Suatu hari di Moorim School
"Ukkhh...kenapa aku merasa pegal sekali."
Kebiasaan seekor kucing. Mencakar didepan sebuah kayu itu seperti sebuah morphin. Kecanduan dan kau tidak akan bisa menghilangkan kebiasaan itu. Ah..apa aku harus menarik kata-kataku waktu itu? menjadi kucing ternyata lebih menyenangkan daripada menjadi peri. Yah, aku seorang peri dari negeri ehmm...sebaiknya itu tetap menjadi rahasia.
Grap
"Tangan siapa ini?" Aku memberontak saat seseorang menangkapku dengan erat. Dia menakanku terlalu kuat aku kesakitan heii...
"Anneyong Haseo.."
Aku pernah mendengar suaranya. Yeh, bocah satu ini terlihat sopan namun bengis. Aku tidak suka tatapan matanya.
"Lepaskan aku..!! atau aku cakar kau !!"
"Ternyata kau benar-benar bisa bicara?" ujarnya yang pura-pura terkejut. Bababagaimana ini???
*flashback*
Hal yang paling kubenci adalah dihukum. Yeaah, hanya karena aku menyukai dunia manusia, sekarang aku harus dihukum menjadi kucing.
"Simi...jaga dirimu baik-baik." Katya terbang kesana kemari dengan menutup kedua matanya karena menangis. Dia temanku, selama 100 tahun ini aku dan dia adalah sahabat yang tidak bisa terpisahkan. Dan jika melihatnya seperti ini, aku seperti tidak ikhlas untuk menerima hukuman ini. Oh, andai saja raja peri bisa lebih realistis sedikit saja tentang kesalahanku ukhh.
"Katya...jangan menangis seperti bayi peri. Aku akan baik-baik saja , jika aku berhasil menyembuhkan kesunyian seseorang."
Katya dengan mata hijau daunnya , menatapku kesal. Konyolnya, ia juga ingin sepertiku, tentu saja aku menolak. Ini bukan pekerjaan yang mudah.
"Kenapa kau begitu tenang?? kalau kau tidak berhasil, kau tidak akan bisa kembali menjadi peri. Kau tau, kucing itu sering ditelantarkan oleh manusia.." aku menggaruk bokong kala ia mulai berceramah, tak bisa menghindar untuk tidak memutar bola mata "...kadang kucing begitu disayang , Kat " kilahku.
"Tidak..tidak..tidak !! aku harus menemanimu, titik !!" ia mulai berteriak frustasi.
"Katya, tetaplah didunia peri. Aku berjanji akan segera kembali."
Aku tidak yakin usahaku ini akan berhasil atau tidak. Tapi bagaimanapun dunia peri yang makmur dan damai adalah tempatku untuk kembali. Berbeda dengan dunia manusia yang penuh warna-warni kehidupan. Entah apa yang membuatku berani kesini, kadang jika terlalu putih kau akan merasa bosan, begitu yang kupikirkan saat mencoba ingin tau. Yang berakibat, aku dihukum seperti ini. Menjadi kucing dan akan kembali jika aku berhasil menyelamatkan 20 pasangan. Aneh sekali titah raja peri itu, ukh.
"Ohh..dinginnya."
Aku kesal kenapa aku tidak di tempatkan di tempat yang hangat. Dikeluarga kaya mungkin, hingga aku tidak perlu repot-repot berebut makanan dengan kucing jalanan.
Katya langsung pergi setelah kubisikkan sesuatu padanya. Wajahnya sudah terlalu sembab, aku tidak bisa terus-terusan membuatnya merasa bersalah.
"Kau memang sesuka hatimu Uri !!"
Pertujukan drama. Aku melihat seorang gadis mungkin sekitar belasan tahun, menampar seorang pelajar pria beriris ruby. Seperti warna mataku. Oh, dia terlihat santai mendapat tamparan gadis itu. Sepertinya dia sudah terbiasa. Hemm..anak muda jaman sekarang. Apa setelah mereka bosan, pasangannya akan ia buang begitu saja?
"Uri , kau jahat. Uri , kau memang brengsek, ah..aku tidak tau lagi ada berapa banyak embel-embel namaku selain Uri Gallio" gumam bocah itu sendirian.
Aku melompat mendekat , duduk diam-diam disampingnya mendengarkan keluh kesahnya. Pemuda ini memang tampan. Pantas ia menjadi sombong.
"Aku bahkan sudah katakan kalau mungkin aku tidak bisa setia. Aku belum bisa jatuh cinta dan benar-benar jatuh cinta. Aku ingin mengejar, bukan dikejar."
Ia menatap bintang-bintang. Akupun juga ikut melirik kerlap-kerlip cahaya di langit itu. Begitu indah, tapi di dunia peri aku juga bisa membuatnya. Ah...apa sebaiknya aku membantunya saja? tapi bagaimana caranya?
Kemampuanku itu merubah gender seseorang. Apa sebaiknya aku ubah gendernya menjadi wanita, agar ia tau bagaimana sakitnya dicampakkan?
Uri bangkit dari kursinya, ia sepertinya baru menyadari kehadiranku yang sejak tadi memikirkan cara untuk melaksanakan tugas pertamaku. Ia berhasil membuatku nyaman dengan belaian lembutnya di kepalaku. Oh, ini benar-benar menyenangkan. Aku menyukainya...
Aku menjentikkan jariku dan watu terasa berhenti. Sudah kuputuskan untuk melaksanakan tugasku yang pertama. Aku berkeliling ke beberapa tempat, dan kulihat gadis berambut pendek sebahu dengan cardigan pink. Ia menarik walau terlihat sedikit cupu. Aku menghampirinya dan mencoba membaca pikirannya, yang dipenuhi dengan rasa kesepian dan juga memerlukan cinta.
Oh aku pikir mereka pasangan yang cocok. Kujentikkan tanganku lagi, dan waktu kembali normal. Pertualangan akan dimulai dan aku harap ini berhasil.
"Ohh..dinginnya.."
*flashback end*
"Kau kucing yang mengutuk Keo itu kan?" tanya Yeol semakin menyudutkanku. Remasan tangannya pada tubuhku yang gendut ini membuat nafasku tersengal-sengal. Apa ia tidak memiliki jiwa keprihewanan??
"Le..lepaskan aku dulu.." Aku mencoba merengek. Setidaknya cara ini pernah berhasil saat Keo ingin menyiksaku. Tapi akhirnya gagal. And well berhasil...!! Yeol terpengaruh dan langsung saja kujentikkan tanganku menghentikan waktu.
Aku menyentuh keningnya dan kembali membaca pikirannya. Tidak jauh berbeda, ia juga pria yang malang. Sempat beberapa kali memikirkan Keo namun akhirnya dia mengalah. Aku sedikit menyeringai mengetahui sedikit rahasia percintaanya. Ide gilaku kembali muncul, well tugas kedua siap meluncur.
Tiing..
***
Ha ! ini gaje -_-
Maaf endingnya begini, tapi Simi benar-benar kucing imut dan aku nggak tega menghukumnya wkwkwk , jadi sampai disini aja yah, maaf mengecewakan >.<
Aku penulis yang buruk orz. terima kasih yang nyempatin waktu buat baca. Maaf kalau tidak memuaskan ><
KAMU SEDANG MEMBACA
SHUT UP !! I AM NOT GAY
General FictionKiyoshi Keo, gadis biasa yang hidupnya selalu berpindah-pindah dan membuatnya menjadi seorang yang tertutup. Terpaksa menerima keadaan absurd yang menjadikannya 'pria' imut di SMA MORIM SCHOOL . Tinggal sekamar dengan cowok populer yang dingin tapi...