"Ini salahku.... Bagaimana kalau tambah parah??" rengek emma saat tabib sedang mengobati luka harry. Pria itu terus menerus mendengus malas namun terkadang justru tertawa karena emma yang malah cengeng dalam keadaan begini.
Laki-laki tua berseragam tabib mengemasi peralatannya dan berbalik pada emma.
"Anda bisa berhenti bersedih, Yang Mulia. Luka pangeran tidak tambah parah. Mungkin akan membaik beberapa hari lagi." jelasnya. "Kau yakin?" tanya Emma dengan wajah serius. Harry lagi-lagi mendengus. "Sudahlah, emma. Dia bilang tidak apa-apa, berarti memang baik-baik saja." tabib itu pamit dan meninggalkan kamar harry.
Lagi-lagi emma menatap harry dan menangis kembali. Sampai harry mengerutkan kening dibuatnya. "Emm, yang sakit itu aku. Kenapa malah kau yang menangis?." Keluhnya dengan nada melembut. Emma masih sesenggukan seperti anak kecil yang direbut mainannya.
"Aku tidak suka kau terlihat lemah. Seharusnya tadi kau yang menang."
Harry terkekeh lalu mengacak rambut emma dengan gemas. "Kalau kau menangisiku seperti ini terus, justru aku terlihat semakin lemah."
Emma segera mengusap air matanya dengan kasar. Sampai bersih, tak ada setetes air matapun di matanya. "Good." Puji harry sambil tersenyum penuh arti.
Sekarang dapat dipastikan, harry percaya kalau yang dikatakan emma malam itu benar. Emma menyukai harry. Tapi harry tak bisa melakukan apa-apa. Bukan hanya dia pemilik hati itu, zayn masih setia bertahta disana.
Emma bangkit dari duduknya dan berjalan cepat keluar kamar, harry sempat mengernyit dengan kelakuan aneh emma. Namun pertanyaannya segera terjawab saat gadis itu kembali dengan sebuah nampan di tangannya. Ia duduk kembali di pinggiran kasur harry dan meletakkan nampan itu disana.
Harry menautkan alisnya dan menatap emma bertanya. "Kau harus makan." Ucap emma memerintah.
"Aku belum lapar." Jawab harry santai. Emma mengerucutkan bibirnya. "Aku tahu kau tadi tidak ikut sarapan, kan? Ayo makan!" emma menyodorkan sesendok nasi ke mulut harry. Harry meraih sendok itu namun dicegah emma.
"Biar! Aku bisa sendiri." ucapnya kesal.
"Kau sedang sakit. Tidak bisa makan sendiri." jawab emma.
"Yang sakit itu perut, bukan tangan. Kau berlebihan. Berikan!"
"Tidak mau! kalau mau makan sendiri...aku akan menangis. Lebih kencang." Ancamnya. Bagaimanapun ia harus menebus kesalahannya pada harry dengan merawat pria itu sampai sembuh.
Harry mendengus kesal lalu melahap satu suapan itu dengan terpaksa. Emma terkikik 'akhirnya pria itu menurut juga', batinnya.
Harry akhirnya makan dan terus makan karena saat harry menolak maka emma akan selalu memasang mata melototnya.
"Harry" panggil emma.
"Uhm?"
"Makananini kuberi racun." emma jahil.
Harry terus makan tanpa memperdulikan emma membuat gadis itu bingung. "Kenapa biasa saja? Kubilang makanannya beracun." Ulang emma.
Harry memutar bola matanya jengah. "Emma, kalau kau melihatku begini saja tidak tega bagaimana bisa kau tega memberi racun. Lucu sekali." Emma tertawa harry ikut terkekeh.
"emma!" giliran harry memanggil emma.
"Iya?"
"Apa kau dan zayn.... Apa kalian pacaran?"
"....."
Emma mengingat kembali.
"Aku pernah bilang kalau aku menyukainya, dan zayn juga pernah bilang. Apa itu artinya kami sudah resmi pacaran?" tanya emma. Maklum, sejak lahir mana pernah dia pacaran?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAND OF FAIRY TALES (HARRY & ZAYN)
FanficHanya hidup, bertahan hidup dengan normal. Asalkan bisa bernapas, berjalan, dan merasakan indera, aku sudah puas. Namun semua berubah saat dunia aneh ini menarikku. Dan mempertemukanku dengannya. Nafasku tak lagi berguna, hanya dia....nafasku untukn...