"Jangan petik yang itu! Terlihat masih masam.." emma sedikit berteriak. Zayn tidak memperdulikan perempuan itu dan tetap memetik jeruk yang terlihat hijau.
Sambil mengembangkan senyum terbaiknya. Zayn berjalan kearah emma beserta sekeranjang buah jeruk yang barusan dipetiknya. Laki-laki itu lantas duduk didepan emma, beralaskan rumput hijau yang kering. Cuaca hari ini memang cukup kering walau tetap tampak sedikit gelap, karena memang seperti itulah wilayah ini.
Emma sering menyelipkan rambutnya ke belakang telinga karena udara cukup kencang. "Aku tidak akan makan yang hijau."cibirnya. Zayn terkekeh mendengar omelan emma.
"Aku tidak menyuruhmu memakannya." Jawabnya santai. Mereka mengambil masing-masing satu jeruk untuk dimakan. Sama seperti yang dikatakan, emma mengambil jeruk yang cerah sedangkan zayn yang sedikit kehijauan. "Darimana kau dapat jus apel dan roti isi strawberry ini?" tanya emma melihat bungkusan yang tadi dibawa zayn.
"Dari dapur istana." Emma mengerutkan keningnya. "Yakin ini tidak beracun?" zayn terkekeh. Securiga itukah emma terhadap harsh?
"Jangan berprasangka terlalu buruk, emm. Tidak semua harsh itu jahat dan bengis seperti kata orang. Sebagian dari kami punya hati yang lembut, walau memang susah dipungkiri sisi buruk biasanya lebih dominan."
"Kecuali campuran sepertimu?" potong emma. zayn tersenyum mengiyakan.
Bisa dikatakan ini piknik bagi mereka. Sesudah perayaan kecil-kecilan milik keluarga Lucinda, mereka memutuskan untuk bersantai berdua di kebun belakang, tempat dimana mereka bertemu kemarin.
"Besok kau pulang." Emma menoleh seketika. Mendapati zayn dengan tatapan kosong kearah depan. Senyumnya mendadak memudar. "Baguslah. Kuyakin kau juga sudah kangen sekali dengan harry." gelakan palsu keluar dari mulut zayn membuat emma makin teriris.
"Jangan rusak acara kita, zayn. Kenapa memikirkan besok? Nikmati hari terakhir yang berharga ini." ujar emma sambil meletakkan jeruknya yang belum habis.
Zayn menatap gadis itu dalam. "Zayn, bukan kau satu-satunya yang akan meninggalkan negeri ini. aku juga." zayn mengernyit mendengar ucapan emma.
"Apa maksudmu?"
Giliran emma yang tersenyum. "Kau tahu dengan pasti siapa aku. Seharusnya kau juga tahu bahwa aku akan kembali ke tempat itu jika aku mati di sini. Rasa takut itu perlahan juga merasuki pikiranku, tiap hari, bahkan tiap malam ia mengganggu mimpiku."
"Harry? ya, aku mencintainya. Tapi cintanya hanya sebatas waktu ini, sangat singkat. Tidak bisa kumiliki. Dan kuharap saat aku pergi, dia bisa menemukan pengganti yang lebih baik dariku. Jika aku memang mati disini."
Zayn tergelak. "Yang lebih baik darimu, huh?"
Emma memandangi gelang perak di pergelangan tangannya. Teringat orang yang sedang mereka bicarakan.
"Apa kau tahu sesuatu yang berhubungan dengan harry. Kurasa sesuatu tentangnya berhubungan dengan harsh." Ujar emma.
"Dia dan harsh, huh? Musuh maksudmu?." Jawab zayn santai. "Ayolah emma. Yang kutahu tentangnya hanyalah dia itu rival tersembunyiku, dia pangeran--maksudku raja yang sombong, dan satu hal lainnya adalah harry itu lawan terbesar harsh." Tegas zayn.
Emma menghela nafas kasar. "Baiklah. Kurasa menanyaimu tak akan ada gunanya." Gumamnya.
"Memang ada apa?"
Emma menggeleng tak yakin. "Semalam Lucinda membuka ingatannya padaku. Dan disana ada seorang wanita hamil yang sedang berbicara masalah harsh dengan ayahnya harry. Dan mereka juga membawa nama harry disana." Zayn menyipitkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAND OF FAIRY TALES (HARRY & ZAYN)
FanfictionHanya hidup, bertahan hidup dengan normal. Asalkan bisa bernapas, berjalan, dan merasakan indera, aku sudah puas. Namun semua berubah saat dunia aneh ini menarikku. Dan mempertemukanku dengannya. Nafasku tak lagi berguna, hanya dia....nafasku untukn...