Chapter16:uncovered

172 13 0
                                    

Suara decitan pintu yang serak membuat harry terbangun dari tidur singkatnya. Diarahkannya pandangan ke pintu kamar yang menampakkan sesosok perempuan berdiri ditengah sana. Tak terlihat jelas wajahnya karena perempuan itu membelakangi sumber cahaya yang ada diluar.

"Harry" panggilnya. Dan kali ini harry benar-benar mengenal suara itu.

"Mau apa kau kesini?" ucapnya sedingin salju. Sebenarnya ia tak ingin seperti ini, tapi mengingat kejadian beberapa waktu lalu membuat hatinya sesak.

Bukan saat dimana emma meninggalkannya. Tapi dimana harry dan saudara-saudaranya panik mencari gadis itu emma justru sedang bersamaan dengan zayn. Harry yang tadinya berniat meminta maaf jadi enggan sendiri. Sejak awal ia sudah menduga bahwa zayn menyukai tunangannya itu.

Emma berjalan pelan kedalam ruangan gelap itu. Membawa sebuah mangkuk berisi tumbukan tanaman berwarna hijau. "Aku dengar kau terluka. Jadi aku membawakan obat untukmu." Ucapnya pelan.

Mendengar nada bicara emma yang begitu lemah membuat harry tak tega. Yang bisa dilakukannya hanyalah memalingkan pandangannya untuk tidak bertemu dengan mata coklat emma.

"Aku tidak membutuhkannya. Kau bisa pergi." Gadis itu yang baru saja meletakkan bokongnya di pinggiran tempat tidur harry merasa seolah diusir begitu saja.

Emma terdiam sesaat. Bisa diduganya bahwa respon inilah yang akan ia terima, namun bukan itu yang emma mau. "Lukamu bisa cepat sembuh bila diobati."

"Kubilang keluar, emma. sebelum aku membentakmu." Ucap harry dalam.

"Silakan! Bentak saja aku. Aku terima." Jawab emma tegar. Harry mengepalkan tangannya hingga buku-buku tangannya tampak memutih. Ditahannya amarah dengan memejamkan mata.

"Aku cuma ingin kau memaafkanku. Dan kita bisa berteman lagi." ucap emma lirih.

"Jika kau mau aku memaafkanmu maka kau sudah mendapatkannya tanpa harus kau minta. Tapi untuk berteman denganmu.." harry menggelengkan kepalanya membuat emma memasang wajah penuh sesal dan kecewa.

Emma berdiri dan masih menatap harry sesaat. Dadanya benar-benar sesak. Air matanya hampir jatuh, namun dengan sekuat mungkin ditahannya. Ia tak mau harry melihatnya menangis disini, itu benar-benar lemah. Harry masih mengalihkan pandangannya.

"Aku terima jika kau masih marah padaku. Aku memang pantas dibenci, semua salahku." Ucap emma lirih. Jantung harry serasa diiris dengan kalimat itu. Bagaimana bisa ia menghakimi seorang gadis hanya karena gadis itu jatuh cinta. Tapi harry belum bisa menerima kenyataan, dimemorinya masih lekat semua kenangan dengan emma. Saat pertemuan pertama mereka, masa kecil berdua, saat pesta pertunangan, semua kenangan indah itu bagaimana emma bisa secepat itu berpindah ke hati orang lain. Jika saja dia tidak berangkat untuk manangani pertempuran kecil itu, maka emma takkan seperti ini, batinnya.

"Kau membenciku, ya aku tak apa-apa. Tapi kumohon, jangan benci dirimu. Kau harus menjaga dirimu. Pakailah obat ini. Kau harus tetap sehat untuk kerajaan. Orang-orang disana membutuhkanmu." Setelahnya emma berbalik dan meninggalkan ruangan itu. meninggalkan harry dan rasa sakit dihatinya.

Air mata yang sedari tadi ditahan emmapun akhirnya terjatuh. Bersamaan dengan sebuah suara hantaman yang cukup keras dari ruangan harry tadi. Cepat-cepat gadis itu berjalan menuju ke kamarnya. Menangis sepuasnya disana tanpa ada yang mendengar maupun melihat.

Ia merasa dirinya adalah wanita paling jahat saat ini. Bagaimana tidak? Melihat laki-laki itu begitu membencinya sekarang, pasti ini benar-benar menyakitkan. "Aku penipu. Aku tak pantas dimaafkan. Aku penghancur hati orang. aku tak pantas dimaafkan." Pundaknya naik turun mengiringi isakan yang mulai membuatnya sesenggukan. Pandangan meremang.

THE LAND OF FAIRY TALES (HARRY & ZAYN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang