Sebelumnya mau bilang makasih banyak buat vomentnya, kalian luar biasa!!!!!
Maaf baru bisa update lagi. Karena liburan sudah di depan mata, Semoga aku bisa sering-sering update dan menyelesaikan kisah fay dan Ivar secepatnya.
Thank Kiss, Tiwi.
Dekorasi butik Fay selesai lebih cepat dari waktu yang sudah direncanakan sebelumnya. Warna putih bersih dan konsep bentuk yang simple digabungkan dengan produk pernuh warna yang mampu menciptakan tampilan interior butik yang cantik. Suasana ruang yang dihasilkan ini memang ditunjukan untuk para wanita-wanita yang menginginkan produk yang eksklusif dan menarik.
Lantai karpet dengan warna putih dan coklat mocca pada dinding yang memberi kehangatan tersendiri. Rak gantung dengan papan berwarna putih membentuk garis-garis tipis diatas kerangka baja berwarana mocca yang kontraks dengan dinding. Spotlight dipasang secara menyebar disesuaikan dengan daerah display, cahaya putih netral dipilih untuk menciptakan kecerahan optimal pada ruangan.
Beberapa rak dan lemari gantung sudah terisi dengan beberapa produk cerah. Tidak luput pula cermin-cermin besar di pasang dibagian dinding, agar mempermudah pembeli untuk memilih.
Fay menatap butiknya dengan puas...sangat puas. Ia hanya perlu mengisi rak-rak yang kosong dengan pakaian lainnya yang akan segera tiba dari Paris, setelah itu membuka butiknya dengan resmi.
"So...Why should be "Anna's?" tanya Katrin yang terlihat sibuk merapikan sisa-sisa pakaian.
"This is for my Mom. Secara tidak langsung Mom yang menunjukan jalan untukku menjadi seorang desainer. But....dia pergi sebelum melihat semua hasilnya."
Katrin bisa melihat sorot mata penuh kebencian itu lagi, Fay pasti sedang memikirkan Ivar di dalam kepalanya. Sesuatu yang selalu memancing kebencian itu."
"Thats why...I choose Anna's."
Katrin hanya diam, ia tak ingin berkomentar atau bertanya lebih lanjut, ia takut semuanya akan menjadi salah. Ia tahu bagaimana Fay sangat merindukan kedua orang tuanya, kehilangan orang tua disaat umur seseorang masih sangat muda tidaklah mudah. Apalagi setelah itu, semua terasa pergi menjauh dari Fay...bukan tapi Fay lah yang membuang semuanya, salah satunya Ivar. Pria yang sudah menjadi sandaran hidupnya dari kecil, Katrin tahu itu lebih menyakitkan dari semuanya.
Sudah jelas Fay tidak bahagia dengan hidupnya, hanya saja topeng senyum manis itu sudah tertempel erat di wajahnya. Ia tak ingin orang lain menembus kedalamnya, ia ta k ingin orang lain melihat kerapuhan hatinya yang teracuni oleh kebenciannya sendiri.
"Katrin...kau bisa menjemput Clara untukku?"
Katrin tahu itu bukanlah pertayaan, tapi sebuah perintah. "Baiklah," tanpa basa-basi, Katrin langsung berlalu keluar pintu.
Ruangan kembali sunyi dan terasa kosong. Fay menatap ruangan tersebut dengan tatapan hampa. Hatinya terasa pilu ketika menyadari kehidupannya yang kosong seperti ruangan itu. Ia berharapa ibunya datang dan memberikan pelukan akan setiap keberhasilannya, namun semuanya itu hanya angan-angannya saja. Dalam konteks apapun ibunya tak akan pernah datang untuknya, apapun itu.
Cairan hangat mengalir di kedua pipi Fay, setetes...dua tetes....lima tetes....hingga akhirnya diikuti dengan rintihan pilu dari mulutnya. Ia menangis pilu untuk pertama kalinya semejak ia kembali ke kota itu. Untuk pertama kalinya ia merindukan sosok orang tuannya yang sudah lama pergi.
"Ivar harus membayar semua ini," gumamnya ditengah-tengah isakan tangisnya.
************
"Bibi Kat, tidak apa-apa kalau kita tidak langsung pulang ke rumah?" tanya Clara. Mereka sedang duduk di Ice Cream Cafe dekat dengan sekolah Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ✔
RomanceAku membenci pria itu, teramat sangat.... Pria yang aku cintai sejak kecil, Pria yang sudah menghilangkan nyawa kedua orang tuaku, Pria yang membesarkan putriku dengan hebatnya, Pria yang kusesali kehadirannya dalam hidupku, Pria yang kudoakan kemat...