chapter 10- first kiss

49.6K 3.4K 116
                                    

Sejak dua jam yang lalu Agatha mondar-mandir di ruang tamu rumahnya. Gadis itu menunggu kedatangan teman-teman barunya. Cetta yang melihat kakaknya mondar-mandir itu merasa risih.

"Apa kau tidak bisa duduk tenang menunggu teman-temanmu itu?" tanya Cetta. Ia sedang duduk bersantai sambil mengotak-ngatik handphonenya.

Agatha melirik adiknya sekilas, "mereka lama sekali."

"Yang kau tunggu mereka atau 'dia'?" tanya Cetta sambil memiringkan kepalanya.

"Dia?"

"Laki-laki idiot yang namanya Xavier itu."

Blush.
Pipi Agatha bersemu merah.

"Di-dia ti-tidak i-idiot," kata Agatha terbata-bata.

"Apa kau tidak merasakan sesuatu yang aneh dengan dia?" tanya Cetta.

"Maksudmu?"

Ting Tong..
Bel rumah Agatha berbunyi. Cetta membukakan pintu. Di depan pintu ada Xavier, Jacob, Jesse, Vivian, dan juga Layla.

Cetta dan Xavier kembali saling bertatap-tatapan, aura hitam mulai menguar dari dalam tubuh mereka. Jacob, Jesse, Vivian, dan Layla mulai berjalan mundur. Agatha berjalan ke depan menuju Cetta dan Xavier, gadis itu menarik kerah baju Xavier dan Cetta kemudian menyeretnya dengan sadis.

"Kalau kalian saling bertatap-tatapan seperti itu lagi kutendang kalian keluar dari rumah ini!" bentak Agatha yang masih asyik menyeret Xavier dan Cetta.

Agatha menghempaskan Cetta dan Xavier ke sofa ruang tamunya. Jacob, Jesse, Vivian dan Layla menatap Agatha dengan kagum. Jacob berpikir bahwa tidak sia-sia ia  mengikuti alphanya ini, karena disini Jacob bisa melihat sisi bodoh dari Xavier.

Agatha pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman, Jesse, Vivian dan Layla ikut membantunya. Sedangkan Jacob duduk di tengah-tengah Cetta dan Xavier untuk mengantisipasi terjadinya perang dunia. Cetta dan Xavier duduk saling membelakangi, Jacob menjadi penengah mereka. Hawa di ruang tamu itu menjadi sangat dingin, Jacob menelan ludahnya gugup. Sudah 30 menit lamanya para gadis di dapur, bagi Jacob rasanya seperti tiga puluh tahun disini.

"Maaf membuat kalian menunggu lama," kata Agatha, dibelakangnya ada Jesse, Vivian dan Layla. Jacob menghembuskan nafasnya lega.

Jesse, Vivian dan Layla duduk bersama di satu sofa. Sedangkan Agatha duduk di sebuah sofa yang cukup untuk dua orang sendirian. Xavier yang melihat Agatha duduk sendiri langsung mengambil kesempatan untuk duduk berduaan dengannya.

"Hei! Idiot! Siapa yang suruh kau pindah kesana hah?!" bentak Cetta kesal.

"Cebol unyu, Agatha saja tidak keberatan aku duduk disampingnya," jawab Xavier sambil mengejek Cetta.

"Kau tamu disini. Jangan seenaknya, idiot," balas Cetta tak mau kalah.

"Kalau begitu perlakukan aku dengan sopan, 'cebol'. "

Cetta diam seribu kata, ia kehabisan kata-kata untuk membalas Xavier. Xavier yang melihatnya tersenyum penuh kemenangan, sedangkan yang lainnya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku mereka yang seperti anak kecil itu.

"Mmmm.. Agatha, dimana kakakmu?" tanya Jesse setelah perdebatan antara Xavier dan Cetta.

"Kakak?" tanya Cetta bingung.

"Oh, Kara sedang pergi," jawab Agatha, 'pergi menemui matenya' lanjutnya dalam hati.

Jesse mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Oh, ya. Kalian jadi menginap, kan?" tanya Agatha sambil memiringkan kepalanya.

"E-eh? Kayaknya nggak deh," jawab Vivian sambil menundukan kepalanya, entah kenapa pipinya sedikit memerah.

My Mate Is Mermaid (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang