"Aku...aku emma..." bibir emma terasa sangat kaku hingga dua kata itu saja harus dengan susah payah diucapkannya.
"Teruslah berbohong." sanggah harry dengan mudahnya, dingin dan menusuk. Matanya dengan tajam memojokkan posisi emma.
"Sumpah. Akulah emma yang asli. Emma yang dulu kau kenal bukan emma, tapi seorang utusan yang diminta ibuku untuk menyamar menjadi aku. Ada sebuah alasan besar agar aku tidak dibawa ke queensland untuk sementara. Alasan ini sangat besar hingga berkaitan langsung dengan kelangsungan kerajaan. Makanya aku harus menutupnya rapat-rapat." jelas emma. Ia sangat ingin harry bisa mempercayainya.
"Utusan itu adalah keluarganya niall. Jadi kau bisa tanyakan segalanya pada niall jika kau tidak percaya." Harry terdiam. Entah siapa yang salah, ia tidak merasa senang.
"Berarti selama ini kau menipuku." Ucapnya singkat. Emma terdiam. Memang itulah alasan selama ini yang membuatnya selalu merasa bersalah pada harry.
Harry-pun juga tediam. Jika dulu ia mencintai emma karena perjodohan, maka ia lebih mencintai emma yang baru. Entahlah, semua hal yang ada dalam diri emma yang baru membuatnya tertarik lebih dalam. Namun sekarang kenyataan mengatakan bahwa mereka dua orang yang berbeda, dan orang didepannya ini tidaklah lebih dari seorang penipu yang terus bersandiwara dengan wajah tanpa dosa.
Tatapan tajam itu mulai melemah saat setetes air mata terjatuh begitu saja dari mata bening emma. Namun gadis itu tetap berusaha tersenyum semanis mungkin walau akhirnya yang muncul malah sebuah senyum masam.
"Dan itu alasan kenapa aku selalu merasa bersalah padamu. Baiklah, anggap saja aku ini penjahat, penipu. Aku ikhlas. Kau membenciku juga aku iklas. Tapi harus kau tahu! Alasan aku tetap bertahan ditempat ini dengan sejuta rasa bersalah pada banyak orang, telah meninggalkan kalian di dalam perang berkepanjangan ini, dan muncul kembali dengan menciptakan diriku sebagai seorang penipu, juga beradaptasi dengan lingkungan sulit ini, semua itu karena aku ingin mengabdi demi rakyatku. Demi keamanan tahta kerajaan. Jadi aku rela jika kau membenciku."
"Benci aku semaumu, maki aku, bentak aku. Bahkan jika kau mau kau boleh memukulku. Tapi jangan katakan hal ini pada orang lain, jangan tanyakan apa-apa, kumohon. Aku punya tanggung jawab besar. Padahal aku baru saja menginjakkan kakiku ke negeri ini, kau tau? rasanya jantungku mau copot membayangkan hal itu saat pertama kali. Jika kau berpikir aku lari dari tempat penuh perang dan berhidup enak ditempat lain, kau salah besar. Aku hidup di tempat lain sebagai budak, pesuruh. Aku disana adalah rakyat jelata. Aku senang, saat beberapa lama tinggal di istana ada seseorang pemuda yang datang dan bilang sudah mengenalku sejak kecil. Jadi aku merasa punya sahabat disini, yang membuatku tambah betah dan ikhlas menjalankan tugas. Tapi nyatanya aku juga kehilangan cintanya disaat dia tahu yang sebenarnya."
Harry hanya terdiam menatap emma berkata demikian, itu perkataan terpanjang penuh emosi, hingga nafasnya memburu. Sudah tak terhitung tetes air mata yang meluncur di pipinya. Hingga akhirnya emma menundukkan kepalanya dan menikmati tiap detik dalam tangisannya. Suara sesenggukan diiringi dengan pundak yang naik-turun. Tangan harry ingin meraih emma dan mendekapnya dalam pelukan, namun sangat sulit.
Emma berbalik. "Harry, aku ingin kau tau. Jika ada alasan terbesar aku tahan dengan semua ini, itu adalah ibuku....dan kau." Detik kemudian emma berjalan keluar kamarnya dan berjalan cepat entah kemana.
Harry terhenyap. Kalimat terakhir itu sukses mengubah semua cara pandangnya pada emma.
**
Emma's POV
Berakhir. Akhirnya beban yang selama ini kutahan untuk terus bersandiwara didepannya berakhir. Benar-benar berakhir bersamaan dengan berakhirnya hubungan kami. Lega? Sama sekali tidak. Bukan ini yang kuinginkan untuk akhir ceritaku. Aku ingin akhir bahagia. Tapi apa? kenapa tidak ada seorangpun yang bisa mengerti keadaanku? Haruskah aku kembali pada zayn? yang bahkan dia sendiri sama denganku. Pembohong, itulah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAND OF FAIRY TALES (HARRY & ZAYN)
FanficHanya hidup, bertahan hidup dengan normal. Asalkan bisa bernapas, berjalan, dan merasakan indera, aku sudah puas. Namun semua berubah saat dunia aneh ini menarikku. Dan mempertemukanku dengannya. Nafasku tak lagi berguna, hanya dia....nafasku untukn...