chap 3 : Give and Take

701 47 11
                                    

Seharusnya dimasa pubertas seperti ini, aku bisa merasakan yang namanya sedikit kegilaan dan kebebasan menjadi remaja. Terbukti kadang aku mengikuti trend baju atau make up anak gadis keluaran terbaru yang selalu Omma berikan dari setiap label tempat ia melakukan pemotretan. Tapi tetap tidak mengubahku dan membuatku senang melakukan hal itu. Aku tetap saja cupu, pendiam dan bukan gadis yang kekinian. Kesibukanku hanya belajar, membaca komik , merawat bunga dan menunggu appa atau omma menelpon untuk memberi kabar bahwa mereka dirumah. Intinya, aku lebih suka menjadi pribadi pengurung di kamar tanpa teman satupun.

Namun tetap ada beberapa poin yang aku pikir tidak ketinggalan jaman, yaitu tentang hati. Yah , aku tidak sedingin es yang tak bisa menangkap sinyal orang-orang yang membuatku tertarik.

Saat di Thailand aku pernah menyukai cowok bernama Bee tapi itu hanya sekedar suka dan kini aku melupakannya. Dijepang? aku suka Ryu Kozima dia seorang hacker yang manis, ia tau perasaanku tapi aku tak bertindak lebih ekstrim. Aku pikir lebih menyenangkan bisa berbagi pengetahuan dengannya , tidak lebih dari itu .

Dan sekarang, imanku tengah diuji dengan sosok bernama Uri Gallio !! yah.. seorang pengeran absurd yang sekenanya saja. Lupakan tentang chapter lalu yang aku katakan dia adalah si sosok charming. Sampai kalian tau ternyata dia adalah orang yang misterius dan konyol dari yang kubayangkan.

===

"Saya menolak sensongnim. Diawal kita sudah sepakat soal ini.."

Kepala sekolah menggelengkan kepalanya menolak. Aku hanya berdiri mendengarkan tak mengerti bersama kedua teman Uri-san yang sengaja ikut berdiri dibelakangku melihat perdebatan sengit ini.

"Anni...kebijakan itu telah berubah sejak beberapa protes dari murid lain Uri-ya.."

"Siapa yang peduli sensongnim, kalau begitu dia (menunjukku kasar) sekamar dengan Jimin dan Yeol saja." Uri-san terdengar mulai bernada emosi walaupun riak wajahnya tetap sama, datar.

Kepala sekolah mendorong masuk Uri-san serta menarikku juga. Pintu tertutup dan membiarkan kedua orang penguntit bengong karena tak diijinkan ikut campur lagi. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali melihat isi kamar Uri-san yang sangat... artistik.

"Oh my god ! ini bukan kamar pribadimu Uri-yya , lihat lukisan apa ini??" teriak kepala sekolah begitu melihat gambar abstrak wajah dengan paduan warna hitam dan putih.

Memang tak sepenuhnya wajah tapi bila dilihat lebih mendalam itu seperti terdapat 2 orang yang menyatu dengan posisi atas dan bawah. "Jadi ini alasanmu untuk tidak menerima anak lain? Oh..lihat !! mainan??"

Uri-san hanya diam saja tanpa berkilah. Kepala sekolah dan aku terkejut melihat beberapa tumpukan mainan lego dan sebuah miniatur perbukitan dan rel kereta api mainan. Sepertinya , Uri-san benar-benar orang yang menikmati kesendirian dikamarnya dengan seni dan mainan.

"Saya sudah mendapatkan ijin ini dari pengawas sensongnim..."

"Apa Appa-mu tau hal ini?"

Raut wajah Uri-san berubah. Ia terkejut seperti terkena sengatan listrik begitu mendengar gertakan kepala sekolah. "Aaanda tidak akan..."

"Of course. Aku tidak akan mengatakan hal ini jika kau menerima Give and Take ini. Jadi..." Kepala sekolah mendorongku lebih masuk ketengah ruangan sambil menepuk pundakku lembut. "Biarkan dia sekamar denganmu, okeh?"

Aku bisa merasakannya. Yah...perasaan api yang menyala-nyala dari aura Uri-san. Kepala sekolah membisikkan kata 'terima kasih' padaku yang tentu tak kupahami kenapa lalu pergi meninggalkan kami berdua. Suasana menjadi hening. Benar-benar hening. Aku menjadi gugup bagaimana harus memulainya.

SHUT UP !! I AM NOT GAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang