lima

18.1K 1.2K 25
                                    

Masih menantikan voment dari kalian.  Selamat membaca....thank kiss, Tiwi.

Musik live terdengar samar-samar dari kursi VIP The Sayers Club, hiruk pikuk tepuk tangan dan teriakan riang terdengar di seluruh penjuru club. Setelah beberapa tahun, akhirnya Fay bisa kembali menikmati kehidupan malamnya di tempat itu. Tempat yang biasa dihabiskannya bersama pria yang amat dicintainya. Duduk di salah satu tempat duduk bar, sembari menunggu kekasihnya menyelesaikan pekerjaan malamnya. Jauh di dalam hatinya, ia berharap masih memiliki kesempatan untuk bertemu lagi dengan sosok itu.

"Kau seharusnya tidak memikirkan orang lain, ketika kau sudah berstatus milik orang lain." Suara Katrin, sepupunya, yang sudah duduk tepat di depannya. Di susul Alan dengan wajahnya yang sedikit kesal. Katrin tahu apa yang dipikirkan Fay saat ini.

"Kenapa dengan wajahmu Alan?" tanya Fay tidak suka.

Alan mendesah pelan. "Apa kau tidak capek? Acara pernikahanmu baru saja selesai 3 jam yang lalu dan sekarang kau sudah duduk di sini, bersama botol-botol alkohol. Seharusnya kau sekarang menemani suamimu," kesal Alan.

Fay berdecak sinis. "Pernikahan? Kind of funny joke. Itu hanya sebuah status di atas kertas. Selebihnya pria itu tidak akan membatasi hidupku," katanya sambil menenguk gelas wine-nya lagi.

Katrin menatap sepupunya sedih, ia tidak pernah tahu alasan yang membuat wanita itu membenci orang-orang yang menghargai suaminya, Ivar. Dari dulu hingga sekarang pun, ia bagaimana Ivar memperlakukan sepupunya dengan penuh kasih, bahkan ketika Fay berbalik membencinya. Ia selalu berpikir kalau Fay terlalu memaksa dirinya untuk membungkus hatinya dengan kebencian, akibatnya ia sendirilah yang menjadi korban dari kebencian itu.

Fay yang selalu memilih sendiri dan hidup jauh dari keluarganya. Sepupunya itu selalu terlihat kesepian, yang selalu dibantahnya dengan kata "aku bahagia dengan keadaan ini." Dan Katrin juga tahu, jauh di dalam hati yang tidak disadari Fay, Ivar selalu ada dibagian itu, bagian yang takut ia buka kembali, bagian yang sudah terkunci oleh rasa kebenciannya sendiri.

"Kau seharusnya bersyukur mempunyai suami seperti Ivar," imbuh Katrin mencoba membuka. Hanya dibalas dengan tatapan tidak suka oleh sepupunya.

"Katrin benar, selain pria yang kaya raya, seumur hidupnya aku tidak pernah mendengar berita atau tahu dia sedang berkencan dengan seorang wanita," timpal Alan.

"Sepertinya kau melupakan sesorang, Alan." Katrin melirik adiknya.

"Ahh....I forget. Dia sering berkencan dengan Clara." Seketika Alan dan Katrin tergelak.

Fay menatap kedua saudara itu dengan bingung. "Kalian ingin mengkhianatiku juga?"

"Asal kau tahu saja sepupuku sayang. Aku tidak pernah berpihak pada siapapun di sini. Aku sangat menyayangimu sebagai sepupu dan sahabatku, disisi lain aku menghargai Ivar karena dia memang pantas untuk itu," jelas Katrin.

"Kau terdengar membelanya," gumam Fay.

Katrin hanya memutar bola matanya, pasrah. "Lalu apa yang akan kau lakukan dengan pernikahanmu ini?"

Fay tersenyum kecut, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih antusias. "Menghancurkannya," jawabnya enteng.

Katrin lagi-lagi mendesah pelan, ia benar-benar tidak mengerti dengan arah pikiran sepupunya.

"Pernikahan ini hanya lah alasanku agar aku bisa lebih dekat dengan putriku. Setelah itu aku akan membuat Clara membenci Ivar, agar lebih muda untukku membawanya pergi dari keluarga itu," sambungnya lagi.

Alan dan Katrin terkejut.

Kau akan melukai putrimu sendiri, Fay," imbuh Katrin.

"Tidak jika aku melakukannya dengan halus. Aku akan melakuknnya secara berlahan-lahan, walaupun itu artinya aku akan menghabiskan waktuku lebih lama bersama pria brengsek____"

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang