Bab 11

28.7K 1.5K 10
                                    

Mata pria itu menatap handphone yang menjadi korban kemarahannya. Layar handphone itu pecah berantakan, ia membantingnya cukup keras tadi, merasa kesal karena handphone itu seperti tudak ada gunanya selama seminggu ini. Gio pria itu tadi menghela nafasnya berat, dengan langkah berat pula ia menuju kursi lalu menduduk tubuhnya disana, kepalanya menyandar, matanya terpejam. Ini sudah hampir satu minggu, ya hampir satu minggu sejak kejadian dimana ia bercinta dengan Aileen, dan hampir satu minggu pula ia tak dapat menghubungi wanita itu setelah apa yang mereka lakukan. Pagi itu ia bangun dalam keadaan bahagia, ia pikir saat membuka matanya ia akan menemukan wajah lelap Aileen disampingnya namun nyatanya zonk...wanita itu sudah pergi lebih dulu dan tak meninggalkan pesan sama sekali. Gio pikir Aileen hanya pergi lebih dulu karena pekerjaan atau yang lain, tapi kenyataannya tidak. Wanita itu tak bisa ia hubungi sama sekali, handphonenya tak aktif, saat Gio mencoba mendatangi kantornya, bawahan Aileen mengatakan bahwa bos mereka tak datang kekantor beberapa hari ini, saat ia mendatangi rumah wanita itu hanya ibunya yang ia dapati dan ibunya hanya mengatakan bahwa Aileen pergi tugas ketempat lain. Gio merutuk dalam hati karena ia tak begitu mengenal orang-orang terdekat Aileen, ia tak tahu teman-teman Aileen, yang ia tahu hanya kantor dan rumah wanita itu. Ia pernah meminta Erwin menyelidikinya namun hasilnya sama saja, wanita itu seolah hilang ditelan bumi.

Gio memijit pelipisnya, ia sedikit stres dengan situasinya kini. Wanita yang ia cintai, yang berhasil ia bawa ketahap bercinta setelah sekian lama ia damba, yang sudah ia janjikan sebuah tanggung jawab dirinya untuk wanita itu, yang ia pikir wanita itu tidak hanya menyerahkan tubuhnya tapi juga hatinya pada seorang Giovani Kamajaya. Gio tak pernah merasakan perasaan seperti ini, begitu mendamba dan menginginkan seorang wanita, jatuh cinta hingga ia rela meninggalkan kehidupannya yang terbiasa bermain sex dengan teman-teman wanitanya. Tapi sekarang tidak lagi, bahkan teman-teman dekatnya hampir tak percaya dengan perubahan dirinya.

Tok tok tok

Sebuah ketukan dipintu ruangannya membuat ia membuka matanya.

"Masuk"ucapnya cepat, dapat ia lihat Erwin kini masuk keruangannya lalu berjalan menuju kearahnya.

"Ada apa?" Tanya Gio sembari menegakan tubuhnya.

"Saya mendapat informasi tentang teman dekat ibu Aileen"

"Benarkah?" Tanya Gio kegirangan.

"Sahabat satu-satunya ibu Aileen bernama Nanda, ia bekerja sebagai akuntan disalah satu perusahaan satu gedung dengan kantor ibu Aileen, dan saya sudah mendapatkan nomor telepon beliau"lapor Erwin kepada bosnya itu, ia mendapatkan info tentang ini setelah dari kemarin ia mencoba mendekati salah seorang pegawai Aileen yang akhirnya berhasil ia pancing menceritakan orang-orang yang dekat dengan Aileen. Gio merubah mimik mukanya menjadi lebih bahagia.

"Kau memang bisa selalu kuandalkan Erwin...berikan nomornya padaku, aku akan menghubunginya sendiri"

"Ini pak" Erwin memberikan satu kertas kecil yang merupakan kartu nama, tertera nama Nanda Agusta disana dan ada nomor telpon dibawah nama itu.

"Terima kasih Erwin" ucap Gio sambil tersenyum.

"Sama-sama pak, saya akan keluar, permisi" sekretaris sekaligus asistennya itu sudah keluar dari kantornya. Gio memang tak salah menjadikan Erwin sebagai orang kepercayaannya. Dulunya pria yang lebih tua darinya 3 tahun itu adalah karyawan biasa dibagian personalia, saat Gio pertama kali bekerja dikantor ayahnya itu juga dibagian yang sama dan setelah 2 tahun yang lalu ia menggantikan ayahnya sebagai Direktur muda ia meminta Erwin sebagai kepala sekretaris sekaligus asistennya, dan lihatlah, Erwin selalu dapat mengerjakan apa yang diminta Gio dengan sangat baik, bahkan diluar hal pekerjaan seperti sekarang.

Gio mengamati kartu nama itu, lalu mengambil handphone miliknya yang satu lagi, yang masih utuh, lalu mencoba menghubungi nomor yang tertera disitu.
.
.
.
"Sampai kapan kau akan bersembunyi disini? Memangnya kau ini pengangguran? Kau bahkan masih punya banyak kasus yang harus ditangani" celoteh Nanda siang ini yang memang pulang kantor lebih cepat, saat pulang ia mendapati Aileen kini malah bermain bersama anaknya, Jarren. Dan kini mereka berdua duduk di pantry dapur. Aileen memang sudah hampir seminggu ini menginap dirumahnya, dan ia sama sekali tak keberatan, kecuali dengan masalah yang dialami sahabatnya itu.

Hate U Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang