna sih bilangnya Aira di rawat di rumah sakit medika ruang VIP 205 lantai 2."
Kharis tahu betul jika Abi mendengarnya meskipun terlihat menyibukkan diri.
"Meeting kita jam berapa?"
"Sebenarnya hari ini ada meeting jam 10, tapi barusan sekretaris Pak Barata minta diganti lain hari karena beliau harus menunggu istrinya yang sakit."
"Rena kok gak bilang apa-apa?"
"Aku lewat waktu sekretarismu terima telpon dari sekretaris pak Barata."
Flashback off
Dan disinilah sekarang Abi berdiri ditempat yang disebutkan Kharis tadi. Abi melihat Aira yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan muka pucat. Berbeda sekali dengan Aira yang ceria.
Abi berlalu pergi, cukup baginya melihat Aira dari jauh dan mendoakannya menjadi Aira seperti sedia kala.
Bunda Aira memperhatikan laki-laki yang berlalu pergi dari depan pintu kamar putrinya dirawat.
"Kok cuma di depan pintu? Siapa ya?" Bunda Aira membatin
Tbc
Sekian dulu yah, mumpung lagi encer otak saya. Jangan baper tapi yach??? Wkwkwk
Yang bener sih saya yang baper. Hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Man
Romance"Ada saatnya saya menyerah tapi tidak sekarang" - Khairani Pramesti "Sentuh hati ini dan jika saya sudah membuka diri untukmu berarti kamu spesial untukku" - Satria Abimanyu