chap 13 : Say You Love Me.

463 33 2
                                    

*Uri POV*

Ada yang mengatakan..

Jika seseorang telah menyimpang , banyak yang menelitinya disebabkan karena seringnya melakukan hubungan sex bebas sebelum menikah . Hingga berakhir pada tingkat kebosanan.

Benarkah?

Akibat kebosanan dan mulai tak menganggap straight sesuatu yang menyenangkan lagi atau diakibatkan trauma tertentu, maka pilihannya menjadi pecinta sesama.

Yah..

Ingin merasakan hal yang berbeda, mencoba hal baru dibalik kata bosan serta mengatasnamakan cinta dan kodratnya menjadi seorang gay. Itu hanya sebuah teori  ! karena tidak ada seorangpun yang terlahir sebagai gay.

Really?

Hal yang paling membahayakannya lagi adalah sebuah hubungan dengan kertetarikan dengan mahkluk hidup lain selain manusia atau disebut juga Bestiality. Begitu seterusnya jika berhubungan sex itu diawali tanpa adanya ikatan dan menentang aturan Tuhan.

Jadi menurutmu, setelah menikah semua akan terlihat abadi? Tidak akan tercipta kebosanan terhadap pasangan? Lalu apakah aku harus mulai mencintai satu orang? Laki-laki itu? Atau wanita?

Aku pikir ini sudah terlambat untuk menyadari...

Tok tok tok

Ah..pengganggu, "Ada apa??"

"Tuan besar memanggil."

Aku menyeringai mendengar ia memanggilku. Sudah nyaris 2 minggu aku pulang kerumah dan baru sekarang mempertanyakan serta menyadari kehadiranku? ukhh..aku harap bila tua nanti aku tak seperti dirinya. Tapi buah jatuh tak jauh dari pohonnya, sial.

Dengan sangat sopan aku memasuki 'kamar pribadinya' dan duduk berhadapan dengannya tanpa diminta. Alisnya yang memutih saling bertaut menyadari kehadiranku yang cukup lancang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. 

Buku-buku tangannya yang mengkerut membuatku diam sejenak , kenapa ia terlihat sangat tua? umurku masih 18 tahun dan masih menjadi anak tunggal keluarga Gallio. Oh mungkin para sub-nya memiliki seekor atau dua ekor tanpa sepengetahuanku, yah sekarang menjadi masuk akal kenapa ia begitu santai dengan umurnya.

"Kenapa terus berada dirumah? apa terjadi sesuatu di sekolah?"

Nada sarkastiknya tak berubah, aku menatapnya dengan perasaan hampa,  "Karena bosan, kau tidak suka aku dirumah? atau karena takut ketahuan menyembunyikan para sub-mu?"

Appa menutup kasar buku notarisnya dan menatapku dengan pandangan angkuh, "Rendahkan suaramu."

"Baiklah, kita memang tidak sedang membicarakan itu."

"Aku masih menghukummu karena nilaimu jatuh. Selebihnya aku tidak punya urusan dengan masalah pribadimu, jadi..." ia menahan emosinya dengan menarik nafas dalam sambil membuka kembali lembaran- lembaran kertas pentingnya, "...kembali ke asrama."

Banyak yang ingin kukatakan padanya, tapi kakiku lebih memilih untuk beranjak. Hingga pada detik berikutnya aku menoleh, "Apa jika aku seorang yang menyimpang, itu bukan masalah bagimu?"

Kerutan diwajahnya semakin mengerut.  Appa melepaskan kacamata bulatnya dan menatapku dengan tak biasa. Mungkin iba? Dengan kedua tangannnya yang bertumpu di atas meja dan menutupi mulutnya , aku bisa merasakan hawa dingin menerjangku atas pernyataanku tadi. Aku berbalik lagi tanpa jawaban. 

"Sudah kesepakatannya bahwa aku tidak akan mengurusi masalah pribadimu. Selama itu tidak membuatmu jatuh dan merepotkanku, aku tidak ingin mendengar celotehanmu yang tak berguna. Pergi dan belajarlah yang lebih rajin."

SHUT UP !! I AM NOT GAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang