Maafkan lama menyambung cerita, sedang banyak kerjaan di dunia nyata. Hahaa... Padahal udah pingin banget berbagi cerita hayalan. Hahaha
Eh ternyata kemarin eror, yang muncul cuma sebagian cerita. Sediiihhh.... 😭😭😭*******************
ABI POV
"Maaf, mau cari siapa?" suara dari seorang gadis yang aku pastikan dia Aira walaupun aku masih memunggunginya.
Entah apa yang ada dipikirannya hingga terlihat ekspresi terkejut melihatku di depan rumahnya, secara aku memang sengaja tidak memberitahunya jika akan berkunjung kerumahnya.
"Mas Abi??"
"Hai.."
Rambut yang masih basah dengan jepitan kecil di poninya, sepertinya dia baru selesai mandi. Celana pendek, kaos kebesaran dan tanpa riasan. Gadis yang luar biasa. Tidak mengurangi wajahnya yang cantik dengan pipi yang sedikit cubby, kulit yang bersih dan badannya yang pas. Ah aku datang disaat yang tepat, aku suka melihatnya apa adanya. Seketika aku tersadar.
"Silahkan masuk mas, apa mau diluar terus?"
Dia mempersilahkanku masuk keruang tamu yang tertata rapi dan bagus disetiap penempatan perabotannya.
"Mas Abi kok bisa tahu rumah Aira disini?"
"Katanya disuruh tanya Dora, tadi diantar sama Dora tuh kesininya. Dora buru-buru pulang takut dimarahi Aira"
"Huahaha mas Abi bisa aja" Aira tertawa terbahak. Benar-benar berbeda dengan perempuan-perempuan lainnya yang akan menjaga image saat pertama jumpa dengan seorang lelaki.
"Rumah kok sepi?"
"Iya semua lagi ada acara diluar. Btw mas Abi mau minum apa nih? Maaf dari tadi diajakin ngobrol mulu"
"Apa aja yang gak repot"
"Oke tunggu sebentar ya mas"
Tergantung foto keluarga yang terlihat begitu harmonis. Ayah dan ibu yang begitu serasi dan seorang adik laki-laki.
"Silahkan mas, kalau gak habis gak boleh pulang lho mas"
"Iya tenang aja"
Hening sejenak.
Terdengar suara mengucap salam dari arah pintu depan.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" jawabku dan Aira bersamaan
"Oh ada tamu" seorang wanita mengulas senyum yang sama dengan Aira.
"Teman Aira? Bunda kok belum pernah lihat ya?"
"Iya tante, ini pertama kalinya saya kesini. Saya Abimanyu."
"Oh ya mas Abi, silahkan dilanjutkan ngobrolnya. Hati- hati lho Aira itu galak."
Benar keluarga yang harmonis terlihat dari candaan ibu dan anak di depanku ini.
Kami mengobrol banyak hal tapi kebanyakan Aira yang memulai lebih dulu. Aku lebih banyak mengamati ekpresi Aira yang menurutku lucu dan menggemaskan. Apa? Menggemaskan? Oh tidak... Kenapa aku berpikiran begitu?? Sebelum suasana menjadi lebih canggung karena aku yang lebih banyak diam tapi ramai dipikiranku, aku memilih untuk pamit pulang.
"Udah malam nih, aku pulang dulu. Gak enak sama Ayah bunda kamu. Tolong panggilkan ya."
Aira kembali dengan bundanya yang berganti baju santai dan tanpa make up.
"Tante saya permisi pulang dulu, maaf sudah malam."
"Iya gak apa mas Abi. Hati-hati dijalan ya."
"Assalamualaikum" tak lupa kucium tangan bunda Aira tanpa bermaksud mencari muka tapi karena memang kebiasaan dengan orang yang lebih tua.
"Waalaikumsalam, Aira antar mas Abi sampai depan."
"Iya bun"
"Aira, aku pulang dulu ya."
"Iya mas hati-hati dijalan. Main-main kesini lagi ya." Senyuman Aira terkembang lagi. Tak bosan-bosannya dia senyum dan senyumannya itu yang entahlah...
Aku mengajak Aira berjabat tangan sebagai tanda pertemanan sebelum menyalakan motorku. Tangan yang halus dan hampir saja aku lupa untuk melepasnya.
Setibanya di apartement, aku segera mengecek handphone yang sejak diperjalanan tadi tak kunjung berhenti bersuara.
"Kamu dimana bro?" suara Kharis diujung sana
"Aku di apartemen, ada apa?"
Tingtong...
"Bukain pintu!"
Cengiran khasnya sudah muncul sejak di depan pintu dan tanpa kupersilahkan pun dia pasti sudah masuk dengan sendirinya.
"Kemana aja? Aku telfon gak dijawab."
"Tadi lagi dijalan."
Kutinggalkan Kharis yang sibuk memainkan xbox. Aku butuh air dingin untuk merefreshkan pikiran. Dan kopi panas cukup untuk melengkapi malam ini.
"Mau kopi?" teriakku dari dapur ke arah Kharis
"Boleh, tapi gak pakai gula ya bang takut kemanisan akunya."
"Siap tuan Kharis."
Terdengarlah gelak tawa Kharis mendengar jawabanku. Kami sudah berkawan lumayan lama dan dialah yang paham benar aku seperti apa.
Kulirik dia sibuk dengan handphonenya.
"Tadi pergi kemana?" aku sedikit terkejut karena tiba-tiba terbayang wajah Aira.
"Rumah teman."
"Ini Aira bbm, nanyain kamu. Menurutmu gimana?"
"Apanya?"
"Ya pertemuan pertama dengan Aira, penilaianmu gimana tentang dia?"
"Ya begitulah."
Aku terdiam sejenak.
"Orangnya ramah, baik, cerdas, wawasannya luas. Nyaman kalau ngobrol sama dia."
"Dulu Aira selalu jadi juara sekolah, apalagi sekarang profesi dia jadi guru juga menuntut dia punya wawasan yang luas. Kalau masalah kepribadian sih gak perlu diragukan lagi, 3 tahun sekelas saat SMA bukan waktu yang singkat mengenal isi hatinya dia. Bukannya aku bilang bagusnya Aira aja lho Bi... Tapi memang Aira itu orang yang apa adanya. Aku cuma berharap kamu mau mengenalnya lebih jauh lagi. Kalau akhirnya kalian cuma berteman atau jadi sepasang kekasih itu semua ada ditanganmu. Aku cuma gak ingin kamu terjebak masa lalu terlalu lama. Sudah waktunya kamu membuka hati untuk orang lain. Bukannya aku mau ikut campur masalah itu, setidaknya carilah penghibur laramu."
"Iya..."
"Iya iya mulu tapi ujung-ujungnya lari ke rokok. Mau sampai kapan seperti itu? Mau mati muda hah?"
"Cerewetnya sudah mirip emak-emak."
"Lah memangnya selama ini kalau kamu sakit siapa yang direpotkan?? Sekali lagi masuk rumah sakit, urus sendiri semuanya."
"Hahahaha..."
"Terus aja ketawa Bi... Jangan lupa besok ada rapat penting. Aku pulang dulu."
Dasar Kharis... Kata-katanya selalu bisa menusuk langsung tepat di sasaran. Dia sahabat terbaik yang kumiliki, mungkin bisa dibilang saudara. Orang yang mengerti kekuranganku tapi tak pernah meninggalkanku.
Tbc
Masa lalu seperti apakah yang dialami Abi?? Tunggu kelanjutannya yah...
Terima kasih yang sudah mampir disini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Man
Romance"Ada saatnya saya menyerah tapi tidak sekarang" - Khairani Pramesti "Sentuh hati ini dan jika saya sudah membuka diri untukmu berarti kamu spesial untukku" - Satria Abimanyu