Tiga Puluh Dua

13.7K 967 17
                                    

Kalau ada typo ato kalimat aneh, tolong kasih tau. Kadang udah edit tetap aja ada yang ketinggal...

Enjoy the story!

____________________________

Clara menarik-narik tangan ibunya ketika sang ibu yang sejak tadi dipanggilnya tak menggubris sedikitpun. Ibunya yang sedang bersandar pada pintu mobil terlihat berpikir keras, sampai-sampai kedatangannya tidak ibunya hiraukan. "Mommy!!!" teriak Clara akhirnya, sedikit kesal dengan tingkah ibunya yang aneh.

Fay yang terkejut langsung mengusap dadanya pelan, suara teriakan putrinya benar-benar mampu membuat jantungnya meloncat tak normal. "Mom kaget, Clara."

"Dari tadi Clara panggil Mom, tapi Mom hanya berdiri liat mobil hijau di depan itu. Kalau Mom mau, Mom suruh Dad buat beli juga. Dad kan uangnya banyak," gerutu Clara sembari masuk ke dalam mobil yang memang tidak dikunci oleh ibunya.

"Mobil Mom lebih bagus dari pada mobil hijau itu." Fay mendengus lucu, mana mungkin ia jatuh cinta dengan mobil di samping mobil mereka. Pikiran Clara memang kadang membuat mereka tertawa geli.

"Terus kenapa dari tadi mata Mom melotot ke mobil itu?" tanya Clara lagi mau tahu. Ia menunjuk jendela kaca di kanannya, tempat mobil yang mereka maksud.

Fay mendesah menyerah, jika diteruskan tidak akan ada habis-habisnya, lagi pula ia tidak tergiur pada mobil keluaran lama itu. Entah dari mana putrinya menyimpulkan kalau ia tertarik untuk memilikinya.

"Mom akan mengantarmu pulang ke rumah. Terus Mom akan kembali ke butik. Okay?!"

Clara hanya mengangkat jempolnya yang artinya setuju. Sudah sewajarnya memang, setelah dijemput dari sekolahannya, Clara akan segera kembali di rumah. Sementara ibu atau ayahnya akan kembali bekerja.

Dengan kecepatan sedang, Fay menyusuri jalan Beverly untuk kembali ke rumah. Walaupun netra hijaunya kini tertuju pada jalan raya di hadapannya. Namun, isi kepalnya masih saja bercabang pada satu akar...buku catatan ayahnya. Ia harus memikirkan baik-baik tempat-tempat yang selalu menjadi tempat penyimpanan ayahnya.

Hal tersulit....

Tentu saja seperti itu. Fay yang tidak begitu tahu tentang ayahnya pasti akan sulit untuk mencari barang-barang peninggalan ayahnya. Karena walaupun mereka tinggal serumah, Fay terlalu takut pada ayahnya, jadi ia tidak begitu merasakan kedekatan antara ayah dan anak, seperti yang dilakukan oleh Clara dan Ivar sepanjang waktu.

Fay membelokkan kemudinya ke pekarangan rumah mereka, terlihat beberapa pelayan yang sedang bekerja di halaman bunga, entah mengapa mereka tetap rajin melakukannya di bawah terik matahari seperti ini.

"Mom...buku ini harus dikembalikan." Clara sudah menjulurkan buku-buku dongeng yang mereka ambil di panti tempo hari.

"Kita bisa melakukannya lain hari. Mom sedang terburu-buru, Sayang."

"Dad bilang kalau sudah selasai baca harus dikembalikan ditempatnya. Mom bisa kesana setelah selesai kerja, iya kan?"

Fay mendesah pasrah, ada kalahnya ia berpikir kalau Clara adalah putri kandung Ivar, mereka kadang terlihat sama entah kebiasaan atau cara bicara. Sama sekali ia tak melihat sosok Vegar dari putrinya. Fay kemudian melepaskan kakinya dari pedal gas di bawah kakinya, mobil pun berhenti tepat di depan pintu utama.

Clara memajukan tubuhnya dan mengecup pipi ibunya cepat, lalu membuka pintu mobil untuknya sendiri. Namun, tiba-tiba tubuh bocah itu berhenti ketika sebelah kakinya sudah menapaki tanah. "Mom, sekalian ambilkan buku yang nama pengerannya sama dengan nama kakek ya."

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang