*Uri POV*
"Aroma ini..."
"Kenapa aku begitu familiar dengan aroma ini...."
Aku mencoba menggerakkan tubuhku yang entah kenapa begitu berat untukku gerakkan sejak tadi malam. Aku ingat setelah minum obat, Keo bilang akan membuatkan ku bubur. Mana mungkin? tapi ini wangi apa? aku menjadi lapar karenanya.
"Oh..!! Uri-san, kau sudah bangun?"
Lagi-lagi bocah itu heboh. Mendengar suaranya saja sudah membuatku merasa pusing dan kini ia malah duduk di tepi tempat tidurku dengan tatapan khawatir lewat netra toscha itu lagi.
"Syukurlah...sudah lebih baikan?" ujarnya lagi dan aku masih mencoba mengumpulkan nyawa untuk segera sadar dari tidur nyamanku . Ada handuk basah? apa ini? ruangan menjadi hangat dan diberi aromatherapy. Bocah ini...
"Makanlah..aku menunggumu bangun untuk memberikanmu bubur."
Aku menarik alis tinggi, "Bubur? ini kau yang membuatnya?". Keo merengut kesal, "Tentu saja, hyung tau ini sudah jam berapa? kantin tidak akan buka seperti yang kau katakan."
"Untuk apa kau repot-repot? tidurlah kalau memang berat untukmu."
"Aigo...kalau tidak karena kau terus mengigau saat demam tinggi tadi, aku juga tidak mau repot-repot melakukan semua ini." Kesalnya sambil mengerucutkan bibir seperti seorang yeoja. Ada apa dengan wajah itu? jangan mulai lagi...
"Aku mengigau?" elakku tak percaya, "Nee..hyung terus memanggil 'omma' dalam tidurmu."
Seperti yang kuduga. Jika aku sakit pasti selalu memanggil namanya, walau aku tak pernah ingin menemuinya lagi."Lupakan soal itu."
Keo mengerutkan dahi bingung, "Soal apa? mengigau?"
Keo memandangku dengan begitu lekat, apa ini? wangi sampoo strawberry benar-benar memabukkanku. "Pergilah tidur !!" dorongku menjauhkan hembusan nafasnya yang entah kenapa membuatku tak bisa bernafas. Bocah yang satu ini, benar-benar membuatku takut untuk mendekatinya.
"Haishhh..sepertinya kau memang sudah sembuh. Arasso..arasso tapi sebelum tidur makanlah bubur itu selagi hangat." ujarnya lembut. Padahal sedetik tadi aku baru saja berbuat kasar lagi padanya.
Aku mulai mendekati meja yang telah terhidang semangkuk bubur yang memang masih terasa hangat. Saat kubuka, aroma daun bawang dan bawang putih menguar eksotis hingga berhasil membuat perutku tak berhenti berteriak. Keo masih sempat membuat Dakjuk ditengah malam seperti ini?
"Kau tidak menaruh racun didalamnya kan?"
Keo mendengus dan kembali duduk diseberang meja lesehan kami, "Nih, kalau hyung tak percaya !!"
Diambilnya sendok dan menyicipi dakjuk itu tanpa takut panas menyambar lidahnya. Melihatnya mencoba untuk membuatku percaya jika bubur itu aman, aku kembali tersenyum kecil.
"Puas? haiishh.." keluhnya lagi dan kembali ke tempat tidur pinknya. "...biasanya aku tidak pernah sekesal ini pada orang lain, tapi kau? sukses mambuatku kesal."
Pekiknya lagi dan aku hanya tersenyum geli sambil mulai menyantap dakjuk yang memang sangat enak ini. Wah, dia benar-benar unik. "Kau bisa masak? bagaimana kau bisa memasak dakjuk seenak ini?" pujiku tulus, tapi sayangnya orang yang sedang ku puji tengah merajuk.
"Aku terbiasa mengurus diriku sendiri kalau sedang sakit. Dan aku pasti akan masak dakjuk sebagai obat."
"Hoo..ini benar-benar enak." kali ini aku benar-benar kagum.
Keo tak menoleh kepadaku lagi dan memilih sembunyi dibalik selimutnya. Aku menyantap habis dakjuk buatan Keo dan merasa tubuhku benar-benar sudah pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHUT UP !! I AM NOT GAY
General FictionKiyoshi Keo, gadis biasa yang hidupnya selalu berpindah-pindah dan membuatnya menjadi seorang yang tertutup. Terpaksa menerima keadaan absurd yang menjadikannya 'pria' imut di SMA MORIM SCHOOL . Tinggal sekamar dengan cowok populer yang dingin tapi...