Tiga Puluh Tiga

16.5K 1K 24
                                        

Typo? Tell me. Editnya sambil merem soalnya.

Mungkin baru bisa update lagi setelah anak SMP selesai UN...Sambil nunggu, aku posting cerita kedua aku yang udah lama tertimbun di lappy. Boleh mampir...kalau suka baru aku lanjutin juga....

So, Enjoy the Story!!!!

_________________________

Fay meletakkan buku catatan milik ayahnya di atas meja tepat di hadapan kakeknya yang sedang menatapnya bingung dan khawatir. Dengan wajah yang masih lembab oleh air mata serta penampilan yang aut-autan, Fay menahan tangisannya yang kian ingin beriak keluar, ketika berhadapan dengan kakeknya yang kenyataanya bukanlah kekek kandungnya. Sosok yang ia tuakan dan sangat ia sayangi.

"A-apa benar ayah membunuh ibu?" Fay mengeleng pelan ia menutup matanya sesaat menahan emosi kesedihan yang merongrong hatinya. "Ah...tidak. Mereka bukan ayah dan ibuku....aku....aku bukan...anak kandung mereka." Sambungnya terbata-bata bersamaan dengan tangis yang sudah lolos dari kedua matanya.

Tubuh Reynard menegang kaku, ia kemudian maju ke hadapan Fay. "Tidak, Sayang. Itu tidak benar." Reynard mencoba merangkum wajah cucunya, namun Fay menolak dengan memundurkan tubuhnya ke belakang. Hal itu membuat Reynard terkejut...

Fay menatap kakeknya sendu, ia tersenyum tak kalah lirih. "Kakek bohong. Disitu semua tertulis seperti itu. Aku...aku." Ia menyetuh dadanya dengan tangan yang bergetar. "Aku bukan bagian dari keluarga ini."

Reynard menarik buku pada meja di belakangnya, ia membuka dan membaca nama Jaden yang tertera. Ia meremas buku itu dengan keras, mengetahui suatu hal bahwa putranya telah menuliskan segala hal dalam buku catatan tersebut. Dan sialnya cucunya kini membacanya tanpa sengaja. Hal yang mereka sembunyikan bertahun-tahun, akhirnya terbongkar dengan sendirinya. Kini Fay harus menanggung apa yang seharusnya wanita itu tidak perlu tahu.

"Ini yang kalian simpan selama ini? Kenapa?"

Kini giliran Reynard yang menatap Fay dengan tatapan sendu, ia bisa merasakan kesakitan yang cucu rasakan kini. "Kami mencintaimu dengan tulus, Fay. Terlepas dari mana asalmu kami tidak peduli."

Kalimat dari kakeknya membuat hati Fay semakin terasa ngilu. Kasih sayang tulus yang kakeknya tampakkan entah mengapa membuatnya terluka lebih dalam. Ia tidak marah, hanya saja merasa tidak pantas lagi menerima hal luar biasa seperti itu, setelah apa yang ia lakukan pada keluarga tersebut beberapa tahun kemarin.

"Walaupun kini kau tahu semuanya, kau tetap cucu kakek. Cucu kesayangan kakek, Fay Jaira Reynard. Tak ada satupun maksud kakek untuk melukaimu dengan rahasia ini, kami ingin melindungimu." Reynard memajukan kakinya selangkah. "Kami sudah mencintaimu sejak pertama kali Ivar membawamu ke rumah kami."

Isakan Fay terdengar kembali, isakan sesak yang menyakitkan. Apapun yang dikatakan kakeknya tetap membuatnya masih tidak pantas. Semua yang ia tahu seperti kembali mengingatkannya akan tempat dimana ia berasal, di jalanan. Dan apa yang ia lakukan selama ini, bertahun-tahun hidup bak seorang putri, hingga membenci keluarga itu dengan kejamnya. Ia tidak tahu dirinya, hanya seorang anak kecil yang dipungut dari tempat sampah. Ia merasa hina...itu membuat ia membenci dirinya sendiri.

"Fay..." Reynard mencoba menggapai Fay kembali. "Maafkan kakek karena tidak memberi tahu lebih awal. Maafkan kakek."

Fay menggeleng keras, kata maaf itu lagi-lagi melukainya. Kakeknya tidak harus berkata seperti itu. Ia yang salah....ia yang hina, seharusnya ia yang harus berlutut dan meminta maaf dengan apa yang selama ini ia lakukan. Seorang anak yang dengan tidak tahu dirinya mengeluarkan kata-kata kasar pada setiap anggota keluarga tersebut. Keluarga yang menolongnya dari jalanan kumuh, bahkan mungkin dari kematian.

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang