chapter 5- ini kencan?

53.9K 3.8K 35
                                    

Sudah lebih dari setengah jam Agatha berdiri di depan gerbang sekolah. Setengah jam yg lalu bel pulang berbunyi. Agatha sedang menunggu Kara, Kara yg akan mengatarnya pulang.

Sebuah mobil sport berwana silver mendekati Agatha. Mobil sport itu berada di depan menghalangi pandangan Agatha. Pintu mobil itu terbuka, ternyata Xavier lah yang keluar.

"Belum pulang hm?" Tanya Xavier sambil menunduk ke arah Agatha, gadis itu tingginya hanya sebatas dada Xavier.

"I..iya," ntah kenapa setiap berduaan dengan Xavier, Agatha mendadak begitu gugup, gadis itu menunduk melihat ke arah sepatu converse nya.

Xavier tertawa geli melihat tinglah laku matenya yang menurutnya sangat lucu itu. "Jangan menunduk Atha, aku ingin melihat mata birumu yg sangat cantik itu."

"Atha?" Agatha menatap ke arah sepasang mata hazel Xavier. Semburat merah muncul dipipinya ketika Xavier memuji mata birunya itu, walaupun kecantikannya sering dipuji oleh rakyat duyung, entah kenapa ia lebih senang dipuji oleh Xavier.

"Biar kita lebih dekat"
"Kalau begitu Avi?"

Suara geraman muncul dari mulut Xavier. Agatha sedikit terkejut. Gadis itu tampak mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Nggak suka ya?" Tanya Agatha sambil mengerucutkan bibir pinknya.

Xavier menggeleng, "tidak, aku menyukainya" mata Xavier berubah menjadi kehitaman, suaranya juga berubah serak. "Pulang bersamaku aja," Xavier mendorong tubuh mungil Agatha untuk masuk ke dalam mobilnya. Agatha menurutinya.

Xavier's pov
Astaga! Dia benar-benar bisa membuatku gila. Tadi dia memanggilku Avi, bisa kurasakan Jac meloncat loncat gembira.

'Klaim dia sekarang, AVI' kata Jac melalui mindlink.
'Jangan gegabah'
'Kalau begitu cium dia untukku'
'Dia akan menggangapku brengsek'

Aku segera memutuskan mindlink ku dengan Jac. Jac berusaha mengambil alih tubuhku, aku berusaha untuk menahannya supaya tidak keluar.

Aku melihat Agatha mengepalkan kedua tangannya kuat kuat. Sepertinya itu kebiasaannya ketika sedang gugup. Aku berusaha mencairkan suasana.

"Rumahmu dimana?" Tanyaku. Sebenarnya aku sudah tau semua tentangnya, dari tempat tinggalnya, tanggal lahir. Tapi setidaknya untuk berbasa basi supaya mencairkan suasana.

"Di Jalan Kurtz no 12," sahutnya, suaranya terdengar merdu ditelingaku.

Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku. "Mau temani aku ke pantai hm? Ada tugas osis," aku meliriknya dengan penuh harap.

Yes! Dia menggangguk anggukan kepalanya. Dia penurut sekali. Dia tampak memiringkan kepalanya ke arah kaca. Ia tertidur. Astaga, dia benar-benar imut ketika tertidur, aku ingin segera menandainya!

End pov

Agatha terbangun dari tidurnya. Ia tidak sadar kalau sudah sampai tempat tujuan. Xavier ada diluar, ia tidak tega membangunkan Agatha.

Agatha melirik ke luar, "astaga sudah sampai," ia langsung loncat keluar.

Xavier yang melihat Agatha hanya terkekeh kecil. Ia sibuk memotret, ia memang suka hal yang berhubungan dengan fotografi.

"Sudah bangun?" Tanya Xavier.

"Kenapa nggak bangunin aku sih?" tanya balik Agatha, gadis itu mengerucutkan bibirnya. Xavier maju ke depan Agatha. Jari jarinya tampak membetulkan posisi bibir Agatha.

"Kau ingin dicium?Jangan mengerucutkan bibirmu itu," kata Xavier, matanya kembali menghitam, dan suranya berubah serak.

Tiba tiba ponsel Agatha berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Kara, pelayannya.

"Aku di pantai"
"......"
"Jangan cemaskan aku"
"......"
"Aman kok aman"
"......."
"Bersama teman"
"......."
"Gak akan ketahuan"

Klik, Agatha mematikan panggilan Kara. Agatha menghela nafas berat, ia sangat tidak suka dengan sifat over protective pelayannya itu. Ia menggangap Kara sebagai kakaknya sendiri.

Xavier sedari tadi hanya mendengarkan pembicaraan Agatha. Ia sebenernya tidak suka hanya diaanggap teman oleh Agatha, tentu saja ia harus dianggap lebih dari itu.

"Siapa?" Tanya Xavier sambil menolehkan kepalanya ke arah Agatha, dari suaranya ia terdengar kesal karena dianggap teman oleh Agatha.

"Maksudnya siapa?" Agatha balik bertanya, ia menatap Xavier bingung.

"Yang menelepon mu," Jawab Xavier sambil menatap lurus ke depan.

"Kara, dia sudah aku anggap sebagai kakak ku sendiri," jawab Agatha. Hening menyelimuti mereka. Agatha baru sadar ternyata ini sudah sore. Ia melihat ke arah pantai itu. Ia sangat merindukan rumahnya, Aquamarine.

Agatha menunduk sedih, ia sangat merindukan keluarganya. Xavier melihat Agatha yang menunduk itu, perlahan tangannya ia letakkan dia atas puncak kepala Agatha. Xavier mengelus kepala Agatha dengan lembut, ia takut menyakiti gadis itu.

Agatha melirik ke arah Xavier. Agatha memejamkan matanya. Ia merasa sangat nyaman dan sangat senang. Tiba-tiba Xavier berhenti.

"Kenapa berhenti?" Tanya Agatha. Ia merasa kehilangan ketika Xavier menjauhkan tangannya itu.

"Berhenti apa?" Tanya Xavier menggoda Agatha. Ia menaik-naikan kedua alisnya.

"Lu-lupakan," Agatha menolehkan kepalanya ke arah samping, pipinya memerah. Ia tidak mau Xavier melihatnya.

Xavier terkekeh kecil melihatnya. Ia dapat merasakan Jac, wolfnya tertawa senang.

Agatha dapat mendengar suara kekehan Xavier, ia mendengus kesal. Ia menatap ke arah pantai. Menatap matahari yang mulai tenggelam, sangat indah.

"Sunsetnya indah bukan? Sedikit orang yang tau tentang pantai ini," kata Xavier menjelaskan. "Makanya hanya kita yang ada disini."

Agatha terkesiap, ia segera memperhatikan sekelilingnya. Ternyata benar, hanya ada mereka berdua disini, ia baru sadar.

"Xavier?" Agatha memanggil Xavier. Ia tersenyum lembut menatap ke arah sunset.

"Apa Agatha?" Tanya Xavier, ia mengalihkan pandangannya ke arah Agatha.

"Avi?" Agatha kembali memanggil nama Xavier, nama panggilan dari Agatha untuk Xavier.

"Iya, Atha," ia merasa senang Agatha memanggilnya dengan nama panggilan 'khusus'

"Apa ini kencan?"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Chapter 5 selesai!
Butuh perjuangan banget buat mikir ginian jadi vote yg banyak
Minggu minggu berikutnya bakal slow update soalnya author mau uas bye bye



My Mate Is Mermaid (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang