Emma menyingkap tirai kamarnya membuat cahaya mentari pagi menerobos kamar memberikan sapaan hangat padanya. Sudah seminggu sejak perginya harry. Emma merasa sangat rindu pada harry. Padahal tak ada alasan baginya untuk merasakan hal semacam itu
"Aku sangat merindukannya" gumamnya memandang keluar istana. Degupan kencang dijantungnya kembali mengganggu. Ia mengangkat pergelangan tangannya melihat gelang perak pemberian harry.
"Oh iya! Zayn pasti sudah menungguku."
Hari ini adalah hari yang lumayan penting bagi emma. Kencan pertamanya dengan seorang lelaki. Memang tidak bisa disebut kencan. Zayn mengajak emma untuk menghadiri pesta pernikahan maggie, sahabat zayn sekaligus puteri kerajaan kecil diseberang sungai clarien.
Emma menuju meja riasnya dan memakai beberapa perhiasan juga riasan. Semenjak seminggu ini emma berusaha untuk menjadi feminim, entah untuk menarik perhatian zayn atau menarik hati ibunya.
Emma memasangkan hiasan kepalanya. Hiasan melingkari kepala yang serupa tumbuhan menjalar yang dibentuk melingkar. Ada daun dan juga bunganya. Gaun biru laut yang beberapa hari lalu ia pesan membalut tubuhnya dengan sempurna. Sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih bersih.
Setelah merasa puas dengan penampilannya Emma-pun keluar dari kamarnya dan menuju taman istana, zayn berjanji akan menunggunya disana.
"Zayn, aku sudah siap" ucap emma sambil menyincing gaun yang ujungnya hampir menyapu tanah.
"Emma. Kau benar-benar cantik"pujk zayn sambil menyapu lembut rambut emma dengan tangannya. Pipi itu tak lagi bisa ditahan untuk tidak merona. Bagai ratusan kupu-kupu beterbangan diperutnya emma merasa sangat tersipu.
"Jadi kapan kita akan berangkat?" Tanya emma.
"Maafkan aku, emm. Tapi pernikahan mereka dibatalkan. Kerajaan mereka diserang dan aku harus segera kesana" ucap zayn menyesal. Wajah emma berubah menjadi kecewa.
"Tak apa zayn. Pergilah. Mereka membutuhkan bantuanmu. Aku tak masalah dengan itu, jadi jangan khawatirkan aku." Ucap emma dengan senyum yang sedikit dibuat-buat.
"Maafkan aku emma." Zayn lagi-lagi mengusap kepala emma. Emma hanya mengangguk dan tersenyum.
"Pergilah" ucapnya lirih.
Setelahnya, zayn berbalik dan meninggalkan emma yang masih tersenyum padanya.
***
"Ada apa emma?" Tanya thressa saat emma memasuki ruangannya dengan wajah tak menyenangkan."Bukan apa-apa, ibu."ucapnya lemas
"Apa kau meninginkan sesuatu?" Tanya thressa.
"Bolehkan aku ketempat harry?" Emma bertanya tetapi sebenarnya sekarang ia sedang memohon.
"Tidak."jawab ibunya singkat dan dalam.
"Baiklah bu" ucap emma lemas dan meninggalkan ruangan ibunya.
"Emma. Bukankah kau akan pergi dengan zayn. Apa tidak jadi?" Tanya thressa sebelum emma benar-benar keluar dari ruangannya.
"Tempatnya diserang musuh. Pernikahan dibatalkan. Zayn pergi membantu" ucap emma malas lalu meneruskan langkahnya.
"Dasar anak itu. Biar kutebak. Sebentar lagi pasti pelayan yang berjaga dikamarnya akan melaporkan kehilangan tuannya" gumam thressa sambil sedikit terkekeh melihat punggung anaknya yang semakin menjauh.
"Tapi kenapa zayn berbohong?"
***
Emma' s povGyahaahaaa.
Ibu tidak mengijinkanku keluar, berarti aku akan membangkang lagi. Tambahlah satu point nakalku. Bila sesuatu yang menjadi hakku tak bisa diminta baik-baik maka aku akan mencurinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAND OF FAIRY TALES (HARRY & ZAYN)
FanfictionHanya hidup, bertahan hidup dengan normal. Asalkan bisa bernapas, berjalan, dan merasakan indera, aku sudah puas. Namun semua berubah saat dunia aneh ini menarikku. Dan mempertemukanku dengannya. Nafasku tak lagi berguna, hanya dia....nafasku untukn...