Setelah mengantarkan Aileen pulang, Gio juga langsung pulang kerumahnya. Sedari tadi dijalan hingga sekarang setelah ia membersihkan diri, Gio tak berhenti memikirkan kemungkinan esok saat Aileen memberikan keputusannya. Ini jauh lebih mendebarkan daripada saat menerima hasil kelulusan saat SMA, ini jauh lebih mendebarkan dari saat ia harus sidang tugas akhir, ini jauh lebih sulit daripada saat pertama kali dia diminta memimpin rapat pemegang saham perusahaan. Entah kenapa Gio menjadi sangat panik sekarang. Jika benar Aileen menolaknya maka bukan hanya sekedar patah hati yang dirasakan Gio, ia tidak hanya merasakan jatuh cinta pada Aileen, tapi wanita itu sudah sepenuhnya menguasai hati dan pikirannya.
Penat dengan semua pikiran-pikiran tak karuan didalam kepalanya, Gio memutuskan menghubungi seseorang, sahabatnya, yang sudah lama tak ia hubungi karena sepertinya sahabatnya itu juga disibukan dengan status barunya sebagai ayah. Setidaknya ia tak berada didalam rumah yang akan semakin membuatnya berfikir tak karuan.
"Halo" sapa duluan orang dari sebrang sana.
"Kelvin, kau ada waktu sekarang?" Tanya Gio ragu, Kelvin tak mungkin sekarang dengan mudahnya keluar malam.
"Ada apa? Terjadi sesuatu? Dimana kita akan bertemu?"
"Tidak, bukan apa-apa. Kafe biasanya jika kau bisa. Aku tak akan mengajakmu ke club, tenang saja" ucap Gio sambil terkekeh, Kelvin ikut tertawa di seberang telfon.
"Baiklah, aku akan langsung kesana sekarang, sampai bertemu disana"
"Ya baiklah"
Gio memutuskan line telfon itu, ia langsung mengambil kunci mobilnya dan keluar dari rumah menuju tempat yang sudah disepakati dengan Kelvin.
.
.
.
Gio lebih dulu sampai dikafe tempat biasa ia dan teman-temannya berkumpul. Tak menunggu lama, Kelvin datang dan langsung menghampirinya."Kau tak apa-apa keluar malam begini?Bagaimana dengan Floren dan anakmu?" Tanya Gio langsung karena merasa tak enak hati mengajak ayah baru ini keluar hampir tengah malam begini.
"Tidak masalah, lagipula Mama Floren menginap dirumah, jadi ada yang membantu Floren menjaga Abi" jelas Kelvin.
"Kau ada masalah? Tentang apa? Tentu bukan tentang perusahaan bukan?" Tebak Kelvin tanpa menunggu Gio berbicara, Gio terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Kau memang sahabatku, kau selalu tepat menebak. Aileen besok akan memberi keputusan padaku tentang hubungan kami"
"Benarkah? Bukankah itu bagus?"
"Aku masih belum bisa menebak apa ia akan berkata ya atau tidak. Ada kemungkinan aku ditolak" adu Gio, dia memang tak akan menjaga image jika sudah didepan sahabatnya ini.
"Kau berubah sungguh setelah bertemu Aileen, kuharap itu jadi poin plusmu dimatanya. Dengan begitu ia tak ragu untuk menerimamu"
"Entahlah, rasanya cukup berat. Kupikir besok akan menjadi hari terberat dalam hidupku" Gio menghela nafas berat.
"Apa kau sudah mengatakan tentang kau akan menikahinya?"
"Sudah, aku katakan akan menikahinya meski ia tidak mau sekalipun jika ia mengatakan ya. Kelvin...katakan padaku, apa menikah begitu membuatmu bahagia?" Kini Gio penasaran. Bukan dia ragu tentang menikah, hanya saja ia tak pernah berfikir tentang menikah. Ia tak tahu bagaimana kehidupan pernikahan itu.
"Tentu saja, aku mencintai istriku dan dia mencintaiku. Meski perasaan kami terlambat, tapi itu tidak masalah. Harusnya kau lebih siap untuk menikah, kau jelas sudah menetapkan hatimu bahwa kau mencintainya, dan jika Aileen mengatakan ya itu artinya dia juga mencintaimu. Kalian akan lebih mudah menjalaninya karena sudah tahu perasaan masing-masing" jelas Kelvin dengan mata berbinar, pria itu tengah mengalami masa-masa indah pernikahan jadi dia menggebu sekali mendesak Gio juga agar lekas menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate U Love U
RomanceAileen Lamora, perempuan cantik namun terlihat sangat kejam karena pekerjaannya sebagai Pengacara membuat image nya menakutkan. Berumur 32 tahun namun belum menikah. Sangat selektif atau bahkan terlalu selektif dalam mencari pasangan yang sempurna u...