Chapter 7: He changes her mind

260 23 0
                                    

Author's pov

"Sudah sore. Sebaiknya kita cepat kembali keistana. Mereka akan khawatir padamu" emma menganggukan kepalanya atas perkataan harry. Matahari sudah mulai terbenam, sudah cukup kelewatan untuk kabur dari istana.

Dengan puas emma mengangkat keranjang rotan kecilnya yang sudah terisi penuh dengan strawberry.

Setelah berpamitan dengan sang pemilik kebun, mereka bergegas naik dan berjalan pulang.

Jalanan didesa sudah sangat sepi berbanding terbalik dengan saat mereka datang. Semua pintu runah sudah tertutup rapat. Hanya beberapa pria yang ada diluar rumah untuk sekedar berkumpul dan berbincang-bincang.

"Emma, ini bulan purnama. Apa kau tak takut?" Bisik harry sambil berjalan disamping emma.

"Kenapa harus takut? Tak ada yang salah dengan bulan purnama." Jawab emma polos dan terus berjalan tanpa memperdulikan apapun.

"Benarkah kau tak tahu mitos itu?" Bisik harry dengan nada menakuti.

"Mitos apa? Jangan menakutiku!"ucap emma dengan suara sedikit bergetar.

"Tentang harsh. Disaat bulan purnama, mereka akan berubah menjadi penghisap darah, terutama darah wanita muda."

"Jangan aneh-aneh. Kau tak akan mempengaruhiku."

"Mereka akan mencabut kepala dari tubuhnya dan menggantungkannya digerbang rumah mereka" harry semakin menjadi-jadi.

"Hey. Kau membicarakan dirimu sendiri. Bukankah waktu itu kau yang menggantung kepala mereka digerbang desa mereka" ledek emma membuat harry langsung bungkam.

"Kau kalah telak,, harry" ejek emma lagi diikuti dengan tawa garingnya.

"Baiklah. Tapi itu karena aku marah saat ada yang menyakitimu" sanggah harry dengan wajah kekalahannya.

"Hey. Kau berlebihan!" jawab emma dengan malas.

"Itu karena aku mencintaimu emma" jawab harry dengan tegas membuat emma langsung diam. Pipinya memerah mendengar ucapan jujur harry. Seharusnya ia tak mengatakan hal itu secepat ini. Tapi Emma tak tahu alasan pipinya memerah. Yang jelas tak ada secuilpun perasaan dia berikan untuk harry.

Tiba-tiba terdengar suara beberapa orang yang sedang berlari dari arah entah dimana. Emma membulatkan matanya. Ia teringat dengan cerita harry barusan tentang harsh.

"Harr...kau dengar itu?" Tanya emma dengan suara gemetar. Dengan rasa takut yang sudah memuncak hingga ke ubun-ubun, ia menoleh kebelakang, kearah harry.

Betapa terkejutnya ia saat melihat harry yang sudah membelakanginya dengan beberapa pria berbaju serba hitam didepannya. Ia mendorong emma dengan tangan kirinya untuk berada tepat dibelakang tubuhnya.

"Harry....apa mereka kaum harsh yang kau ceritakan itu?" Tanya emma ketakutan.

"Kau benar-benar percaya dengan cerita bodohku itu?" Pekik harry. Pandangannya masih tajam pada para pria misterius itu.

"Lalu siapa mereka?"

"Mereka perampok ,emma! Kenapa kau jadi lambat seperti ini?" Keluh harry.

"Bersiaplah. Kita akan berperang" bisik harry sambil meraih pedang yang berada dipinggang kirinya secara perlahan.

Dengan gerakan cepat ia menghuluskan pedangnya seolah memberi ancaman pada para perampok itu. Mereka kalah jumlah. Dua lawan enam. Tiga kali lebih banyak, tiga kali lipat lebih kuat.

"Satu, dua,,,,,ti!!" Dengan gerakan cepat harry mengibaskan pedangnya pada empat pria bersenjata didepannya. Sedangkan emma dengan sekali gerakan cepat ia menarik belati dikakinya dan menusukkannya tepat dipergelangan tangan dari seorang yang menyerangnya. Tak terima temannya terluka, perampok lain mengibaskan pedangnya tepat pada leher emma. Namun jangan katakan itu emma jika ia lemah. Sekali gerakan kilat, emma memutar tubuhnya merunduk kebawah sehingga mata pedang itu tak mampu menyentuh emma sedikitpun. Dengan gesit ia menggoreskan belati barunya diperut pria itu. Goresan yang cukup dalam membuat pria itu tumbang sambil kesakitan memegangi perut yang sudah berlumuran darah. Pria lain berlari menuju emma dan mengayunkan pedangnya pada emma. Emma sempat menghindar namun ia kurang sigap, lengan kirinya sedikit tergores dan mengucurkan darah segar. Tak terima dengan luka itu, emma menuju kebelakang si penyerang dan melempar belatinya hingga menancap sempurna dipunggung pria itu. Namun sepertinya pria itu tak cukup lemah untuk tumbang seperti temannya yang sebelumnya. Dengan cepat pria itu mencabut belati emma dan melemparnya kesamping. Emma membulatkan matanya, sekarang ia benar-benar tidak bersenjata. Ia berguling dengan cepat untuk meraih belatinya kembali. Pria itu memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang emma. Saat emma sudah berhasil berdiri kakinya merasakan nyeri yang amat menyakitkan. Pria itu berhasil menggores kaki kanan emma dengan satu kibasan membuat emma langsung tumbang. Pria itu mengangkat pedangnya tinggi bersiap menebas emma. Emma justru menyeringai dengan gerakan bodoh pria itu. Dalam sekejap pria itu akan tewas ditangan emma saat emma melempar belatinya didada pria itu. Posisi yang sangat menguntungkan. Saat si pria itu mempersiapkan posenya untuk menghabisi emma, diam diam ia menekuk pergelangan tangannya dan bersiap melayangkan belati cantiknya.

THE LAND OF FAIRY TALES (HARRY & ZAYN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang