Kharis melihat Abi yang baru saja memarkirkan mobilnya. Diperhatikannya dari jauh wajah Abi yang menyimpan sesuatu. Mungkin bagi orang lain wajah Abi selalu sama, dingin dan datar. Tapi Kharis tahu betul dari tatapan mata sahabatnya itu.
"Darimana?" Sapa Kharis saat mereka masuk dalam satu lift.
"Ada apa?"
Kharis tahu betul kalau Abi sedang tidak berkenan membahasnya."Biasa, cari teman makan siang. Ada tempat makan baru yang belum sempat aku coba. Haha..."
Abi hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatnya yang suka sekali kuliner sedangkan pikirannya masih berputar di Aira, Aira dan Aira.
"Oh ya, aku sama Nayna mau jenguk Aira nanti malam. Mau ikut?"
"Jam berapa?"
"Yah selepas kita pulang kerja aja, kalau terlalu malam takutnya Aira sudah istirahat."
Tidak ada jawaban dari Abi. Mereka berduapun berpisah menuju ruangan masing-masing.
Abi menempati kursi kebesarannya dan memutarnya hingga menghadap cendela kaca yang menampakkan pemandangan siang hari yang tampak sedikit berawan. Seperti yang Abi rasakan pada hatinya saat ini. Abi memijat pelipisnya yang sedikit sakit. Entah kenapa melihat Aira dengan laki-laki tadi membuat hatinya merasakan hal yang aneh. Hal yang sudah lama tidak ia rasakan dua tahun terakhir ini.
Abi menutup matanya berharap bisa meredakan sedikit pusing di kepalanya tapi ternyata justru wajah Aira yang pucat dengan sedikit senyuman yang muncul karena godaan laki-laki tadi. Abi menelpon sekretarisnya untuk membawakan berkas-berkas yang perlu dipelajarinya untuk meeting besok.
Tok tok
"Permisi pak, ini berkasnya. Ada yang bisa saya bantu lagi pak?"
"Buatkan saya kopi tanpa gula. Sudah itu saja."
"Baik pak."
Rena segera berjalan ke pantry untuk membuatkan pesanan bosnya itu.
"Aku juga mau."
Rena terlonjak kaget mendengar suara tapi tidak mengetahui kedatangannya.
"Pak Kharis ini ngagetin aja."
"Hahaha... Aku mau juga yah satu tanpa gula."
"Seleranya sama ya sama pak Abi."
"Itu kopi buat Abi?"
"Iya, sepertinya pak Abi sedang banyak pikiran."
"Sok tahu deh kamu Ren.... "
"Nebak aja sih pak, cuma rasa-rasanya sih gitu. Hehe..."
"Bosnya dibuat main tebak-tebakan, aku bilangin Abi loh ya. Hahaha...."
"Pak Kharis ini yah," gerutu Rena sambil menyerahkan kopi kehadapan Kharis.
"Thanks yah..." Kharis berlalu sambil menyeruput kopi hitamnya.
Rena membawa kopi pesanan Abi dengan tergesa takut bosnya terlalu lama menunggu.
"Pak Abi ini kopinya saya letakkan di meja mana?"
"Taruh disini saja, oh ya hari ini saya mau pulang terlambat tapi kamu boleh pulang duluan."
"Baik pak, terima kasih."
Kharis muncul di ruangan Abi tepat saat jam pulang kantor.
"Jadi ikut jenguk Aira gak?"
"Maaf kerjaanku masih banyak begini."
"Ya sudah nanti aku salamkan ke Aira saja yah..."
"Terima kasih, hati-hati di jalan."
"Dasar Abi, kamu kira aku gak tahu kalau itu cuma alasanmu saja?" batin Kharis sambil menyunggingkan senyum tertahannya.
**********
"Kharis kemana aja sih, lama banget," gerutu Nayna sambil menghentak-hentakkan kakinya.
Tak lama kemudian munculah Kharis dengan senyum manisnya.
"Nungguin lama yah sayang?"
"Sayang.. sayang.. lama banget sih."
"Tau sendiri jam segini jalanan kan macet, "Kharis mencoba mengikuti jalan Nayna yang dipercepat.
tok tok tok
"Airaaa....."
teriak Nayna sesaat setelah melihat sahabatnya yang sedang terbaring lemah di ranjang dan menghamburkan dirinya memeluk Aira."Berat nih..."
"Jahat banget sih Ra, aku nangis nih, secara gak langsung kamu bilang aku gendutan kan?" Nayna cemberut dan terdengar tawa Aira dan Kharis bersamaan.
"Cantik gitu aja marah sih, makasih banyak lho sudah mau repot-repot jengukin kesini."
"Iya tuh Ra, dari pagi uda merengek minta kesini."
"Yah kan kuatir Aira kenapa-napa. Eh ya Ra, kamu sendirian disini? Gak ada yang jagain?" Nayna terlihat menengok mencari keberadaan orang lain diruangan tersebut.
"Tadi siang, bunda aku paksa pulang karena dari kemarin sudah menjagaku disini. Kasihan kalau sampai kecapekan. Lagian juga ada Rendra yang gak mau pulang-pulang kalau gak ku usir paksa."
"Cieee... Rendra mah setia setiap saat."
"Apaan sih Nay... Vino tuh videocall dia kasih tahu kalau aku masuk rumah sakit padahal dia sedang diluar kota. Turun bandara langsung kesini."
"Duh ya Ra, kurang apa lagi sih? Gak balikan aja?"
Aira tidak menjawab bahkan terlihat lebih seperti berpikir di dunianya sendiri. Kharis sibuk melihat televisi dan mencuri dengar obrolan mereka.
"Oh ya Ra, dapat salam dari Abi, semoga lekas sembuh. Tadinya mau ikut tapi karena ada hal yang perlu dikerjakan jadi dia harus lembur di kantor."
"Wah sepertinya aku ketinggalan berita nih," sahut Nayna sambil mencolek pipik Aira.
Aira memang belum pernah bercerita dengan Nayna tentang pertemuannya dengan Abi karena memang Abi yang tidak pernah menghubunginya lagi setelah pertemuan pertama mereka di rumah Aira. Aira sendiri bingung dengan sikap Abi yang terkesan kecewa setelah bertemu dengan Aira. Tidak seperti saat mereka pertama kali berkenalan di media sosial, mereka seperti kawan lama yang dipertemukan kembali. Percakapan mereka begitu asyik tapi sekarang berbeda, itu sekarang yang ada dibenak Aira.
"Assalamu'alaikum, wah ternyata rame ya disini. Sudah lama?"
"Barusan aja kok Tante," jawab Nayna sambil mencium tangan, pipi kanan dan pipi kiri bunda Aira.
"Mas Kharis ada juga, saya kira yang tadi siang berdiri di depan pintu itu mas Kharis. Mau jengukin Aira tapi gak jadi masuk ruangan karena takut ganggu Aira sama Rendra."
"Memangnya gangguin apa ya bun?"
"Lah kakak tadi siang ngapain sama Rendra? So sweet gitu, disuapin sambil manja-manjaan ke Rendra. Hahaha..."
"Manja-manjaan apa bun, yang ada malah dipaksa makan."
"Lho memangnya tadi siang kamu sudah kesini?" Nayna terlihat keheranan bertanya kepada Kharis
"Enggak Nay, kan tahu sendiri tadi siang lagi coba kuliner baru pas terima telepon dari kamu.
Mungkin teman Aira yang lain tante."Aira tampak berpikir, teman yang manakah? Sedangkan Kharis sudah bisa menebak siapakah yang dimaksud oleh bunda Aira.
Tbc
Sudah ya, segini aja dulu. Masih penasaran?? Jangan lupa vote commentnya yah?
Makasih 😘😍😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Man
Romance"Ada saatnya saya menyerah tapi tidak sekarang" - Khairani Pramesti "Sentuh hati ini dan jika saya sudah membuka diri untukmu berarti kamu spesial untukku" - Satria Abimanyu