Dua Puluh Satu

16.6K 1K 42
                                    

Siapkan hati lagi ya^^....

Enjoy the Story!!!

_____________________________

Ivar tertegun ketika memandang kedatangan Fay dari balik pintu pembatas. Wanita itu datang menggunakan pakaian milik ibunya, dress putih tulang hingga lutut tanpa lengan, dihiasi gradasi bunga-bunga daisy warna biru tua. Ivar yakin kalau Fay pasti sudah masuk ke dalam kamar ibunya, ia senang dengan itu, Fay-nya benar-benar kembali.

"Kami sedang menunggumu, Sayang," sapa Reynard menyadari kedatangan cucunya. "Nice dress," sambungnya lagi ketika Fay datang mendekati meja makan tersebut.

"Maaf aku sedikit terlambat," ujar Fay sambil menggambarkan kata sedikit dengan jempol dan jari telunjuknnya. Tatapannya tertuju pada Ivar, yang sudah terlihat rapi dan sehat, padahal tadi ia sempat mencari pria itu di kamarnya untuk membangunkan dan yang ia temukan hanya tempat tidur kosong yang sudah rapi. Tipikal...Ivar.

Ia kemudian berjalan mendekati Clara dan Ivar yang duduk berdampingan, dan melirik kursi kosong yang berada di samping kiri Ivar. "Kau duduk saja," sahutnya, ketika Ivar berdiri hendak menarik kursi untuknya.

"Tubuhmu sudah pas dengan baju Mom," puji Ivar saat Fay baru mendratkan pantatnya di kursi sampingnya.

"Ini masih sedikit kebesaran. Aku berencana untuk mengambil semua baju Mom. Kau tidak keberatan, kan?"

Ivar tersenyum lalu mengangguk. "Kau tahu kalau kau tidak perlu meminta izin padaku akan hal itu. Mom pasti sangat menyukainya."

Setelah duduk dengan nyaman di antara Ivar dan kakeknya yang berada pada ujung meja, Fay mulai memperhatikan orang-orang yang kini menatapnya dengan "Bahagia", ia tahu jelas apa yang menyebabkan orang-orang tersebut menjadi aneh di pagi hari ini.

"Senang bisa melihatmu di pagi hari ini dengan kau yang lain." Fay mendengus mendengar sindiran kakaknya. Hal tersebut hanya memancing tawa kakaknya.

"Febian, stop to annoying her. Dia baru saja kembali entah dari mana." Jelas kata-kata Reynard membuat semua orang di ruang makan tergelak. Kecuali Clara yang terlihat cemberut entah karena apa.

Fay memutar matanya, ternyata kakeknya dan kakaknya sama saja. Masih menyebalkan, bahkan ketika ia sudah mencoba untuk menerima semuanya.

"Kalian berdua sama saja. Jangan hiraukan mereka Fay. Sebaiknya kita mulai sarapannya." Belda mencoba melerai suasana, jangan sampai celoteh kedua pria itu hanya akan membuat Fay jengkel dan kembali marah. Apalagi ini adalah hari bahagia yang mereka nantikan sejak lama.

"Just kidding, Sayang. You know, Granpa Love you so Much. And Happy to see you back to us." Reynard menggenggam tangan cucunya lembut, mencurahkan rasa yang ia rasakan melalui ikatan itu. Ia tersenyum hangat, mencoba berterima kasih dengan tatapan, tentang apa yang akhirnya cucunya putuskan setelah beberapa tahun ini.

Fay membalas genggaman tangan kakeknya, Ia harusnya merasa bersyukur tentang apa yang ia miliki selama ini, tentang keluarganya yang luar biasa, mereka memberikan semua dan melimpahkan hanya padanya.

Mereka saling melepas untuk beberapa saat, kembali pada kegiatan awal di meja makan. Namun, Fay mengeryit ketika tatapannya terarah pada hidangan yang ada di hadapannya. Ia melirik yang lainnya, yang seperti baik-baik saja dengan hidangan yang ada di atas meja.

Fay mendesah pelan, hal tersebut membuat Ivar mengalihkan perhatiannya kepada wanita itu. "Ada apa?" tanyanya.

Mulut Fay mengerucut begitu saja, bagaimana ia harus menikmati hidangan-hidangan itu. "Tidak ada menu lain?"

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang