part 3

1.4K 72 2
                                    

Setelah kejadian di pesta itu, Jodha selalu berusaha menghindar dari Jalal. Jalal adalah berbahaya besar baginya. Jodha juga sudah mengajukan surat pengunduran diri, tapi ditolak mentah-mentah oleh Salima. Alasannya tak cukup kuat untuk mengajukan pengunduran dirinya, begitu kata Salima. Apalagi jodha baru 3 bulan bekerja, kontrak Jodha pun masih tersisa 3 bulan lagi. Ya, Jodha terikat masa kontrak 6 bulan. Jika dalam waktu 6 bulan tersebut kinerjanya bagus, maka kontrak akan diperpanjang.

Setelah dirasa penampilannya sudah lebih rapi, Jodha kembali ke ruangan kerjanya. Tatapan pernasaran dari rekan-rekan sedivisi menyambut Jodha ketika ia memasuki ruangan. Mungkin mereka pikir ia baru saja kena omelan CEO itu. Hanya Ruk yang tau permasalahan yang terjadi antara Jodha dan Jalal sang CEO.

"Kenapa, Jo? Abis ketemu Pak Jalal kenapa jadi kusut bener itu muka," Ruk menyeret kursinya mendekat ke meja Jodha.

"Percaya nggak, CEO itu tadi habis menciumku di ruangan kerjanya," bisik Jodha tertahan. Dari suaranya, Ruk tahu kawannya sedang menahan amarah.

"Appppaaaa... dia menciummu??!!" teriak Ruk, Jodha pun langsung membekap mulut Ruk yang bersuara cempreng itu. Spontan teriakan Ruk membuat pandangan mata teman-teman seruangan tertuju pada mereka berdua.

"Gak usah pake speaker masjid juga kali Ruk," gerutu Jodha.

"Hehe.. Maaf kelepasan," ucap Ruk cengengesan.

"Kepalaku pusing Ruk, gimana caranya ya supaya CEO itu berhenti mengejarku lagi. Apalagi kalau daddy sampai tau..." ucapannya tak terselesaikan. Jodha meghela napas lelahnya, lelah menghadapi CEO aneh itu. Ayah Jodha sangat over protektif pada jodha, anak semata wayangnya, satu-satunya penerus HANDOKO CORPORATIONS. Jodha tak mau membahas status keluarganya sekarang. Yang paling penting sekarang adalah bagaimana caranya menyingkirkan Jalal dari hidupnya.

Ruk hanya mengangkat bahunya. Sepertinya Ruk juga tak bisa membantu.

"Salima mana Ruk?" Jodha melihat meja kerja Salima kosong. Padahal tadi sebelum Jodha ke ruangan Jalal, Salima masih terbenam di antara tumpukan dokumen.

"Salima ke coffee shop bawah, lagi mumet katanya, butuh penyegaran," jawab Ruk.

"Dasar Salima, kebiasaannya dari dulu ga pernah berubah. Pasti kalau lagi mumet larinya ke kopi," bisik Jodha dalam hatinya.

"Ruk aku mau ke coffee shop nyusul Salima. Perlu penyegaran juga nggak, mau ikut?" tanya Jodha pada Ruk.

"Engga deh, masih banyak. Ada kerjaan deadline," jawab Ruk sambil berkutat dengan selembar paperwork.

Jodha keluar ruangan dan pergi ke coffee shop. Belum sampai di sana, dari jauh Jodha melihat Salima sedang berbincang dengan sang CEO. Jalal?? Sejak kapan Salima akrab Jalal? Jodha tak mau Salima jadi korban Jalal berikutnya.

"Ehmmm..," Jodha berdehem untuk mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Eh, Jo, duduk!! Kebetulan sekali ada yang mau aku bahas mengenai pertemuan kita dengan pihak Handoko, kamu tau kan maksudku, si tampan Surya. Kau mau pesan apa, Jo?" Jodha duduk di samping Jalal berhadapan dengan Salima.

"Ah, aku lupa, Salima ini naksir sama Suryaban, sepupuku. Pasti pertemuan ini cuma modus Salima saja, supaya bisa bertemu dengan Surya. Kalau dia tau bahwa aku ahli waris Handoko Corp, pasti dia akan lebih heboh. Apalagi kalau Salima tahu bahwa Surya itu sepupuku," batin Jodha.

"Ga usah, nanti biar aku pesan sendiri saja," ucap Jodha.

" No, no, no.. Biar aku aja yang pesan, sekalian aku mau pesan cake," ucap Salima.

"Double espresso, please," ucap Jodha dan Salima pun langsung meninggalkan Jodha berdua dengan Jalal.

"Siapa Surya?" tanya Jalal setelah Salima pergi.

"Marketing manager Handoko Corporation"jawab Jodha singkat.

"Aku tau, maksudku adalah ada hubungan apa antara kau dan Suryaban?" tanya Jalal "Eh, tunggu dulu, darimana dia tahu nama lengkap Surya?" tanya Jodha dalam hati.

"Untuk saat ini belum ada, mungkin dalam waktu dekat saya akan menjadikannya kekasih," ujar Jodha sembarangan dan Jodha pun melihat rahang Jalal mengeras, "sepertinya dia marah, aku ingin tertawa melihat ekspresinya saat sedang marah seperti ini. Mana mungkin aku menjalin hubungan dengan sepupuku sendiri," batin Jodha kembali dalam hati nya

"Aku tidak akan membiarkanmu jatuh ke dalam kedalam pelukan Suryaban, hanya aku yang boleh memilikimu jodha," ucap Jalal tegas.

"Kita lihat saja nanti. Dan sekarang saya tanya, apa maksud Anda mendekati Salima, Sir?" tanya Jodha to the poin. Jodha masih ber-saya-anda pada Jalal. Selain untuk menjaga jarak, ia juga harus menjaga sikap antara atasan dan bawahan.

Lalu Jalal pun tertawa sinis.
" Karena kau tidak suka aku dekati, jadi aku mendekati Salima. Toh dia cantik dan seksi. Mungkin setelah aku bosan dengan Salima, aku bisa mendekati Rukaya, sahabatmu satu lagi," ucap Jalal. Sontak ucapan Jalal itu membuat Jodha geram.

"Astaga!! Terbuat dari apa Anda ini. Anda pikir, perempuan hanya untuk pemuas nafsu?? Berani Anda mendekati mereka, saya tidak akan tinggal diam," pekik Jodha, dan ini malah membuat jalal tersenyum nakal dan sinis.

"Aku akan berhenti mendekati mereka kalau kau bersedia tidur denganku, bagaimana?" bisik Jalal di telinga Jodha dan menyeringai mesum ke arah Jodha.

"No way!! Teruslah bermimpi, Sir," Jodha mengambil gelas yang berisi air putih di meja dan menyiramkannya ke wajah mesum sang CEO. Amarah Jodha sudah tak bisa terbendung lagi. Pria ini selalu saja menbuat Jodha naik darah.

"Ada apa,Jo?" tanya Salima begitu sampai di meja kami.

"Tidak apa-apa, aku pergi dulu. Stay away from him, Salima. I'm serious," Jodha pun pergi meninggalkan Salima dan Jalal dengan perasaan kesal masih menyelimuti hati dan pikirannya.

Bersambung jangan lupa like and coment nya yaa hee

HIMMEL HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang