“Pretending to be okay was never easy” - @dailyteenwords
***
Backsound : Let Her Go - cover by Jacob Whitesides - (Original by Passenger)
***
Kantor salah satu penerbit major terkenal di Swiss begitu ramai pagi ini. Mereka sibuk di kubikel masing-masing. Jemari mereka dengan lincah menekan tombol keyboard .
Seorang Pria tampan tampak duduk serius di depan komputernya. Ia adalah seorang editor. Pagi ini ia mendapat softcopy novel romance dari salah satu penulis yang cukup terkenal di Swiss. Penulis yang sampai sekarang tidak ada yang tahu rupanya kecuali pemilik penerbitan. Penulis ini hanya menggunakan nama pena, Andromeda.
“Pagi Aldrin. Lagi sibuk ya?” , Pria itu mendongak dan melepas kacamata bacanya.
“Iya mbak. Lagi ngoreksi softcopy- nya Andromeda”
“Beruntung banget kamu dapat tugas itu. Siapa tahu kamu bisa ketemu dia. Ya udah aku duluan ya. Masih ada kerjaan”
Aldrin mengangguk. Bahkan peminat novel Andromeda saja tidak bisa menemui wanita itu apalagi dirinya. Sekitar dua jam yang lalu, Aldrin sempat menghubungi Andromeda lewat e-mail namun yang menjawab malah sahabatnya yang mengatakan jika perempuan itu sedang sakit.
Padahal ada beberapa bab yang perlu ia rundingkan dengan penulis itu. Aldrin mendesah di tempatnya, ia mengambil mug putih berisikan black coffee favoritnya.
Andromeda.
Aldrin tertegun. Nama itu mengingatkannya pada satu orang dari masa lalunya. Apakah dia?.
Aldrin menggeleng. Di dunia ini banyak yang memakai nama galaxy untuk nama panjangnya. Mungkin penulis ini sangat menyukai galaxy andromeda yang indah itu makanya dia memakainya untuk nama pena.
Aldrin sudah menutup masa lalunya termasuk dengan nama perempuan itu. Perempuan masa lalu yang menghancurkan Aldrin dua kali. Dua kali Aldrin harus kembali merangkak keluar dari parit bumi terdalam. Dia harus kembali menyusun retakan hati dan hidupnya kembali. Sekarang prioritas hidupnya hanya keluarga dan karir. Di usianya yang sudah berkepala tiga, Aldrin masih enggan untuk mencari cinta sejatinya. Biarkan mengalir apa adanya, begitulah pikirnya.
Aldrin menoleh ke samping kanan dan kirinya. Semua editor tampak sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Aldrin menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi. Ia memejamkan matanya perlahan. Rileks adalah satu hal penting yang di butuhkan seorang penulis dan editor.
Aroma parfum perempuan seperti perpaduan mawar nan lembut di indra penciuman mengusik Aldrin. Ia pernah mencium aroma ini.
Tidak mungkin dia!
Aldrin membuka matanya. Ia menatap layar komputer yang masih setia menampilkan naskah-naskah novel itu.
“Aldrin” , Pria itu mendongak dan mencari siapa yang memanggil namanya.
Tom-- Pria tampan itu melambaikan tangan pada Aldrin.
“Andromeda dateng ke kantor Bos tuh. Katanya lo mau bahas beberapa bab.”
Tom mengambil duduk di depan Aldrin. “Lo tau darimana?”
“Lo mah kuper banget, drin. Nicole yang bilang. Katanya Andromeda cantik banget loh. Gilaa beruntung banget lo. Tau gitu gue aja yang ngedit softcopy nya dia.”
“Lo udah pernah liat dia?”
Tom menggaruk tengkuknya, “Ya belum. Mana ada yang bisa ketemu dia. Si Nicole aja yang sekretarisnya boss baru ketemu dia buat pertama kali. Daku mah apa atuh drin, cuma remahan rempeyek tak berguna di mata Andromeda. Eh gak ding, siapa tau ntar dia khilaf terus milih gue buat jadi pacar”

KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dreams
Romancemimpi terliar seorang Priskila Andromeda adalah mengharapkan sang mantan kekasih kembali ke pelukannya setelah dua kali ia menaburkan luka pada pria itu. • Sequel of BACK TO DECEMBER• copyright © 2015, AxeliaTata