Bab 3

33.7K 1.7K 11
                                    

Aileen masuk kedalam rumahnya dengan langkah gontai. Dia benar-benar kelelahan karena seharian ini pekerjaan dikantor sangat banyak. Banyak berkas masalah yang harus ia kerjakan. Sebagai seorang pengacara yang tergolong masih muda, nama Aileen cukup dikenal sebagai pengacara handal, perempuan 32 tahun ini begitu banyak dipercaya untuk mengurus banyak permasalahan orang-orang yang membutuhkan jasanya. Kini atas prestasinya dalam menangani banyak kasus membuat banyak orang percaya akan kepiawaian Aileen dalam menyelesaikan sebuah kasus dalam persidangan.

Merasa malas untuk langsung masuk menuju kamarnya yang berada dilantai atas, Aileen memilih duduk disofa ruang tamu, dia membuka sepatu dan jas yang ia gunakan seharian ini. Saat melihat kearah jam yang menggantung didinding tepat dimatanya, Aileen cukup kaget ternyata ia hari ini bekerja lebih dari 12 jam. Pagi tadi ia berangkat jam 7 pagi dari rumah dan kini jam menunjukan pukul 9 malam, ia bekerja dari pukul 8 pagi-8 malam, ini rekor nya bekerja dengan sangat lama bahkan bukan hanya Aileen sendiri tapi juga dengan staff yang bekerja membantu perkerjaannya.

Langkah kaki pelan dari arah sebuah ruangan lain membuat Aileen mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berjalan menuju kearahnya.

"Baru pulang kerja sayang? Atau tadi sempat mampir ketempat lain?" Tanya perempuan cantik paruh baya yang tak lain ibu Aileen.

"Hari ini pekerjaan ku cukup banyak, tadi dari kantor aku langsung pulang" jawab Aileen sembari berdiri dari duduknya, hendak berjalan menuju kamarnya.

"Ai tentang Agnes...."

"Aku sudah bilang ma, Agnes akan tetap bersama ku. Bisakah mama tidak terus membahas tentang Agnes?" Ucap Aileen dengan nada marah sembari membalikan badannya menghadap mamanya kembali.

"Bukan begitu...maksud mama Agnes bisa kita percayakan pada Leo dan keluarganya, Leo ayahnya Ai. Dia berhak untuk merawat dan membesarkan Agnes" sanggah sang mama dengan suara pelan, takut jika anak sulungnya itu semakin marah dan salah paham.

"Tidak bisa. Agnes akan tetap tinggal dirumah ini dan aku akan membesarkannya. Tidak perlu memperpanjang masalah ini Ma, aku lelah...selamat malam" Aileen langsung berjalan meninggalkan ibunya yang berdiri sembari memandang kearahnya dengan tatapan sedih.

Aileen tak langsung masuk kedalam kamarnya, ia memilih untuk lebih dulu membuka pintu sebuah kamar yang didepannya ada gantungan dengan tulisan "Agnes room". Wajah polos gadis berumur 4 tahun itu begitu damai dalam tidurnya. Bahkan Agnes tak terganggu saat Aileen mengusap dahinya dan memberikan kecupan di ujung kepala gadis cantik itu. Aileen tersenyum lembut, ia begitu menyayangi Agnes, dan tak berniat membiarkan orang lain mengambil gadis cilik itu darinya.

*'*'*'*'*'*'*'*'*'*'*'*'*'*'*'*

Menunggu saat ibunya sudah benar-benar kembali masuk kedalam kamar dan memastikan semua orang dirumah itu tertidur, Aileen menuruni anak tangga itu lalu dengan langkah pelan berjalan keluar setelah membenarkan letak selimut Agnes tadi.

Tanpa mengganti baju yang ia kenakan sedari pagi Aileen kembali keluar rumah. Ia masuk kedalam mobil lalu menjalankan mobilnya kearah sebuah club yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya dulu. Ya dulu, saat teman-temannya belum menikah dan berkeluarga, saat ia dan teman-temannya sangat menikmati masa muda...sudah sangat lama Aileen tak pergi kesebuah club meski hanya untuk sekedar menghilangkan rasa jenuh.

Teman-temannya kini sudah tak seperti dirinya yang masih sendiri diusia 32 tahun. Tentu saja sudah banyak yang menikah bahkan memiliki anak yang umurnya lebih dari 5 tahun yang tentu saja tak bisa menemani Aileen sewaktu-waktu seperti sekarang ini.

Sesampainya di club yang ia tuju Aileen mengambil tempat duduk didepan bar, ia meminta minuman, orange jus, hanya jus. Club itu juga belum begitu ramai jadi belum terlalu berisik.

Hate U Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang