Part 16

36 2 0
                                    

"Aku lapar...."

Aira yang sempat deg-degan langsung tertawa keras dan mengikuti Abi yang telah melangkah keluar pintu. Tapi bukan Abi namanya jika senyum selalu tersungging di bibirnya. Setelah berhasil membuat hati Aira melompat-lompat sekarang Abi menjadi manusia dingin. Itulah yang membuat Aira bingung menebak perasaan Abi.

Setibanya di Resto, Aira tidak sengaja bertemu dengan Rifki yang hendak keluar.

"Hai Rifki, kita ketemu lagi." Aira melambaikan tangannya.

"Aira, sepertinya kita jodoh. Hahaha.." Rifki menjabat tangan Aira sedikit lama. Sedangkan disisi lain Abi hanya menatap tidak suka mendengar kalimat Rifki.

"Ah Rifki bisa aja. Oh ya kenalin, ini mas Abi."

Dua lelaki itu berjabat tangan saling pandang. Pandangan yang dingin yang lebih kepada saling mengintimidasi.

"Aku masuk dulu ya Rif." Aira mencoba memecah atmosfer yang tidak mengenakkan itu.

"Oke Aira, semoga kita bertemu lagi."

Aira dan Abi sudah memesan makanan mereka masing-masing. Aira yang tidak berniat makan terpaksa ikut memesan makanan. Karena rasa yang enak akhirnya makanan itu tandas tak bersisa. Tidak ada obrolan seru yang terjadi, keheningan dan denting sendok garpu yang beberapa kali beradu mengenai piring. Aira merasa ada sesuatu yang salah, tapi ia takut mengartikannya.

********************

Aira mengirim pesan kepada Kharis karena sudah sebulan berlalu setelah pertemuan terakhirnya dengan Abi di Resto dan tak ada kabar atau sekedar say hai dari Abi. Saat itu Aira pun pulang karena Nayna sudah ada di apartemen Abi untuk menjemputnya pulang.

Aira :
Apa kabar Ris?

Kharis :
Kamu nanyain kabarku apa temenku yang satu itu? Kalau aku sih baik, gak tahu tuh kalau Abi. Hahaha

Aira :
Dasar Kharis!!!
Iya aku juga gak tahu tuh kabarnya mas Abi. Masih hidup kan?

Kharis :
Raganya sih masih hidup. Entah hatinya.

Aira :
Maksudnya?? Eh iya Ris, mas Abi memang pendiam gitu ya. Kok rasa-rasanya menutup diri. Kamu kan sahabat baiknya, pasti tahu kan kenapa dia begitu.

Kharis :
Hatinya sudah lama mati. Hahaha
Iya memang pendiam gitu, tapi kalau kita sudah kenal sih orangnya seru juga.

Aira :
Jahat banget sih bilang hatinya mati.

Kharis :
Sejak saat itu dia lebih dingin terhadap wanita.

Aira :
Sejak apa?? Tidakkah kamu ingin membagikan cerita itu padaku? Nanti malam kita ngopi ditempat biasa dengan Nayna yah...

Kharis :
Oke

**********************

Setelah pertemuannya di cafe tempat mereka biasa meet up akhirnya Aira tahu sedikit banyak tentang masa lalu Abi. Siapa yang tidak sakit hatinya jika ditinggalkan oleh tunangannya saat semua persiapan nikah hampir selesai. Wanita itu memilih lelaki lain yang menurutnya lebih tampan, kaya dan yang jelas lebih perhatian. Bukan karena Kharis yang mempunyai mulut seperti wanita tapi karena Kharis mempercayakan Abi kepada Aira. Kharis berharap Aira dapat mengeluarkan Abi dari kotak besinya. Semoga keputusan Kharis ini benar dan bermanfaat untuk Abi dan Aira.

Saat asik berbaring diatas ranjang, Aira teringat akan mata kuliah psikologi yang ia minati. Jari lentiknya menekan keyboards handphone munculah sederetan pencarian yang membuatnya tercengang. Yah semua ciri-ciri ada di diri Abi.
Mimik muka Aira berubah sendu.

"Aku harus bisa membuat mas Abi keluar dari zona nyamannya. Dia tidak boleh patah hati terus menerus." tekad Aira dalam hati.

"Tapi... " Aira tampak berpikir keras.

"Malu dong ah, kalau aku yang chat duluan. Harga diri lah ya, muka mau ditaruh dimana kalau cewek duluan yang beraksi??"

Aira sibuk berperang batin sama seperti Abi disana. Abi sedang menikmati kopinya di depan televisi yang menyala dari tadi tapi pikirannya sedang melayang entah kemana.

Abi menyadari jika Aira mampu menembus pintu hatinya yang selama ini dikunci rapat dengan gembok berantai. Terlalu sulit untuk dimasuki tanpa ijin pemiliknya. Apakah Abi sudah memberikan ijin Aira mendapat akses khusus? Akses khusus menporak-porandakan hatinya, membuat detak jantungnya melompat-lompat kegirangan, membuat otaknya menaiki rollercoaster tiada henti.

Abi memantik api menyalakan rokoknya. Kebiasaan Abi saat penat untuk mencoba mencari ketenangan dan kebahagiaan menurut versinya. Menghisap dan mengepulkan asap berulang. Mengulang satu batang rokok kembali saat hpnya yang terletak disamping kopi di meja depan kursi tempatnya bersandar berdenting.

Aira :
Hai mas Abi, apa kabar??

Seketika Abi mematikan rokoknya. Abi ingat betul kalimat Aira yang menyindirnya saat mengetahuinya merokok. Abi sadar jika Aira sedikit banyak mulai mempengaruhi hidupnya.

Abi :
Alhamdulillah sehat. Aira sehat?

Aira :
Sehat juga mas, otaknya saja yang agak tidak sehat. Hahaha

Abi :
Loh kok otaknya tidak sehat? Banyak pikiran?

Aira :
Iya tiba-tiba saja mas Abi hilang dari peredaran. Haha

Abi :
Aku sedang sibuk akhir-akhir ini. Banyak sekali pekerjaan yang harus ku selesaikan.

Aira :
Iya percaya deh yang sibuknya luar biasa.

Abi :
Gak juga kok, cuma kebetulan saja deadline berdekatan.

Aira :
Oh gitu ya? Gak sedang menghindari Aira kan? Haha

Abi :
Buat apa menghindar?

Aira :
Ya mungkin mas Abi kecewa sama Aira, gak sesuai dengan apa yang mas Abi bayangkan.

Abi :
Kok gitu berpikirnya?

Aira :
Ya kan Aira juga sadar diri mas.

Abi :
Ya sudah mulai sekarang jangan berpikir begitu ya.

Aira :
Siap mas. Mas mau gak temani Aira jalan? Mas kapan ada waktu?

Tbc

Eeaaa... Jawaban apa yang akan diberikan Abi?? Tunggu kelanjutan cerita di part selanjutnya.
Maafkan jika lama, kurang greget dan dikit banget. Author sedang bingung akan bawa cerita ini kemana. Semoga masih ada yang suka dengan cerita ini ya...
Maafkan di publish ulang karena teks tidak muncul semua. 😭😭😭

Introvert ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang