BAB 4

519 33 1
                                    

“ You fall in love, you get hurt. That's life”

***

Backsound : Justin Bieber - Purpose

***

KILA menyusuri jalanan bersalju kota Swiss. Mantel tebal membungkus tubuhnya lengkap dengan sarung tangan serta beanie yang menghangatkan telinganya.

Hari ini ia akan pergi ke kantor penerbit untuk melihat sampai mana proses percetakan novel terbarunya. Mungkin ini menjadi hari terakhirnya disini, ia akan kembali ke tanah kelahirannya.

Ia bahkan tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi nanti ketika ia sampai di Indonesia. Ia menghilang begitu saja beberapa tahun dan ia kembali dengan seenaknya pula. Persetan, Kila hanya inginkan rumah yang sesungguhnya untuk bernaung saat ia benar-benar lelah.

Hari ini Kila pergi sendiri, Raka harus ke bandara memantau pengecekan jet pribadinya apakah siap terbang disaat salju sedang turun dengan banyaknya.

Kila berhenti di halte, ia duduk memandangi anak-anak kecil yang tampak gembira membentuk boneka salju. Senyum tipis terbingkai di wajahnya. Entahlah melihat mereka tertawa membuat hatinya menghangat.

Sebuah bis berhenti di depannya, Kila naik dan mengambil tempat duduk di dekat jendela yang berembun. Memegangi sebuah buku bacaan yang sedari tadi ia bawa.

“Permisi. Boleh saya duduk sini?”

Kila menatap tempat duduk di sekitarnya yang ternyata sudah terisi penuh.

“Boleh” , ucap Kila tanpa melihat wajah lawan bicaranya.

“Terimakasih”

Kila menutup bukunya dan menoleh ke samping untuk melihat orang yang ia ajak berbicara sedari tadi.

“Sama-sama.. Al--”

“Hey”

Kila mengerjapkan matanya dan melihat kembali orang itu. Masih ada.

“Aldrin”

Aldrin tersenyum kikuk dan membenarkan letak kacamata yang membingkai mata indahnya.

“Mau kemana kamu?” , tanya Aldrin mencoba mencairkan suasana yang canggung.

“Ke kantor tempat kamu kerja. Mau pamitan sama bos kamu”

“Emang mau kemana?”

“Balik ke Indonesia. Raka ada banyak kerjaan disana dan aku nggak mungkin sendiri di sini kan”

Kila mengigit bibir dalamnya ketika kalimat panjang itu lolos begitu saja dari mulutnya. Bahkan Kila sudah terbiasa sendiri, kalimat itu spontan saja keluar dari mulutnya.

“Oh”

Hening. Bahkan keduanya tak lagi saling mengucapkan kata. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Yang jelas ada guratan kecewa yang tergambar di wajah keduanya. Tentu saja ada pula segaris tebal penyesalan yang menyekat kedua insan ini.

****

Aldrin tertampar oleh pertanyaan yang ia ucapkan sendiri. Ia merutuki kebodohannya sendiri. Bukankah semalam ia sudah mengingatkan pada dirinya sendiri untuk tidak mencampuri urusan perempuan yang sedang duduk di sampingnya ini.

Tapi entah ada angin apa, Aldrin mengikuti Kila ketika ia melihat perempuan itu tengah duduk menunggu bus.

Dan inilah yang ia peroleh, sebuah luka baru. Tentu saja Kila akan kembali ke Indonesia, dia harus mengikuti kemanapun Raka pergi.

Wildest DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang